Loading...

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Tuesday, August 2, 2011

Walking in the Palace 《阿爾卑斯山的幻想》 走在皇宮

\`Illusion of the Alps\`
Walking in the Palace
《阿爾卑斯山的幻想》 走在皇宮

His Holiness Living Buddha Lian-sheng, Sheng-yen Lu

Translated by Shizhong Duan
Proofread by Marc Streich 
Edited by Shelley Higgins and DJ Chang
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
We visited the \`Beautiful Well Palace\` (Summer Palace) also known as \`Schloss Schonbrunn.\` The palace is quite spectacular. 

You can easily picture the scenary of Schloss Schonbrunn Palace, if you have been to France`s \`Versailles\`.

The reception rooms designed for extravagant social gatherings are spacious and magnificent. 

The residential bedrooms are sumptuous and decorative. 

Schloss Schonbrunn is home to many exquisite pieces of art and sculpture by Klimt, Van Gogh, Schiller, and Gerstl, along with many portraits of emperors and empresses throughout the castle. 

The splendour and magnificence of the palace is a feast for the eyes; to list just a few, there are: 

acres of beautifully manicured flower beds and great lawns,

a monumental water fountain,

aesthetic statues,

more than 1000 rooms,

marble halls, 

crystal halls,

and colorful murals. 

This palace was renovated and expanded by the Empress Elisabeth Amalie Eugenie (also known as Princess Sisi), and it later became the power centre of the Habsburg monarchs .



While walking in the palace, I thought of a Chinese Zen koan: \`A royal palace is still here, but where are the emperors?\` 

As far as I know, Empress Elisabeth was assassinated, and Emperor Franz Joseph and Prince Rudolf, the successor, were all buried under the Capuchin church. 

Franz Ferdinand, the heir to the throne was murdered at Sarajevo in 1914. 
\`A royal palace is still here, but where are the emperors?\` 

I ask.

Who can answer this? 

Did the Emperors all pass away? Only their portraits hang on the walls! 

 

I once visited the \`Versailles\` in France. Now, I am at Austria`s \`Schloss Schonbrunn.\` 

While most people are occupied by the magnificence of the palace, I, however, have pity on the ultimate poverty of the emperors. 

Were the emperors wealthy?

Did the emperors possess anything? 

Indeed, what is a real fortune?

Does anyone understand the meaning of these questions?

In contrast to the present era: 

For those who became a president, I wonder if they had ever owned anything? 

For tycoons on the world richest list, I am also not certain what they truly have? 

In my eyes ── they are all beings who need mercy. 

Presidents to me not only have a high fever but also lie half dead. 

Whereas the wealthy are likened to ill-looking and emaciated beggars, who appeal to the people.

Among the visitors to the royal palace, who would understand the connotation of the uncertainty in the future? 

The royal palace also reminded me of the Emperor Napoleon who gave a clock to \`Schloss Schonbrunn\` as a present. The clock has stopped swinging but where is the Emperor Napoleon? 

A Zen Master asked, \`Those of the past come before us and we of the future are after them. How do those of the past inspire we of the future?\` 

Zen Master Stone answered, \`Who are we of the future in your opinion?\` 

Everyone, why not contemplate this question, \`Who are we of the future.

Kesembuhan Penyakit Mata Dengan Keyakinan, Ketekunan dan Bakti

Kesembuhan Penyakit Mata Dengan Keyakinan, Ketekunan dan Bakti

Oleh Lianhua Weicin
Dikutip oleh Zhiwei Zhu
Dari buku Usnishavijaya Budha Locani


Pada tahun 1999 awal bulan 4, ibu saya melakukan kesalahan yang sangat fatal, obat tetes mata yang sudah kadaluarsa diteteskan lagi ke dalam mata, sehingga efek lanjutannya terasa sakit kepala, sakit kepala seperti ini berlanjut hingga seminggu lebih dan belum kunjung sembuh.

Pada tanggal 9 April ibu saya memeriksakan matanya ke dokter spesialis mata, menurut pemeriksaan dokter, ibu saya telah kena penyakit katarak, tekanan pada mata terlalu tinggi sampai 25 derajat, tekanan mata orang normal tidak lebih dari 20 derajat, menurut perkiraan dokter, bila sampai parah akan berakibat kehilangan penglihatan. Dokter membuka resep obat mata yang harus ditetes pada pagi dan malam hari, setelah satu minggu kemudian harus kembali memeriksakan lagi ke dokter.

