Loading...

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Tuesday, August 9, 2011

Penyembuhan dengan Metode Vajrayana


Penyembuhan dengan Metode Vajrayana

Oleh Maha Mula Acharya Liansheng
Diterjemahkan oleh Zhiwei Zhu


Aku berumur 26 tahun ketika Aku mendapatkan berkat dengan dibukanya mata dewa oleh Bunda Emas Kolam Kumala. Kemudian Aku mendapat pewarisan 'Hu Huruf Gui' dan 'Hu Huruf Shang' dari Guru Tao, Qingzhen. Aku juga menerima pewarisan Vajrayana dari Guru lain, dan menjadi terkenal.

Selama Aku tinggal di Taiwan, Aku pindah rumah beberapa kali untuk menghindari terlalu banyak perhatian dari orang. Karena Aku telah menerima respon dalam sadhana Vajrayana, Aku dapat mengetahui masa depan dan menyembuhkan segala macam sakit penyakit dengan keberhasilan besar. Karena reputasi-Ku menyebar dari mulut ke mulut, ratusan orang mengerumuni-Ku setiap hari untuk konsultasi, membuat-Ku tiada pilihan kecuali terus pindah rumah.

Pernah sekali Aku mengatakan bahwa orang sakit jiwa yang telah Aku sembuhkan dengan mantra Vajrayana dan Hu dari Tao dapat memenuhi seluruh gerbong kereta api. Ada psikiater yang bahkan merekomendasikan anggota keluarga pasien untuk berkonsultasi dengan Master Shengyen Lu.

Pada saat itu, parkiran panjang mobil-mobil selalu ada didepan rumah-Ku, sering sepanjang satu kilometer. Tidak hanya Aku sudah tidak sanggup lagi menangani orang banyak, tetangga-Ku juga telah diuji sampai batas kesabarannya. Situasi hanya membaik setelah Aku pindah ke Amerika Serikat.

Jika seorang pasien menderita karena gangguan makhluk halus, seorang sadhaka dapat mengambil sebatang ranting willow 「楊柳枝」atau rumput kusha「吉祥草」, berkati dengan menjapa mantra 108 kali atau 1080 kali, dan sapukan ranting atau rumput itu ke pasien. Makhluk halus itu akan segera pergi dari pasien.

Kalau pasien tinggal jauh atau karena alasan tertentu tidak dapat datang sendiri untuk penyembuhan, sadhaka dapat menggunakan secarik kertas diletakkan didepan altar, gambarkan bentuk manusia mewakili pasien. Tuliskan nama pasien dan tanggal lahirnya. Japa mantra, dan gunakan ranting pohon delima (石榴枝) dicambukkan ke atas gambar pasien. Makhluk halus yang menguasai pasien tidak akan mampu tetap melekat pada tubuhnya dan ia akan sembuh setelah roh itu keluar dari tubuhnya.

'Hu Huruf Shang' diwariskan dari Guru Tao Qingzhen sangat berhasil menyembuhkan lebih dari seribu macam penyakit.
Begitu Hu digunakan, penyakit sembuh.

Jika ada penyakit parah, paling baik menggunakan Ritual Homa Api, yang mana 'bahan persembahan putih' atau susu dapat ditumpahkan ke dalam nyala api. Saat menjapa mantra, masukkan nama pasien. Sekali respon spiritual terjadi, bahkan suatu penyakit parah akan sembuh.

Pernah sekali Aku mempunyai sakit yang tidak dapat diketahui jenis penyakit dan tidak dapat disembuhkan oleh dokter. Sebagai usaha terakhir, Aku gambarkan tiga lembar 'Hu Huruf Gui', menjapa mantra yang sesuai, dan berdoa kepada Bunda Emas Kolam Kumala. Aku bakar Hu itu dan minum air beserta abunya. Suatu mukjizat terjadi dan Aku sembuh total. Aku berkata jujur.

Hu dan mantra dapat menyembuhkan sakit penyakit. Benar-benar ajaib!

Sadhana Wasikarana


Sadhana Wasikarana

Oleh Maha Mula Acharya Liansheng
Diterjemahkan oleh Zhiwei Zhu


Karma Yoga yaitu santika, paustika, wasikarana dan abhicaruka biasanya dikelompokkan sebagai kegiatan duniawi. Aku telah menulis cukup banyak tentang empat yoga ini dalam buku-Ku, dan Aku tidak akan mengulang lagi disini.

Saat Aku memberikan pelayanan konsultasi, Aku amati rasa sakit yang dirasakan ketika keluarga tidak harmonis tidak kalah dari rasa sakit ketika orang sakit. Ini ketika suami istri sudah tidak saling menyayangi lagi, tidak dapat akur dan saling berpaling. Penderitaan yang disebabkan keretakan ini rasa sakitnya melampaui kata-kata.

Di masa lalu, ketika Aku membantu orang melatih sadhana wasikarana (cinta kasih, daya tarik, pengasihan), Aku menerapkan dua pendekatan:

Ambil sebuah tali merah dan persembahkan di altar mandala. Japa mantra dan melakuan sadhana Vajrayana. Selama penjapaan mantra, masukkan nama-nama pasangan itu. Sebagai contoh seseorang melatih sadhana Kurukulle, ia harus menjapa begini:
`OM. GULUGULIE. CHULI. CHILING XXX DAN XXX SEMPURNA DALAM CINTA KASIH. SUOHA.'
(Om Kurukulle Hrih. Memerintahkan XXX dan XXX sempurna dalam cinta kasih. Suoha.)

