Loading...

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Wednesday, December 19, 2012

Mengungkapkan yang Tak Terungkapkan ~ Memakai Kacamata Hukum ~ Oleh: Pengacara Jennifer Chow (2 September 2008)



"Belajar Buddha menyadarkan insan, menyeberangkan insan bukanlah keharuman semu, tidak mengabaikan satu insan pun, inilah spiritual sejati." Sajak ini mengungkapkan bahwa Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu tidak membeda-bedakan insan, juga tidak pandang bulu, melainkan menyeberangkan insan secara setara. Sehingga, di antara umat Zhenfo yang bersarana pada Dharmaraja tidak hanya dari orang-orang berpendidikan tinggi hingga rendah, kaum papa hingga kaum berada, hina hingga terhormat, bahkan narapidana pun ada, penderita sakit jiwa pun ada. Namun, memegang teguh pendirian tidak membeda-bedakan dalam menyelamatkan insan, sehingga di antara insan yang baik dan buruk bercampur-baur, kadang-kadang akan ada 1 atau 2 orang berkhianat dan menciptakan rumor adalah sesuatu yang tak terelakkan.

Dalam menghadapi serangan berupa rumor dan fitnah, Dharmaraja Liansheng tidak pernah sekalipun berinisiatif mengklarifikasi, karena Beliau tidak hanya "mengetahui masalah bagaikan mimpi sehingga tidak mengharapkan apa-apa", Beliau lebih memahami lagi, bahwa begitu mengklarifikasi dan menunjukkan bukti, yang menjadi korban adalah umat yang menciptakan rumor dan fitnah tersebut. Itu sebabnya, dalam menghadapi rumor maupun fitnah, Beliau atas dasar melindungi nama baik umat, Beliau bersikap "tak terungkapkan", tanpa keluh kesah, tidak tergoyahkan dan tidak terpengaruh sama sekali. Bahkan pernah berujar, "Baik yang memuji saya, atau menfitnah saya, semua berjodoh dengan saya; yang paling saya takutkan adalah orang yang tidak kenal saya, tidak berjodoh dengan saya. Karena tidak berjodoh, maka tidak dapat diseberangkan." Nyatalah bahwa Beliau tidak peduli dengan sikap insan terhadap Beliau, Beliau hanya peduli apakah Beliau dapat memanfaatkan kesempatan sebaik-baiknya untuk menyeberangkan setiap insan yang hanya sekadar lewat saja.

Karena pada tanggal 3 Mei tahun ini (2008) Dharmaraja Liansheng kembali ke Taiwan untuk membabarkan Dharma, pada tanggal yang sama bulan Juli, Beliau kembali difitnah oleh media. Walaupun keyakinan sebagian besar umat Zhenfo terhadap Dharmaraja Liansheng sangat teguh, niat melindungi Guru sangat tulus, sehingga semua umat marah, bahkan mengritik media habis-habisan. Namun, ada sebagian kecil umat yang tidak memiliki akal sehat untuk menilai, serta kalangan luar (termasuk wartawan media) tidak memahami Dharmaraja Liansheng yang dikarenakan narasumber laporan tersebut memiliki pandangan miring, dan selanjutnya menyebarluaskan isu.

Penulis telah 20 tahun lebih bergelut di bidang hukum, di saat bersamaan juga merupakan umat yang bersarana pada Zhenfo Zong. Setelah terjadi kasus fitnah ini, saya selalu merenungkan jika saya bukan umat Zhenfo Zong, terhadap orang yang dituduh yang tetap mempertahankan sikap "tak terungkapkan", lantas, bagaimana saya memutuskan kejadian yang sebenarnya dan benar salahnya suatu perkara. Untuk itu, pada tahun ini, saya mengunjungi Ling Shen Ching Tze Temple sebanyak dua kali, setelah memahami dengan jelas apa yang dilaporkan media, antara lain: apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana kejadian pada tahun 1997 tersebut; demi artikel "Mengungkapkan yang Tak Terungkapkan" ini, saya memutuskan untuk menanggalkan jaket status umat bersarana, menyingkirkan kata-kata subjektif yang perseptif dan sentimentil, memakai kacamata hukum saya, berangkat dari sudut pandang objektif, dan di antara terungkapkan dan tak terungkapkan, lihatlah bagaimana saya mengungkapkannya.