Saat itu hati saya risau dan kuatir, bila benar-benar akan kehilangan penglihatan, kami harus bagaimana? Akankah ibu saya sejak hari ini dan untuk seterusnya harus menanggung hidup dalam kegelapan? Masalah ini sangat membuat kami sedih, saya tidak berani memikirkannya lagi, batin saya tidak bisa tenang.

Tiba-tiba saya teringat status saya adalah siswa Satya Budha, hanya perlu dengan tulus hati memohon pada Mahaguru Budha Hidup Liansheng memancarkan cahaya memberkati ibu saya, ibu saya akan menemui kemujuran, semua ketidakberuntungan berubah menjadi keberuntungan.

Sejak saat itu saya mulai melatih sadhana peredam malapetaka untuk ibu saya, setulus hati memohon kepada Namo Mahaguru Budha Hidup Liansheng, Namo Usnishavijaya Dharani berwelas asih memberkati ibu saya dan menyeberangkan roh pengganggu ibu saya ke Tanah Suci Budha, sehingga karma buruk, penyakit ibu saya akan terkikis. Penyakit katarak akan cepat sembuh, menyingkirkan malapetaka, menambah usia, memperkuat jodoh Budha Dharma, ibu saya juga mengembangkan Bodhicitta untuk mencetak Sutra Ksitigarbha Bodhisatva Purva Pranidhana sebanyak 1.000 buku dan melaksanakan pelepasan satwa.

Saya juga memohon pada para biksu Lama di Hongkong Lei Zang Si agar bersedia mengajarkan saya membaca 'Sutra Sabda Budha Tentang Mata Terang'. Menurut Acharya Lian Shiang sutra ini harus dibaca pada pagi-pagi saat matahari akan terbit barulah bisa manjur. Lalu saya menganjurkan ibu saya agar setiap hari pagi-pagi membaca 7 kali 'Sutra Sabda Budha Tentang Mata Terang' dan membaca Mantra Hati Padmakumara hingga beberapa kali putaran japamala.

Seminggu kemudian, pada tanggal 16 April ibu saya kembali mengontrol matanya, kata dokter tekanan matanya ada sedikit memulih dan menganjurkan ibu saya agar terus melanjutkan meneteskan obat mata, setelah 3 minggu kembali mengontrol lagi hasil lanjutannya.

Ketika saya membantu ibu saya melatih sadhana peredam malapetaka sebanyak 9 kali sadhana, pada tanggal 21 April pagi-pagi sekali saya bermimpi matahari memancarkan sinar yang sangat terang. Saya merasa bahwa sinar ini berasal dari Budha Bodhisatva, Budha Bodhisatva memancarkan sinar yang terang mengadhistana. Ini adalah salahsatu firasat baik, sehingga iman dan kegembiraan saya yang tak terhingga terhadap Dharma Tantra Satya Budha.

Pada tanggal 22 April setelah para umat Hongkong Lei Zang Si menyelesaikan ritual Ratnakalasa Raja Naga, dibawah bimbingan Acharya Lian Shiung dan para biksu Lama, para umat membaca Tathagata Usnishavijaya Dharani, kemudian jasa-jasanya dilimpahkan kepada arwah penggangu ibu saya. Saya sangat berterima kasih kepada Acharya, para biksu dan segenap umat yang telah berwelas asih membantu, dan juga beruntung bahwa ibu saya memiliki berkah yang bagus sekali sehingga mendapat uluran tangan dari para umat sekalian. Dan saya juga menelepon interlokal ke Kanada mencari Acharya Lian Han untuk memohon Acharya Lian Han berwelas asih melaksanakan ritual untuk mengadhistana ibu saya. Acharya Lian Han langsung menyetujuinya, serta menyuruh saya mengirim foto ibu saya guna memudahkan dalam ritual. Saya juga sangat berterima kasih kepada Acharya Lian Han yang berwelas asih meluangkan waktunya, walaupun penuh kesibukan untuk melaksanakan ritual bagi ibu saya.