Sadhana Vajrayana harus dilakukan sesuai dengan tatacara ritual sadhana wasikarana itu sendiri, dan benang merah harus diberkati. Praktekkan sebanyak 7 kali, 21 kali atau 49 kali. Lalu ambil sepatu dari masing-masing pasangan, sepatu kiri untuk suami dan sepatu kanan untuk istri, ikat kedua sepatu itu dengan tali merah dan letakkan dibawah ranjang pasangan itu. Dengan cara ini, pasangan itu akan saling menghormati dan mencintai.

Pendekatan kedua adalah siapkan 7 botol parfum. Berkati botol itu sesuai dengan tatacara sadhana wasikarana. Teteskan satu tetes parfum ke dalam bak air, dan ulangi ini untuk setiap dari 7 botol parfum itu. Mandilah. Dan setelah mandi yang ke tujuh kalinya, suatu pergeseran kesadaran akan terjadi dan pasangan itu akan kembali saling mencintai.

Pendekatan kedua akan menyembuhkan krisis perkawinan dengan luarbiasa. Saat perkawinan telah sangat memburuk begitu rupa, perlu menggunakan Homa Wasikarana. Sadhana Wasikarana dapat meremajakan kembali hubungan perkawinan, dan membantu pasangan mendapatkan keturunan.

Keinginan orang untuk mendapatkan anak laki-laki atau perempuan dan suatu perkawinan yang saling mencintai dapat dipenuhi dengan sadhana Vajrayana. Sadhana Vajrayana dapat membawa keberhasilan besar baik bagi hal lokiya maupun lokutara.


Bisu dari Lahir


Bisu dari Lahir

Oleh Maha Mula Acharya Liansheng
Diterjemahkan oleh Zhiwei Zhu


Saat sedang menjelajah secara spiritual dalam samadhi, Aku bertemu satu pasangan yang dengan tulus berdoa kepada para Budha dan Bodhisatva memohon anak, akhirnya menerima tanggapan dan melahirkan seorang bayi laki-laki. Namun, ketika anak itu tumbuh besar, ada satu cacat: anak itu bisu.

Pasangan itu diberitahu bahwa mengaltarkan sebuah pratima porselin Guru mereka akan sangat berespon, maka mereka mengaltarkan sebuah pratima porselin Padmakumara. Melalui afinitas ini, Aku bertemu pasangan ini yang mempunyai keyakinan yang dalam pada Budha Dharma, dan juga anak bisunya ketika menjelajah dalam samadhi.

Melihat mereka berdoa dengan bercucuran air mata pada patung porselin Padmakumara, Aku sangat bersimpati pada mereka.

Maka,
Aku periksa lidah anak itu dan tidak menemukan ada yang salah.
Aku periksa pita suara anak itu dan tidak menemukan ada yang salah.
Aku periksa tenggorokan anak itu dan tidak menemukan ada yang salah.
Aku gambarkan sebuah Hu 'Membuka Mulut dan Mengeluarkan Suara', memasuki mimpi anak itu, dan memberikannya untuk diminum. Aku terkejut, ini juga tidak manjur.

Aku tidak mengerti mengapa dan setelah berpikir setengah hari, Aku mencari bantuan burung sorgawi Kalavinka, yang mengeluarkan suara paling merdu dari semua jenis burung. Walaupun Mereka mau membantu-Ku, Mereka tidak dapat membantu.
Aku hampir menyerah.

Lalu, Aku pikir sebabnya mungkin berasal dari karma, yang membuat keadaan menjadi rumit. Setelah menyelidiki lama sekali, Aku temukan bahwa anak itu adalah seorang biksu Budha dalam kehidupan sebelumnya dan ia telah melakukan tiga pelanggaran serius:

1. Ia tidak hormat pada Gurunya.
2. Ia melanggar sumpah Bodhisatvanya.
3. Ia melanggar vinaya biksu.

Bahkan, suami dan istri itu juga orangtua kandungnya dalam kehidupan lampau. (Karma mengikat dalam banyak kehidupan).
Setelah melihat sebab akibat karma ini, Aku jadi tercengang.

Sampai disini, Aku terpikir ingin menyerah, tetapi Aku tidak putus asa, dan memasuki mimpi orangtuanya mendorongnya melafalkan 'Sutra Raja Agung Avalokitesvara' 1000 kali. Pasangan itu bersumpah akan selalu melafal Sutra itu, bertobat atas semua kesalahan, dan melimpahkan jasa pelafalan kepada anak mereka. Mereka melafalkan Sutra itu tidak hanya seribu kali, tidak hanya sepuluh ribu kali, tapi takterhingga banyaknya (setelah pelafalan seribu kali, pelanggaran yang paling berat dilenyapkan).