I. Mari kita bahas dulu prinsip memutuskan perkara berdasarkan hukum

Dalam kasus hukum pada umumnya, di bawah pernyataan tegas dari penuduh, sedangkan orang yang dituduh tetap diam, hasilnya bukan "diam-diam menyetujui" seperti asumsi masyarakat pada umumnya. Melainkan mesti lebih dulu memeriksa bukti, data, dan tingkat kredibilitas dari fakta yang dikemukakan oleh penuduh. Jika tingkat kredibilitas tinggi, orang yang dituduh mesti mengajukan bukti yang bertentangan untuk membalikkan fakta dari penuduh; sebaliknya, jika tingkat kredibilitas nol atau rendah, sementara orang yang dituduh tetap diam, fakta tuduhan tetap tidak bisa berdiri. Oleh karena itu, berdasarkan prinsip-prinsip tersebut di atas, selanjutnya bisa diputuskan berapa tingkat kredibilitas dari kasus SHC yang dilaporkan oleh media mingguan.

II. "Zhenfo Miyuan", sebenarnya bukan sesuatu yang "rahasia"

Asal-usul nama "Zhenfo Miyuan":

Nama "Zhenfo Miyuan", berasal dari "Sadhana Tantra Zhenfo". Itu sebabnya, "Mi" bukan berarti misterius atau rahasia, melainkan diambil dari nama "Sadhana Tantra". Ibarat tempat ibadah untuk membabarkan Sadhana Tantra dalam Agama Buddha Tantra Tibet, Gelugpa yang dijadikan Akademi Tantrayana dan Universitas untuk belajar Tantra; juga disebut Gyoto (Shang Miyuan) dan Gyumey (Xia Miyuan). (Sumber data: www.wikipedia.org) Oleh karena itu, jangan karena kata "Miyuan", lantas berkhayal yang tidak-tidak.

Bagian interior "Zhenfo Miyuan" tidak bersifat rahasia:

Dulu "Zhenfo Miyuan" pernah dibuka untuk dikunjungi umum, serta lewat pengambilan video di bagian interior oleh Rainbow Film Inc., sehingga penataan bagian interior sedari awal telah dikenal baik oleh sebagian besar umat. Meski di dalam majalah SHC memahami bagian interior Miyuan, itu juga bukan dasar identifikasi bahwa ia memiliki hubungan khusus. Namun, mengenai pengakuan SHC bahwa di dalam kantor Dharmaraja Liansheng tersusun ranjang dan di samping ranjang terdapat patung wanita telanjang, dengan bukti isi video yang diambil Rainbow Film Inc.; serta setelah menanyai Bhiksuni Biyan yang telah belasan tahun bertanggungjawab membenahi kantor Dharmaraja Liansheng, diketahuilah bahwa penggambaran pada bagian ini adalah fiktif belaka.

Fungsi "Zhenfo Miyuan":

Walau "Zhenfo Miyuan" dulu pernah menjadi tempat tinggal Dharmaraja Liansheng, namun, 22 tahun yang lalu, Dharmaraja sekeluarga telah pindah dan tinggal di luar, serta semua situs dijadikan kantor True Buddha Foundation. Tempat tersebut pada hari biasa pukul 9 pagi hingga pukul 6 sore ada Acarya, Lama, relawan keluar masuk; fungsi utamanya sebagai pusat balas surat, hari sabtu dibuka untuk konsultasi. Sejak Oktober 1994, Acarya Lianning bertanggungjawab mengurus semua tugas administrasi internal Miyuan, serta memegang kunci Miyuan agar bisa keluar masuk kapan pun.

Berdasarkan tata letak "Zhenfo Miyuan", ada beberapa ketidakmungkinan SHC keluar masuk sendiri:

1. Tidak mungkin dari segi lingkungan luar:

Sisi naga dan sisi macan dari Ling Shen Ching Tze Temple (yaitu sisi kanan dan sisi kiri dari penempatan bangunan) masing-masing terdapat empat unit rumah yang berdiri sendiri dengan model terbuka tanpa dikelilingi oleh tembok. Sejauh mata memandang dari luar aula utama Ling Shen Ching Tze Temple, aktivitas keluar masuk sang penghuni rumah dari kedelapan rumah tersebut tampak jelas sekali. Sedangkan Zhenfo Miyuan berada di deretan rumah kedua di sisi naga, deretan ketiga dengan Miyuan adalah asrama acarya, lama, dan umat wanita yang mendaftar menginap; sedangkan deretan keempat sisi macan dari Ling Shen Ching Tze Temple adalah perpustakaan, ruang makan yang sekarang, yaitu asrama acarya, lama, dan umat pria yang mendaftar menginap; sisanya adalah rumah tinggal biasa, waktu itu masih bukan milik Ling Shen Ching Tze Temple. Delapan unit rumah terbagi menjadi 2 sisi, masing-masing 4 unit rumah yang semuanya saling berhadapan, digabung dengan Ling Shen Ching Tze Temple, menjadi sebuah bentuk "U". Setiap hari dari dini hari sudah ada Acarya, Lama, dan para umat lalu lalang di jalan yang berbentuk U tersebut. Sehingga aktivitas keluar masuk bersifat terbuka, sedangkan Miyuan adalah jalan yang harus dilalui untuk masuk ke dalam Ling Shen Ching Tze Temple. SHC mengutarakan bahwa ia keluar masuk Miyuan sendirian, diamati dari lingkungan luar adalah sesuatu yang tidak mungkin.