Pada tanggal 9 Mei, ibu saya kembali memeriksakan penyakitnya, kata dokter bahwa obat tetes mata itu telah dapat mengendalikan kondisi penyakitnya, serta dokter menghimbau agar tetap menetes obat mata sampai jangka waktu tertentu. Setiap bulan rutin memeriksakan mata, saya sempat mewakili ibu saya melaksanakan ritual peredam malapetaka 49 kali, dan berhasil membaca sampai ribuan kali Tathagata Usnishavijaya Dharani dengan jasa pahalanya dilimpahkan kepada ibu tercinta.

Setelah melewati masa pengobatan selama beberapa bulan, pada tanggal 28 September ibu saya kembali memeriksakan matanya, kata dokter tekanan mata ibu saya sudah kembali normal, benar-benar suatu hal yang harus dirayakan.

Disini siswa bernamaskara pada Maha Mula Acharya Budha Hidup Liansheng, Budha Locani Usnishavijaya yang berwelas asih memancarkan sinar terang memberkati ibu saya. Sehingga ibu saya bisa terbebas dari karma penyakitnya, penyakit katarak menjadi sembuh.


Siswa
Lianhua Weicin

OM BU LIN

OM BU LIN

Oleh Maha Acharya Liansheng
Diterjemahkan oleh Zhiwei Zhu


Ada orang bertanya pada-Ku: 'Mantra apa itu OM BU LIN?'

Jawaban-Ku adalah, 'Mantra ini adalah Mantra Hati Eka Aksara yang disebutkan dalam Sutra Tatacara Sadhana Manjusri (文殊儀軌經). Ia juga dikenal dengan nama Mantra Mahacakra Eka Aksara (大輪一字咒), yang dieja BU LIN (Catatan penerjemah: BU LIN adalah suara yang diwariskan kepada Mahaguru dari Guru-Nya Vajracharya Pu Fang, Sansekertanya adalah BHRUM).

Orang itu bertanya lagi, 'Mengapa kita perlu menjapa mantra ini setelah menyelesaikan sadhana Dharma Tantra Satya Budha?'

Jawaban-Ku adalah: ' Menurut Sutra, apabila seseorang melatih penjapaan mantra-mantra, melatih sadhana Tantra, kawatir tidak mencapai hasil, ia dapat melengkapi latihannya dengan diakhiri dengan mantra ini, maka ia pasti berhasil. Jika tidak berhasil dan tiada kontak batin, maka Dewa Pelindung mantra ini akan mengalami pecah kepala tujuh bagian. Maka, mantra ini sungguh dapat membantu mantra-mantra lain mencapai hasil yang diinginkan dengan cepat.'

Pertanyaan: 'Apa pahala dari mantra OM BU LIN?'

Jawaban-Ku adalah: 'Disamping membantu kelancaran pematangan pencapaian semua mantra lain, jika seseorang membaca mantra ini, semua roh jahat dalam radius sebuah wilayah besar (四方五百驛內) akan langsung kabur. Bahkan para dewa bintang jahat dan semua dewa mara jahat tidak akan berani mendekat. Mantra ini laksana mutiara cintamani, dapat memenuhi segala keinginan, dapat menaklukkan mara jahat, dapat menaklukkan segala mantra jahat di dunia, dapat memberikan makhluk hidup bebas dari ketakutan, memberikan semua makhluk hidup kebahagiaan.'

Pertanyaan: 'Bagaimana OM BU LIN dapat menarik pahala yang begitu besar?'

Jawaban-Ku adalah: 'Mantra OM BU LIN ini adalah Hati Manjusri Bodhisatva, dan merupakan Mahkota Tertinggi Semua Budha.'

Mantra Eka Aksara Mahacakra sebenarnya adalah bunyi BU LIN. OM berarti berlindung. BU LIN adalah mantra utama itu sendiri. Aku mewarisi mantra ini dari Pu Fang Dorje. Maka, alasan menempatkan mantra ini pada akhir sadhana Dharma Tanra Satya Budha terutama adalah membantu mempercepat pematangan semua hasil dan pencapaian dari semua mantra. Kita harus berterima kasih kepada Vajra Acharya Pu Fang atas pewarisan itu.

Aku juga ditanya mengapa perlu menjapa OM MANI PADME HUM setelah menjapa OM BU LIN tiga kali? Biar Aku jelaskan bahwa Mantra Sad Aksara dikenal banyak orang, dan untuk memahami mantra ini, anda dapat membaca di Sutra Karandavyuha. Menjapa mantra ini pada akhir akan mematangkan dengan cepat keberhasilan Bodhisatva, karena mantra ini mengandung kunci Pintu Dharma Samaya yang takterhingga. Maka Aku katakan bahwa semua orang Tibet menjapa OM MANI PADME HUM.

Bangkit dari Kursi Roda

Bangkit dari Kursi Roda

Oleh Lianhua Meicin
Dikutip oleh Zhiwei Zhu
Dari buku Usnishavijaya Budha Locani


Para saudara/i sedharma, salam sejahtera semuanya. Ibunda saya pada pertengahan bulan Juli 1996 di Malaysia tiba-tiba mengalami stroke, lumpuh separoh badan, berbaring di atas ranjang selama berbulan-bulan. Setelah diperiksa dokter spesialis menyatakan, bahwa saluran darah di otak terhambat sehingga mempengaruhi syarafnya.

Belakangan tampak sembuh, ia memohon Hu kepada Mahaguru Budha Hidup Liansheng, dengan berbagai macam usaha dari para dokter untuk menyembuhkannya, penyakitnya sudah mulai membaik. Tetapi masih membutuhkan pertolongan orang lain dan dengan bantuan tongkat baru bisa berjalan pelan-pelan.

Kali ini ibunda bersama sekeluarga khusus datang dari Malaysia ke New York untuk ikut berpartisipasi dalam upacara besar peresmian Vajra Lei Zang Si, maksud kedatangan kali ini adalah memohon adhistana dan Hu dari Mahaguru Budha Hidup Liansheng.

Setelah ibunda saya diadhistana langsung oleh Mahaguru serta diberikan 2 lembar Hu untuk diminum; karena kami ibu dan anak berkumpul bersama di New York, maka saya memintanya untuk tinggal bersama saya selama beberapa hari.

Hari itu, sungguh berafinitas bisa membawa serta ibunda dan sekeluarga berpartisipasi dalam ritual keagamaan pembacaan Tathagata Usnishavijaya Dharani yang dipimpin oleh Dharmacarya Lian Cin. Setelah kami semuanya melafalkan lebih dari 30 kali, saya bersama biksu Lian Cin dan umat semuanya berfoto bersama sebagai kenang-kenangan.

Ibunda saya juga ingin berfoto bersama biksu Lian Cin. Karena biksu Lian Cin sedang duduk di lantai jadi saya menuntun ibunda turun dari kursi dan duduk bersama. Setelah berfoto, para umat sedharma bangkit berdiri, kami juga membantu menuntun ibu saya untuk berdiri dan memberi tongkat kepada beliau. Tak disangka ibu saya dapat menggapai tangan saya tanpa menggunakan tongkat dan dengan sendirinya dapat bangkit berdiri serta dapat berjalan sendiri dengan perlahan-lahan! Hal ini membuat kita gembira seketika, sampai-sampai biksu Lian Cin juga terlihat keheranan! Tak disangka mukjizat menjapa mantra begitu cepat memperlihatkan hasil!

Untuk lebih membuktikan kenyataan ini, biksu Lian Cin menyuruh ibu saya bernamaskara di hadapan Mandala beberapa kali, ternyata ibu saya di depan umum mampu bernamaskara berkali-kali, kemudian dengan sendiri berjalan perlahan-lahan. Pemandangan ini membuat kita terharu dan meneteskan air mata kebahagiaan. Inilah bukti yang paling nyata dari maha adhistana Mahaguru Budha Hidup Liansheng, kemanjuran Hu serta pahala yang luarbiasa dari dharani. Terlebih-lebih lagi berterima kasih kepada welas asih biksu Lian Cin yang setiap hari menyelenggarakan pembacaan seribu kali mantra dharani, mantra Sata Aksara, membimbing kami dalam sadhana. Anumodana tak terhingga!

New York,
Siswa Lianhua Meicin

English:Visiting the Local Market

  • Whispers of Solitude: Book 151 by Grand Master Sheng-yen Lu
  • Translated, edited, proofread by Lotus Cheng of www.tb-translation.org
Chapter 2 - Visiting the Local Market
Everyone at the market knows there is this bald-headed fellow who visits the market once a week. Obviously they are very curious of me and they want to know who I am and where do I come from. I always reply with a smile and should anyone ask me what I do for a living, I would reply I have retired.
There is this old lady selling fruits in the market. She is kind of plump and she puts on very thick lipstick. When she laughs her open mouth looks awfully bloody. Thus every time she sees me she would greet me from afar and says, "Old pop, you're here! What are you getting this time?"
This is the first time someone calls me, "Old pop!"
I thought about it and did not take it to heart. My head is bald and they assume the hair has dropped off. I have gone through the trials of life and thus emerged much aged in the process. I have to admit I am old. So when someone calls me "Old pop" I just have to swallow it. So when I write my book, I shall call it The Mumblings of A Solitary Old Man.
The old lady asked me, "What do you want to buy?"
"I want some tangerines!" I replied.
The old lady said, "Old pop, you must be kidding. Tangerine is not in season now. I've got only oranges and Sunkiss. How about some?"
I said, "No!"
"Why not?" She asked.
I replied, "I can peel the skin of tangerine, but with orange and Sunkiss you need to cut it with a knife before you can eat it, and you can't peel the skin with your bare hands."
The old fruit seller smiled and said, "Old pop! I'll teach you how to eat orange and Sunkiss without using knife. All you need to do is to press and roll the orange with your hands on the table until the skin separates slightly from the pulp. You can then peel the skin and eat it. It's easy to peel."
She demonstrated how it was done. I stared unbelievably, but it worked.
Good heavens! I did not expect to pick up this technique when I went shopping in the market with my basket. Now I am buying orange and Sunkiss. There is much to learn in the market.
This old man here sure learns a few things when he goes shopping in the market. Please share with everyone you can actually eat orange and Sunkiss without resorting to a knife. You can actually peel it with your hands.

English:The Sand Dust Calamity

  • Whispers of Solitude: Book 151 by Grand Master Sheng-yen Lu
  • Translated, edited, proofread by Lotus Cheng of www.tb-translation.org
Chapter 4 - The Sand Dust Calamity
Shakyamuni Buddha once said, "The human world is like a house on fire. Get out if you can."
We know what the Buddha meant. He was referring to the fact that we live in suffering and have to endure the countless pain and worries that press upon us in times of birth and death. We suffer from illness, from emotional entanglement, from aging, from ignorance and pain inflicted upon us outside and within us. Words are inadequate to describe these sufferings, which burn like a scotching flame, transforming everything into ashes instantly. There is simply not a moment's peace in all eternity.
Today, this solitary old man finally realizes that where I live is not just a house of flame. It is a house of sand too. Every morning, I have to scrub the floor as I like things to be clean and free from dust. However, after cleaning up in the morning, a thick layer of sand again deposits on the floor in the afternoon.
It is windy and sandy here in Tahiti. The sand dust is carried by the wind and even if you shut the door and windows, the sand dust will find its way into the house through the window gap and any opening along the door. Hence, you need to have a mop and cloth handy. Otherwise, if you do not clean the place often enough, you will find your fingers dusted with sand each time you touch the area.
First I dust the sand with the broom. Then I use the mop to wipe. Finally I bend down and clean the area with a cloth. This is how I, the solitary old man, gets his exercise while doing my chanting.
I thought of the magnificent view of the Western Pure Land of Ultimate Bliss:
"Again, as the breeze blows, flowers are scattered throughout the Buddha-land; they spontaneously divide into different colors, not mixed together. They are soft and pleasant to touch, glow brilliantly, and diffuse rich fragrances. When one's foot is placed on them, they sink down four inches, but when the foot is lifted, they rise to their former level. When the flowers have served their purpose, the earth opens up and they vanish, leaving the ground clean and without trace of them."
Look at the Western Pure Land of Ultimate Bliss. Its colors are beautiful. Its fragrances are rich. It is soft and pure. Compare this to my 'house of sand', which is always dirty and dusty, it really blows my top!
Besides sand, there are ants, cockroaches, and unknown black insects that crawl around as I am working on my writings.
When will this 'sand dust calamity' of mine ever ends?
I shall write a poem, Ode to the Sand:
The natural wind delivers to me
Endless sand.
Sweeping from dawn to dust
Seems like it never ends.
To keep the place clean
Keeping cleaning I must.
Like flying snow flakes
And raining heavenly flowers
This sand and dust.