Sejauh pengetahuan-Ku, anak mereka menerima respon spiritual. Suatu hari di dekat sumur, ia terpeleset dan jatuh ke dalam air. Saat seseorang berhasil menolongnya, ia memuntahkan banyak air. Yang mengejutkan dan mengherankan orang adalah anak yang lahir bisu itu mulai mengeluarkan suara dan dapat berbicara.
Suami istri itu gembira luarbiasa.
Ini sebenarnya sungguh merupakan respon spiritual dari Sutra Raja Agung!

Terkadang Dewa pun Hampir Tidak Dapat Menyelamatkan Diri


Terkadang Dewa pun Hampir Tidak Dapat Menyelamatkan Diri

Oleh Maha Mula Acharya Liansheng
Diterjemahkan oleh Zhiwei Zhu


Ketika berbicara tentang para Dewa, kebanyakan orang percaya bahwa para Dewa itu serba bisa dan jauh di atas manusia. Manusia harus berusaha menyenangkan hati para Dewa setiap waktu dengan kesopanan dan memberikan persembahan. Ada yang bahkan berjuang dengan mengorbankan hidup mereka yang berharga demi para Dewa. Sesungguhnya, kata 'Dewa' berarti Roh Bajik. Roh sesat tidak sama dengan Roh Bajik. Mereka adalah energi jahat atau roh jahat.

Sejauh pengetahuan-Ku, para Dewa tidak maha kuasa/serba bisa. Mereka disebut maha kuasa hanyalah khayalan para teolog. Tentu saja, kita harus sopan dan memberi hormat kepada Roh Bajik, tetapi kita tidak harus meminta bimbingan Mereka dalam segala hal. Hal ini benar terutama ketika bimbingan para Dewa itu secara tidak langsung. Bimbingan yang telah melalui tafsiran manusia tercemar dan terpelintir dan sering mengandung pendapat pribadi si manusia. Oleh karenanya, bimbingan demikian sering sangat tidak bisa diandalkan.

Dalam sadgati (enam alam kehidupan), para Dewa juga, harus mengalami reinkarnasi. Sadgati adalah: Dewa, manusia, asura, neraka, preta dan binatang. Para Dewa menempati tempat tertinggi dalam Sadgati, sedangkan manusia kedua. Jadi para Dewa pun harus mengalami penderitaan tumimbal lahir sadgati, dan jelas terlihat kadang-kadang Mereka pun hampir tidak dapat menyelamatkan diri Mereka sendiri.

Roh-Roh Bajik adalah roh dengan pahala kebajikan/karma baik. Karma baik mereka kebanyakan berasal dari pikiran-pikiran bajik Mereka, dan Mereka menjadi Kesadaran Dewata. Mereka tinggal di Sorga, menikmati berkah keberuntungan.

Aku membaca Sastra Samsara dan mengetahui ada tiga macam pembalasan karma baik. Pertama adalah karma baik yang menghasilkan berkah keberuntungan, kedua adalah karma baik yang menghasilkan pembebasan dan, ketiga adalah karma baik yang menghasilkan pencapaian. Berkah keberuntungan adalah dasar kemampuan seseorang untuk dilahirkan di Sorga atau dunia manusia. Jika seseorang dilahirkan sebagai manusia, orang itu dilahirkan kaya atau terhormat. Jika seseorang dilahirkan sebagai Dewa di Sorga, orang itu menjadi Brahma atau Indra. Namun, begitu orang itu telah menikmati semua berkahnya sampai habis, orang itu harus memasuki lingkaran tumimbal lahir. Jadi sangatlah penting bagi kebanyakan sadhaka yang berada di Jalan yang benar untuk tidak menghasilkan berkah keberuntungan, tetapi karma baik yang menghasilkan pembebasan. Hanya yang ini yang membawa kelepasan kekal dari penderitaan dan mencapai kebahagiaan.

Seorang yang mempunyai kemampuan paranormal dapat menjalin persahabatan dengan para Dewa dan roh di kuil-kuil. Itulah sebabnya Aku sangat mengerti Dewa itu tidak maha kuasa dan tidak dapat melakukan yang Mereka senangi sesuka hati. Mereka harus mematuhi Hukum Langit dan sesuai dengan perasaan manusia.

Para Dewa sering kerepotan, karena tugas Mereka tidaklah mudah. Jelas sekali Mereka tidak dapat menuruti semua permintaan orang yang berdoa kepada Mereka. Hal ini karena kebanyakan Roh Bajik hanya dapat bertindak sesuai dengan Hukum Langit dan sesuai dengan perasaan manusia. Para Roh Bajik menjadi Dewa karena kebajikan Mereka; mereka dapat menikmati dupa yang dipersembahkan manusia. Para roh gentayangan tidak dapat digolongkan sebagai Dewa dan mereka hidup sengsara menyedihkan.

Aku kenal seorang Dewa bernama Dewa Sze Chin di suatu kuil besar. Ia bukan Dewa utama kuil tetapi Dewa kedua. Menurut legenda rakyat, Dewa Sze Chin pernah menjadi Kaisar Yuan Chung dari Dinasti Tang (618-907). Yuan Chung sangat mencintai musik dan drama sepanjang hidupnya. Kemudian ia diberi gelar Dewa Sze Chin, seorang Dewa musik. Hari ulang tahun Nya adalah tanggal 24 bulan 6 Imlek. Setelah Aku mengenal Dewa Sze Chun, Ia mengeluh bahwa Dewa Sze Chin asalnya orang seni, bukan bela diri. Namun, setelah pergantian berabad-abad dan salahfaham dari manusia, setiap orang sekarang mengira Dewa Sze Chin sebagai seorang jenderal besar. Ia sungguh merasa tidak nyaman dengan itu.

Ia beritahu Aku, 'Para Dewa ditunjuk berdasarkan Hukum Langit. Segala sesuatu harus berdasarkan Hukum Langit dan harus sesuai dengan perasaan manusia, menurut logika, hukum dan prinsip. Para Dewa tidak dapat melakukan segala hal sesuka hati Mereka.
'Bukankah Dewa menikmati berkah keberuntungan?'
'Tidak. Para Dewa yang menjabat posisi tertentu kurang kebebasan karena tugas.'
'Dewa jenis apa yang menikmati paling banyak kebebasan?'
'Para Dewa yang tidak harus bereinkarnasi, Mereka yang mencapai pembebasan melalui kesempurnaan diri. Mereka tidak menjabat posisi apapun, dan merupakan yang paling bebas.'
'Mengapa Anda tidak melakukan itu?'
'Ia tidak didapat dengan pahala kebajikan, kesetiaan dan kejujuran, bukan pula datang dari integritas dan ketidak-egoisan. Orang harus mengalami banyak penderitaan, dan melatih metode yang menuntun kepada kebebasan dari reinkarnasi. Hanya setelah ini ada kelepasan tertinggi.'

Dewa Sze Chin memberitahu-Ku bahwa Ia masih mempunyai sedikit ikatan karma duniawi dan harus reinkarnasi sekali lagi. Tetapi Ia sangat khawatir, karena terlalu banyak pengkhianatan di dunia dan sekarang sangat sulit menjadi orang baik. Setelah reinkarnasi, Ia mungkin lupa dengan sifat asli dan kehidupan masa lalu Nya dan mengikuti segala macam perbuatan yang melanggar hukum. Tidak hanya Ia akan kehilangan keIlahian-Nya menjadi seorang Dewa, mungkin juga Ia akan hilang sifat manusiawi-Nya. Ia merasa ngeri dengan ide reinkarnasi di bumi. Ia ketakutan dan menyesal karena itu, Ia merencanakan cara untuk mengatasinya.

'Kita akan bertemu dalam sepuluh bulan ke depan, setelah Aku reinkarnasi.' Dewa Sze Chin meramalkan, 'dan nama-Ku adalah Hsuang Hsiang.'

Jadi dalam jangka waktu tertentu Dewa Sze Chin tidak lagi datang mengunjungi-Ku. Aku tahu Ia telah reinkarnasi, tetapi Aku lupa tentang ramalan-Nya.

Suatu hari Aku pergi mengunjungi seorang teman di Cheng Hua. Ia mengundang-Ku untuk memetik buah di Gunung Pa Kua. Kami berkendara ke Gunung Pa Kua dari Cheng Hua. Saat mobil mendekati Nam Tou County, kami naik berkelok-kelok ke sebuah puncak gunung. Kami melihat awan-awan putih mengambang dan barisan gunung-gunung, dan merasa seperti di dunia lain.Tempat itu diungkapkan oleh kata-kata puisi penyair terkenal, Seng Chi Chi:

Awan putih mengambang di antara ribuan puncak gunung,
Tiba-tiba mulai turun gerimis,
Tidak jauh dari situ ada sinar matahari menyinari di antara pepohonan,
Bagaimana bisa seluruh pemandangan nampak indah permai?

Bendera hijau tergantung diatas kilang anggur,
Menunjukkan ada orang tinggal di sisi lain gunung,
Saat aku menikmati alam,
Musim panas berlalu dalam damai.

Bangun dari sedikit minuman di sore hari,
Aku melihat jendela pinus dan pintu bambu,
Hidup sangat bebas di sini,
Bahkan burung-burung liar terbang dengan santainya.

Aku hanya marah pada camar putih,
Mereka menatapku,
Tidak yakin apakah mereka akan datang mendekat,
Karena semua teman lama ada disini,
Mungkin pendatang baru ada hal baru untuk dikatakan.

Puisi Seng benar-benar bagus. Ternyata ada orang tinggal di sisi lain gunung itu, dan ke sanalah kami akan pergi.

Kami pergi ke rumah teman dari seorang teman. Ia bermarga Tsui. Ketika Mr. Tsui mendengar Aku Lu Shengyen, ia langsung meminta anak iparnya membawa seorang bayi untuk Ku lihat apa masalah bayi itu. Menurut Mr. Tsui, tidak ada masalah pada saat bayi itu dilahirkan. Ia memiliki mata yang cerah dan pancaindera yang sempurna. Namun sebulan kemudian, ia mulai tumbuh abnormal. Ia mulai tuli dan ketika ia mengeluarkan suara aneh, mereka membawanya ke dokter untuk diperiksa. Mereka juga menemukan anak itu menderita osteomalacia. Dokter dapat menemukan masalah kecil lainnya pada bayi itu, tapi ia benar-benar tuli, bisu dan osteomalacia. Mereka telah pergi ke semua rumahsakit besar, tapi para dokter tidak dapat berbuat apa-apa, hanya merasa prihatin pada bayi itu.

Mr. Tsui tua meminta anak-iparnya menunjukkan bayi itu pada-Ku.
Bayi itu melihat Aku dan anehnya, mulai tersenyum. Bayi itu berwajah ganteng, dengan mata besar, bulu mata panjang, hidung lurus, mulut besar dan kulit halus. Bayi itu merah muda dan gemuk, tanpa tanda-tanda keterbelakangan mental. Yang juga aneh, ia mempunyai daun telinga yang besar dan tebal dan sebuah wajah yang disebut wajah bangsawan.

'Apa nama anak ini?' Aku bertanya santai.
'Saya menamakannya Hsuang-hsiang,' kata Mr. Tsui tua.
'Hsuang-hsiang?' akhirnya Aku ingat ramalan Dewa Sze Chin.
'Ya.'
'Ia pasti berumur sekitar 10 bulan?'
'Ya,' jawab Mr. Tsui tua.

Ya Tuhan! Hsuang-hsiang yang berumur 10 bulan ini ternyata adalah Dewa Sze Chin! Bayi itu dan Aku saling memandang, dan tampak saling kenal. Aku kehabisan kata-kata. Akhirnya Aku beritahu seluruh kejadian pada keluarganya. Aku katakan pada mereka: Tsui Hsuang-hsiang adalah reinkarnasi Dewa Sze Chin. Mereka harus menjaganya baik-baik dan memperlakukannya seperti seorang Dewa. Sebenarnya itulah yang keluarga itu lakukan! Keluarga itu mempunyai ikatan karma dengan Dewa Sze Chin yang menjadi sebab Ia ada disitu; kalau tidak, Ia samasekali tidak akan terlahir dalam keluarga itu.

Anak-ipar Mr. Tsui tua lalu berkata, 'Saat saya mulai hamil, saya pergi bersembahsujud ke kuil Dewa Sze Chin.'
'Oh!' seluruh keluarga itu berseru.

Akhirnya Aku faham cara yang dipakai Dewa Sze Chin.
Ia gunakan ketulian untuk menghindari suara-suara tidak sehat di dunia, dan kebisuan untuk menghindari banyak pengkhianatan dan gosip. Ia juga menggunakan osteomalacia untuk menghindari berjalan di jalan jahat.

Dengan cara ini Ia dapat mempertahankan kemanusiaan-Nya dan keIlahian-Nya saat Ia menjalani hidup. Semua ini cara yang sangat baik, tetapi sangat berat untuk orangtuanya!

MUMPUNG BELUM TERLAMBAT…..


MUMPUNG BELUM TERLAMBAT…..
Oleh : Tanhadi

Pernahkah teman-teman se-Dhamma disini merenungkan dan meng-evaluasi diri sendiri, “DI ALAM MANAKAH AKU AKAN TERLAHIR KEMBALI SETELAH KEHIDUPAN INI BERAKHIR?”

MINIMAL bahan pertimbangan kita adalah bertanya kepada diri sendiri “ sejauh manakah Saya telah melaksanakan PANCASILA BUDDHIS selama ini ?, yaitu :

1. Aku bertekad melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup
* Sudah berapa banyakkah aku dengan “Sadar” telah melakukan “pembunuhan” makhluk hidup selama ini?
* Sudah berapa banyakkah aku dengan “Sadar” telah “Menyelamatkan” makhluk hidup selama ini?

2. Aku bertekad melatih diri menghindari pengambilan barang yang tidak diberikan.
* Sudah berapa banyakkah aku telah “mencuri”, “ menipu” benda-benda milik orang lain yang bukan menjadi hakku?
* Sudah berapa banyakkah selama ini aku telah dengan “Niat baik” melakukan pemberian secara tulus (berdana) kepada orang lain yang membutuhkannya.?

3. Aku bertekad melatih diri menghindari perbuatan asusila, tindakan sexual yang tidak benar .
* Benarkah aku adalah orang yang benar-benar telah bebas dari perbuatan ini?

4. Aku bertekad melatih diri menghindari ucapan tidak-benar / dusta .
* Sejauh manakah aku yakin bahwa ucapan-ucapanku selama ini adalah Dominan ‘benarnya’ daripada ‘bohongnya?’

5.Aku bertekad melatih diri menghindari meminum minuman keras, mengkonsumsi barang madat hasil peragian yang menyebabkan lemahnya kewaspadaan .
* Apakah aku adalah seseorang yang termasuk dalam kelompok ini?

Nah…jika prosentase “negatifnya” (banyak melanggar), maka jangan anda tunda lagi untuk “mengimbanginya” dengan banyak berbuat kebajikan serta tidak melakukannya lagi saat ini juga …dan sampai kelak kematian datang menjemput.!

Sebab…jika tidak demikian…dapat kita perkirakan sendiri, alam manakah yang paling cocok dengan banyaknya perbuatan-perbuatan yang tidak bajik itu?

“ingin mencoba” terlahir sebagai makhluk Peta? atau Hewan?....,gampang koq….perbanyaklah perbuatan-perbuatan yang prosentase buruknya lebih banyak daripada baiknya.., pasti keinginan kita itu akan tercapai dengan sukses…!!!