2. Tidak mungkin dari segi waktu:

Menurut aturan vihara bahwa, Acarya, Lama, dan umat yang mendaftar menginap, semua mesti beraktivitas sesuai jadwal rutinitas vihara; setiap hari pukul 7 pagi, semuanya berkumpul di Ling Shen Ching Tze Temple, 7:30 mulai kebaktian, sekitar sejam kemudian, bersantap pagi bersama. Jika umat yang menginap tidak dapat ikut, mesti minta cuti pada Lama yang bertanggungjawab untuk pendaftaran penginapan, serta memberitahukan alasan dan tempat tujuan, untuk memudahkan pengaturan. Setelah menanyakan Lama Lianlian yang saat itu bertanggungjawab untuk pendaftaran penginapan, SHC bukan umat yang menginap jangka panjang selama 2 tahun di Ling Shen Ching Tze Temple, ia hanya mendaftar menginap berturut-turut sesekali saja, ini yang pertama. Bahkan, selama SHC menginap, Lama masih ingat, SHC tidak pernah minta cuti pada kebaktian pagi, juga tidak pernah beraktivitas sendiri, ini yang kedua. Terlebih karena Lama Lianlian saat itu bertanggungjawab untuk menjaga di pintu masuk Miyuan, juga membuktikan bahwa Dharmaraja Liansheng saat itu tidak tinggal di Miyuan, waktu "masuk kantor" Dharmaraja biasanya sekitar pukul 8:50 hingga pukul 9:15 pagi. Selama pukul 7 pagi lebih, Dharmaraja tidak mungkin muncul di Miyuan, ini yang ketiga. Saat Dharmaraja menyetir masuk ke jalan berbentuk U di depan Ling Shen Ching Tze Temple seperti biasanya, baik Lama, Acarya, maupun umat akan menghampiri dan bernamaskara menyambut Beliau, tidak mungkin hanya bersama seorang umat saja tanpa diketahui orang lain, ini yang keempat. Apalagi karena Miyuan ada penjagaan di pintu masuk, SHC tidak mempunyai kunci, bagaimana masuk sendirian ke dalam Miyuan, ini yang kelima. Dari penggambaran di atas, bisa diketahui bahwa SHC tidak mungkin seperti yang digambarkan di atas bahwa ia masuk sendiri ke dalam Miyuan pada pukul 7:15 pagi, inilah ketidakmungkinan dari segi waktu.

3. Tidak mungkin dari segi prosedur:

Menurut penyampaian Acarya Lianning selaku penanggungjawab untuk tugas administrasi Miyuan, bahwa Dharmaraja Liansheng menerima konsultasi umat, selama ini selalu mendaftar padanya untuk pengaturan waktu; bahkan saat berkonsultasi, selain Dharmaraja, pasti ada pendamping di tempat. Pada tahun 1997, Acarya Lianning yang bertanggungjawab untuk mendampingi, jika Beliau tidak dapat menemani, maka ada Acarya Changzhi yang menggantikannya. Dari segi teori, menurut prosedur, seorang umat tidak mungkin ada kesempatan berduaan dengan Dharmaraja Liansheng, maka, bagaimana pula SHC dapat berduaan dengan Dharmaraja Liansheng? Dari sini bisa diketahui bahwa penyampaian SHC merupakan sesuatu yang tidak mungkin.

Menggabungkan syarat-syarat objektif di atas, kebenaran atas pengakuan SHC keluar masuk Miyuan sendirian pagi-pagi buta, tanpa perlu diperdebatkan pun sudah jelas dengan sendirinya.

III. Dharmaraja mengumumkan menyepi dan bertapa, tidak ada hubungan sebab akibat dengan proses hukum SHC, keduanya adalah dua hal yang berbeda.