“ingin” terlahir kembali sebagai manusia?
Perbanyaklah perbuatan-perbuatan yang prosentase kebajikannya lebih banyak daripada buruknya….

Nah…silahkan meng-evaluasi dan berhitung sendiri ya…., karena “Pilihan” itu kembali kepada diri masing-masing….

Salam Metta,

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta

HUMOR SILA KE 5 Oleh : Tanhadi


HUMOR SILA KE 5
Oleh : Tanhadi


Ada umat Buddhis yang bertanya soal Pancasila Buddhis kepada seorang Bhikkhu senior ..

Umat : Bante, setelah saya renungkan mengenai Pancasila Buddhis ini, diantara 5 sila itu sebenarnya hanya Sila ke 5 –lah yang tidak merugikan orang lain, makanya oleh Sang Buddha urutannya ditaruh di paling akhir , Berarti kalau hal itu dilakukan kan nggak apa-apa Bante ?

Bhikkhu : Maksud lo...? coba jelaskan satu persatu.....

Umat : Begini bante, Sila Pertama kan berbunyi “...tidak melakukan pembunuhan”, jadi kalau kita lakukan berarti ada orang lain yang dirugikan.

Sila kedua ;  “..tidak mengambil barang yang tidak diberikan”, inipun kalau kita lakukan berarti ada orang lain yang dirugikan.

Sila ketiga ; “...tidak melakukan perbuatan seksualitas yang tidak dibenarkan, artinya tidak boleh berzinah..”, ini juga kalau kita lakukan berarti ada obyek atau orang lain yang dirugikan.

Sila keempat; “...tidak mengucapkan ucapan yang tidak benar, yang berarti tidak boleh berbohong ”., inipun kalau kita lakukan berarti ada orang lain yang dirugikan.

Nah...Sila yang kelima ; “ .... tidak minum segala minuman keras  yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran (ketagihan)”., kalau ini kita lakukan kan nggak ada obyek atau orang lain yang kita rugikan, Bante?
Lha wong saya minumnya didalam kamar, yang minum diri saya sendiri, pintu saya kunci dari dalam...nah...kan nggak ada orang lain yang bisa saya rugikan, Bante?

Bhikkhu : (sambil geleng-geleng kepala...) “..dengerin ya hei.. pemabuk....,Justeru Sang Buddha menaruh sila kelima itu di nomor urutan paling bawah karena paling mendasar, karena sila ke 5  itu-lah yang bisa menyebabkan pelanggaran terhadap semua sila-sila yang diatasnya ! “

“Kalau kamu udah mabok, mana inget lagi saat itu kamu buka kamar, keluar rumah...dan sampai diluar kamu masuk ke Bar, disenggol orang lain jadi marah dan membunuh orang itu. Kemudian karena minumanmu habis, lalu kamu nyomot begitu saja botol minuman yang ada di Bar itu tanpa bayar, terus kamu ketemu cewek bahenol..dirayu dan terjadi perzinahan..., lalu ada orang tanya ama kamu, “ hei Boss lagi teler ya ?”  Kamu jawab : “ Siapa bilang aku teler...Huhhh...20 botol lagi aku masih bisa setir mobil sampai dirumah nih ......enak aja kau bilang aku mabok...?! “(sambil jalannya gloyor-gloyor nabrak meja sana-sini).

Kalau kamu membunuh , mencuri, berzinah, dan  berbohong,  semua perbuatan itu tidak akan membuatmu jadi mabok.
Tapi kalau kamu Mabok.., kemungkinan untuk  membunuh, mencuri, berzinah maupun berbohong, semuanya bisa terjadi...karena kamu nggak inget apa yang sedang kamu perbuat itu, wes mudeng ( udah ngerti) nggak sekarang ?”

Umat : “ Ampun Bante..., ternyata masuk akal juga Sang Buddha naruh Sila ke 5 itu dipaling bawah, ya Bante ?..”

Bhikkhu : “ Lha iyalah...” sahut Sang Bhikkhu sambil ngloyor dan garuk-garuk kepala padahal tidak gatal.

10 RACUN DALAM DIRI


10 RACUN DALAM DIRI



·       Racun pertama : Menghindar
Gejalanya, lari dari kenyataan, mengabaikan tanggung jawab, padahal dengan melarikan diri dari kenyataan kita hanya akan mendapatkan kebahagiaan semu yang berlangsung sesaat.

Antibodinya : Realitas

Cara : Berhentilah menipu diri. Jangan terlalu serius dalam menghadapi masalah karena rumah sakit jiwa sudah dipenuhi pasien yang selalu mengikuti kesedihannya dan merasalingkungannya menjadi sumber frustasi. Jadi, selesaikan setiap masalah yang dihadapi secara tuntas dan yakinilah bahwa segala sesuatu yang terbaik selalu harus diupayakandengan keras.

·       Racun kedua : Ketakutan
Gejalanya, tidak yakin diri, tegang, cemas yang antara lain bisa disebabkan kesulitan keuangan, konflik perkimpoian, kesulitan seksual.

Antibodinya : Keberanian

Cara : Hindari menjadi sosok yang bergantung pada kecemasan. Ingatlah 99 persen hal yang kita cemaskan tidak pernah terjadi. Keberanian adalah pertahanan diri palingampuh. Gunakan analisis intelektual dan carilah solusi masalah melalui sikap mental yang benar. Kebenarian merupakan merupakan proses reedukasi. Jadi, jangan segan mencari bantuan dari ahlinya, seperti psikiater atau psikolog.

·       Racun ketiga : Egoistis
Gejalanya : Nyinyir, materialistis, agresif, lebih suka meminta daripada memberi.

Antibodinya : Bersikap sosial.

Cara : Jangan mengeksploitasi teman. Kebahagiaan akan diperoleh apabila kita dapat menolong orang lain. Perlu diketahui orang yang tidak mengharapkan apapun dari oranglain adalah orang yang tidak pernah merasa dikecewakan.

·       Racun keempat : Stagnasi
Gejalanya berhenti satu fase, membuat diri kita merasa jenuh, bosan, dan tidak bahagia.

Antibodinya : Ambisi

Cara : Teruslah bertumbuh, artinya kita terus berambisi di masa depan kita. kita kan menemukan kebahagiaan dalam gairah saat meraih ambisi kita tersebut.

·       Racun kelima : Rasa rendah diri
Gejala : Kehilangan keyakinan diri dan kepercayaan diri serta merasa tidak memiliki kemampuan bersaing.

Antibodinya : Keyakinan diri.

Cara : Seseorang tidak akan menang bila sebelum berperang yakin dirinya aka kalah. Bila kita yakin akan kemampuan kita, sebenarnya kita sudah mendapatkan separuh dari target yang ingin kita raih. Jadi, sukses berawal pada saat kita yakin bahwa kita mampu mencapainya.

·       Racun keenam : Narsistik
Gejala : Kompleks superioritas, terlampau sombong, kebanggaan diri palsu.
Antibodinya : Rendah hati.

Cara : Orang yang sombong akan dengan mudah kehilangan teman, karena tanpa kehadiran teman, kita tidak akan bahagia. Hindari sikap sok tahu. Dengan rendah hati, kita akan dengan sendirinya mau mendengar orang lain sehingga peluang 50 persen sukses sudah kita raih.

·       Racun ketujuh : Mengasihani diri
Gejala : Kebiasaan menarik perhatian, suasana yang dominan, murung, menghunjam diri, merasa menjadi orang termalang di dunia.

Antibodinya : Sublimasi

Cara : Jangan membuat diri menjadi neurotik, terpaku pada diri sendiri. Lupakan masalah diri dan hindari untuk berperilaku sentimentil dan terobsesi terhadap ketergantungan kepada orang lain.

·       Racun kedelapan : Sikap bermalas-malasan
Gejala : Apatis, jenuh berlanjut, melamun, dan menghabiskan waktu dengan cara tidak produktif, merasa kesepian.

Antibodinya : Kerja

Cara : Buatlah diri kita untuk selalu mengikuti jadwal kerja yang sudah kita rencanakan sebelumnya dengan cara aktif bekerja. Hindari kecenderungan untuk membuatkeberadaaan kita menjadi tidak berarti dan mengeluh tanpa henti.

·       Racun kesembilan : Sikap tidak toleran
Gejala : Pikiran picik, kebencian rasial yang picik, angkuh, antagonisme terhadap agamatertentu, prasangka religius.

Antibodinya : Kontrol diri

Cara : Tenangkan emosi kita melalui seni mengontrol diri. Amati mereka secara intelektual. Tingkatkan kadar toleransi kita. Ingat bahwa dunia diciptakan dan tercipta dari keberagaman kultur dan agama.

·       Racun kesepuluh : Kebencian
Gejala : Keinginan balas dendam, kejam, bengis.

Antibodinya : Cinta kasih

Cara : Hilangkan rasa benci. Belajar memaafkan dan melupakan. Kebencian merupakan salah satu emosi negatif yang menjadi dasar dari rasa ketidakbahagiaan. Orang yangmemiliki rasa benci biasanya juga membenci dirinya sendiri karena membenci orang lain. Satu-satunya yang dapat melenyapkan rasa benci adalah cinta. Cinta kasih merupakankekuatan hakiki yang dapat dimiliki setiap orang.

Simpanlah paket tiket untuk perasaan tidak bahagia dan mengaculah pada paket tiket ini saat kita sedang mengalami rasa depresi dan tidak bahagia. Gunakan sebagai sarana pertolongan pertama dalam kondisi mental gawat darurat demi terhindar dariketidakbahagiaan berlanjut pada masa mendatang.

FALSAFAH TIKUS


FALSAFAH TIKUS



Di dalam sebuah hutan, hiduplah seekor tikus ahli filsafat.

Ia mengetahui satu hal yang tidak pernah diketahui hewan-hewan lain. Ia yakin bahwa gelisah bisa membunuh seseorang. Sebab, gelisah bisa membunuh kebahagiaan, memadamkan kilauan cahaya dan menghilangkan kenyamanan. Selain itu, kegelisahan juga bisa menghancurkan akal, batin dan fisik.

Pada suatu hari, ia ingin mengajari teman-teman dan anak-anaknya dengan pelajaran tersebut. Tetapi sang tikus tidak ingin pelajarannya sekadar didengar dan dihafal saja. Ia ingin pelajaran itu dipraktekkan dan tertanam dalam sanubari.

Ketika sedang berceramah dihadapan hewan-hewan tersebut, tiba-tiba muncullah seekor singa. Tikus sang filosof kemudian berkata, "Tuan singa, aku hendak mengatakan sesuatu. Aku berharap engkau mau memberikan jaminan keamanan kepadaku."

Sang singa menjawab, "Aku menjamin keamananmu, wahai tikus yang pemberani."

Tikus kemudian berkata, "Di hadapan semua hewan-hewan ini, aku hendak menyatakan bahwa aku mampu membunuhmu jika engkau memberiku waktu selama sebulan penuh. Seluruh penghuni hutan ini akan melihat hal itu."

Mendengar hal itu, sang singa langsung tertawa. Dengan nada mengejek, dia berkata, "Engkau mau membunuhku?"

"Benar", jawab filosof tikus mantap dan percaya diri.

"Aku setuju. Tetapi jika engkau tidak bisa melakukannya, engkau akan kupancung di depan semua hewan. Waktunya sebulan mulai dari sekarang."

"Baik, aku setuju."

Sepuluh hari telah berlalu dan singa sama sekali tidak pernah memikirkan ancaman tikus tersebut. Akan tetapi, beberapa hari kemudian, terbersit dalam hatinya, "Apa yang sebenarnya hendak dilakukan oleh tikus itu? Kenapa ia kelihatan begitu meyakinkan? Bagaimana kalau ancaman itu benar-benar terjadi?"

Beberapa saat kemudian ia tertawa jungkir balik sambil berkata, "Bagaimana mungkin si tikus mampu membunuhku sedangkan aku punya anak-anak yang akan membelaku? Walaupun ia mengerahkan seluruh tikus yang ada sekalipun, tidak mungkin bisa membunuhku."

Beberapa hari kemudian, bisikan tersebut kembali hadir dalam benaknya. Untuk kali ini, ia merasakan bahwa bisikan tersebut terasa lebih kuat dari sebelumnya.

Waktu terus berjalan dan batas waktu yang ditentukan hampir berakhir. Sementara itu, sang tikus tidak datang untuk mencabut pernyataannya ataupun menyerah. Justru, filosof tikus malah terus mengumumkan ancamannya ke seluruh penghuni hutan.

Melihat kenyataan tersebut, sang singa terus berpikir, "Apakah filosof tikus mempunyai senjata yang ampuh atau telah mengumpulkan kekuatan yang luar biasa, atau membuat jebakan yang mematikan?"

Hari demi hari berganti dan pikiran-pikiran tersebut selalu muncul hingga membuat singa tidak doyan makan dan minum. Dia selalu memikirkan nasib dan akhir yang begitu mengerikan, seperti ancaman tikus tersebut.

Sebelum hari yang ditentukan tiba, tepatnya pada pagi hari yang
kedua puluh lima , hewan-hewan menemukan singa tersebut telah mati di dalam kandangnya.

Dia telah terbunuh oleh perasaan was-was dan ketakutan. Daging dan lemaknya telah terbakar oleh kesedihan yang ia rasakan, padahal sang tikus tidak pernah melakukan tipu muslihat atau merancang persengkongkolan apapun. Ia hanya mengetahui sebuah rahasia, bahwa menunggu musibah, memperkirakan bencana dan was-was terhadap sebuah tragedi adalah senjata ampuh yang bisa membunuh jagoan pemberani ataupun sang perkasa yang tidak punya rasa takut.

Jangan pernah menyia-nyiakan waktu

Kebanyakan orang tidak pernah menghiraukan hari-hari yang dijalaninya, karena sibuk untuk masa depan. Cita-cita telah membuatnya lupa manisnya kehidupan yang sedang dia jalani. Yang ada hanyalah ketakutan akan masa depan. Mereka selalu resah dengan hari-hari yang akan datang.

Mereka selalu berpikir bagaimana seandainya kehilangan pekerjaan? Bagaimana dia akan memberi makan anak-anak? Apa yang akan dia katakan kepada teman-teman? Serta bagaimana nasibnya kemudian?

Kalau kegelisahan mengenai hal-hal tersebut mampu diatasi, dia akan memikirkan hal-hal lain. Bagaimana seandainya dia menderita sakit, buta atau kaki buntung? Bagaimana bentuk tubuhnya nanti? Bagaimana dia akan menanggung semua itu?

Yang ada di dalam kepala hanyalah musibah dan musibah. Barangkali, mobil yang dinaiki akan mengalami kecelakaan, barangkali pesawat yang ditumpangi akan jatuh, barangkali kapal yang ia naiki akan tenggelam dan barangkali saja bangunan tempat dia tinggal akan runtuh.

Dia pun takut kalau sampai hal-hal yang tidak diinginkan tersebut terjadi. Orang seperti ini akan menjadi mangsa empuk serigala buas bernama kegelisahan dan makanan lezat hantu bernama kesedihan.


Disini dapat kita lihat bagaimana dampak dari Kegelisahan dan kekhawatiran yang terus menerus dipelihara dan dipikirkan sehingga membuat kita tidak bisa membuat keputusan yang mana yang benar dan yang salah.