Dharmaraja Liansheng sedari awal pada awal tahun 2000 sudah memasuki kondisi setengah menyepi, dan tidak menetap di Ling Shen Ching Tze Temple lagi. Setelah mengumumkan pertapaan pada upacara agung Kalacakra di Hong Kong bulan Agustus 2000, Beliau langsung menyepi. Namun, Ling Shen Ching Tze Temple baru mendapatkan pemberitahuan adanya gugatan dari SHC pada akhir tahun 2000; dari segi waktu, keduanya tidak ada hubungan sebab akibat.

Pihak yang digugat dalam proses hukum SHC ada dua, hasilnya juga bukan "tak berkesudahan".

Tahun 2000, SHC tidak hanya mengajukan gugatan terhadap Dharmaraja Liansheng, juga mengajukan gugatan dan meminta ganti rugi terhadap Ling Shen Ching Tze Temple dengan alasan penyediaan akomodasi dan konsumsi selama menginap yang kurang memadai. Mengenai bagian gugatan terhadap Ling Shen Ching Tze Temple, ketiga sidang pengadilan gugatan berlangsung hampir 4 tahun, ketiga permohonan sidang pengadilan gugatan SHC ditolak semua, dipastikan kalah perkara. Mengenai bagian gugatan terhadap Dharmaraja Liansheng, karena gugatan tidak sesuai dengan prosedur hukum pengadilan Amerika Serikat; sehingga bagian ini sejak awal dibagi menjadi dua kasus yang berbeda dengan bagian gugatan terhadap Ling Shen Ching Tze Temple. Itu sebabnya, setelah bagian ini tertangguh bertahun-tahun tidak dapat dijalankan, lewat pencabutan gugatan atas permintaan pengacara SHC sendiri, kedua kasus tersebut telah ditutup pada tahun 2004. Selain bisa diketahui lewat surat yang diajukan pengacara Amerika Serikat, Gregory S. Worden, mengenai putusan pengadilan bahwa SHC kalah perkara, juga bisa dibuktikan di situs internet Find Law for Legal Professionals; oleh sebab itu, hasilnya tidak seperti yang disampaikan oleh SHC, "tak berkesudahan".

Uang damai 10,000 USD diajukan oleh pihak vihara, tidak ada kaitannya dengan kasus Dharmaraja Liansheng.

Karena pengacara Amerika Serikat, Robert B.Gould, mengusulkan pihak vihara mencoba jalan damai dengan SHC selama proses hukum berlangsung, sehingga mengajukan uang damai sebesar 10,000 USD untuk membayar biaya pengacara dan pengeluaran lainnya. Pada saat proses hukum sedang berlangsung, komisaris pihak vihara Master Teck Teng menghormati usulan pengacara untuk menyerahkan kasus ini kepada pengacara. Namun, setelah itu, pengacara SHC tidak merespon, sehingga upaya damai tidak terjadi. Dan, akhirnya pihak vihara juga mengalami 3 kali kemenangan dalam 3 kali sidang pengadilan, hasil putusan pengadilan sama sekali tidak terpengaruh oleh upaya damai yang pernah diajukan pihak vihara. Selain itu, menurut penuturan Master Teck Teng, selama proses hukum, saat itu satu kasus dipecah menjadi dua, semua ditangani oleh pengacara yang diserahkan wewenang penuh oleh pihak vihara sendiri, Dharmaraja Liansheng karena bertapa sehingga tidak bisa dihubungi, perihal pihak vihara pernah mengajukan damai, Beliau sama sekali tidak tahu-menahu. Setelah kejadian itu, karena pihak vihara pernah mengajukan damai, hal ini diselewengkan oleh SHC sebagai alat menyesatkan publik. Oleh karena itu, setelah diketahui oleh pengacara Robert B. Gould yang semula mengusulkan damai, Beliau pun menyatakan maaf dan penyesalan kepada pihak vihara. Namun, benar-salah, hitam-putih tidak boleh diputarbalikkan, jika berniat memeriksa dan membuktikan isi tuduhan, maka kebenaran akan terkuak.

Penulis dengan pengetahuan profesional sebagai seorang tokoh penegak hukum dan pengalaman menangani kasus selama bertahun-tahun, berdasarkan isi laporan perkara, datang langsung ke Ling Shen Ching Tze Temple dan Miyuan untuk mengusut dan memahami, sampai di sini analisa kasus yang "tak terungkapkan" ini. Terhadap isi yang layak disampaikan ini, apakah para pembaca budiman sudah membedakan dengan jelas tingkat kredibilitas dan kebenaran dari tuduhan tersebut?

Di bawah ini adalah surat pengacara: