Loading...

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sunday, August 14, 2011

Penderitaan Abadi


Penderitaan Abadi

Oleh Maha Mula Acharya Liansheng
Diterjemahkan oleh Zhiwei Zhu


Sepasang suami istri yang bersarana kepada-Ku memiliki seorang anak laki-laki yang ganteng - ia berpenampilan rapi dan disukai setiap orang yang melihatnya. Namun, anak itu jatuh sakit parah; semua perawatan kedokteran tidak manjur dan ia meninggal dunia!

Pasangan itu menangis di depan altar mereka, sambil berkata, 'Anak kami telah meninggal, kami tidak tahu lagi untuk apa hidup...'
Istrinya menangis begitu kerasnya sampai pingsan. Ia dilarikan ke ruang ICU rumahsakit dan diinfus.
Suaminya juga sangat-sangat sedih dan menderita, dan merasa tiba-tiba hidup kehilangan semua maknanya. Satu kehidupan yang tadinya penuh dengan warna-warni sekarang berubah menjadi hitam putih, bahkan bayangan kelabu; tubuhnya merasa lemas dan lunglai.
Pasangan itu saling memandang dengan wajah penuh air mata.

Aku dapat turut merasakan sedalam-dalamnya perasaan terpisah dan kehilangan ini. Saat ibu-Ku meninggal, pemandangan saat-saat ia menghembuskan nafasnya yang terakhir masih melekat dengan jelas di benak-Ku. Pada waktu itu, Aku sadar tidak boleh menangis, dan Aku dengan khusuk menjapa 'Guan Yin Pusha'. Saat Aku sudah tidak tahan lagi, Aku lari keluar dan meledak dalam tangis yang takterkendalikan. Sangat sulit untuk tidak menangis. Meninggalnya ibu-Ku adalah rasa sakit abadi dalam hati-Ku.

Aku dapat memahami rasa sakit yang dirasakan pasangan itu karena kehilangan anak yang dicintainya.
Namun, pada saat mereka menderita, mereka merobek Sertifikat Sarana, membongkar altar mereka, berhenti menghadiri Sadhana Bersama, berhenti bersadhana di rumah, dan berhenti melafalkan Nama Budha. Mereka menutup diri dari saudara sedharma mereka.

Aku memasuki dalam mimpi mereka dan berkata, 'Anak itu bukan anakmu!'
Suami istri itu sama-sama memimpikan Mahaguru dan mendengar hal yang sama.
Meskipun mereka memimpikan Aku, mereka tidak merasa gembira. Malahan mereka berkata dengan pedas, 'Jika ia bukan anak kami, anak siapa dia? Mahaguru, Anda tidak memberkati kami.'

Aku mengalami kejadian ini saat di Danau Daun. Aku merasa sangat menyesal, tetapi Aku tidak berdaya melakukan apapun. Ketika ibu-Ku meninggal, Aku tidak berdaya; saat anak murid-Ku meninggal, Aku juga tidak berdaya. Walaupun Aku memahami dengan jelas anitya, Aku bertanya pada diri sendiri Guru macam apa Aku ini. Lebih baik Aku langsung masuk Nirvana saja! Bahkan mengenai kesehatan-Ku, Aku tidak berdaya.

Kemudian, Aku masuk ke dalam mimpi mereka sekali lagi:
'Aku akan memberikan anak yang lain yang mirip dengan anakmu yang dulu! Ini anakmu yang sebenarnya.'
Suami istri itu berumur sekitar empat puluh tahun, dan istrinya benar-benar mengandung lagi.
Ia melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat lucu.

Seolah-olah turun hujan setelah kemarau panjang, mirip orang yang merasakan makanan manis setelah sangat lama memakan makanan pahit; pasangan itu kembali hidup bergairah!
Mereka mulai melatih sadhana lagi, menjapa, 'Om Guru Liansheng Sidhi Hum'.
Mereka bersarana sekali lagi.
Altar dipasang kembali dan diperbaharui, tampil baru seluruhnya.

Kuil Setan Judi

Kuil Setan Judi
Oleh Maha Mula Acharya Liansheng
Dikutip oleh Zhiwei Zhu


Ada seorahg wanita bernama Xia Hui datang berkonsultasi kepada Saya tentang kemana almarhum ayahnya reinkarnasi.
Saya menjawab, Ia masuk ke dalam kuil."
"Ah! Jadi, ia telah menjadi Dewa?" Xia Hui terkejut.
"Bukan!"
"Jadi apa?"
"Kuil yang dimasuki ayahmu bukanlah kuil suci, melainkan kuil tempat berkumpul para setan judi. "
Xia Hui menjadi pucat, "Selagi masih hidup, ayah adalah seorang yang jujur dan patuh pada hukum. Satu-satunya kebiasaan buruknya adalah berjudi. Ia telah berulang kali berjanji untuk berhenti berjudi, tetapi tidak pernah berhasil. Sebenarnya ia pun merasa bersalah. Tak saya sangka, setelah meninggal, ia masih masuk ke kuil setan judi. Master Lu, dimana kuil itu? Saya bermaksud mengunjunginya."
"Kuil Shi-Gong." (Kuil Kakek Amal)
Saya merasa nama kuil ini penuh makna. Kata "amal" (shi) dan kata "kalah" (shi) mempunyai bunyi yang sama. Sering berjudi tidak mungkin tidak pernah kalah. Segerombol "kakek kalah" berkumpul di satu tempat. Bukankah cocok disebut “Kuil Shi-Gong"?

Setahu saya, baik di alam Yang maupun di alam Yin, ada pengelompokan. Yang bersih dikelompokkan menjadi satu. Yang kotor dikelompokkan menjadi satu pula. Yang gemar berjudi dikelompokkan menjadi satu.

Dalam kesempatan ini Saya menasihati orang yang gemar berjudi:

Diantara langit dan bumi, cara tercepat untuk menghabiskan harta keluarga adalah dengan berjudi. Disamping itu, kebiasaan berjudi merusak moral dan melanggar kehendak Yang Maha Kuasa. Bila sudah terperangkap judi, bagaikan berenang di tengah laut, sangat sulit untuk kembali ke darat. Lautan judi dalam tak berdasar. Tenggelam semakin dalam, maka semakin tak berdaya untuk melepaskan diri. Sangat langka orang yang mempunyai cukup kekuatan samadhi untuk bisa keluar dari lautan judi. Orang yang ternoda judi akan meninggalkan mata pencaharian mereka yang halal.

Mengapa? Karena berjudi sangat menguras perhatian, sangat menghabiskan waktu, tidak membedakan siang dan malam, membuat orang tidak bisa tenang untuk tidur beristirahat. Kalau sudah terbius judi, badan rasanya gatal kalau tidak berjudi. Yang ada dalam pikiran hanyalah bagaimana supaya bisa menang. Mata mereka memandang rakus. Semakin lama, wajah mereka sudah tidak berbeda banyak dengan wajah setan, wajah setan judi. Apa gunanya berjudi? Renungkanlah, sanak keluarga akan menjauh. Lahan dan rumah harus dijual. Cepat atau lambat pasti kalah. Waktu terbuang sia-sia. Api keserakahan berkobar-kobar. Menjadi cepat marah. Usaha bangkrut. Hidup bisa hancur. Saya menasihati umat manusia, jangalah ternoda oleh kata “JUDI".

Malam lusa setelah Xia Hui datang berkonsultasi, sesosok roh manusia menembus masuk kamar tidur Saya.
"Siapa kau?"
"Xia Jing, Saya adalah ayah Xia Hui." Ia berlutut di hadapan saya.
“Ada urusan apa?"
"Xia Hui berziarah ke tempat saya. Sewaktu berdoa, ia menyebutkan bahwa anda mempunyai kesaktian besar dan mampu menyeberangkan saya ke alam surga Sukhawati."
Saya tertawa terbahak-bahak mendengar nya.
Dengan wajah sangat sedih, Xia Jing bertanya, "Mengapa menertawai saya?"
"Di Kuil Setan Judi, kau terus keranjingan berjudi sampai kalah habis-habisan. Sekarang modalmu sudah habis, baru meminta Saya mengantarmu terlahir di surga Sukhawati. Bisa-bisa di surga Sukhawati pun kau meneruskan berjudi. Bagaimana saya bisa menyeberangkanmu?"
Eh ..... " Xia Jing tak bisa berkata apa-apa lagi, bermaksud pergi.

"Tunggu!" Secara prinsip, Saya tidak akan menghiraukan makhluk rendah penjudi yang sudah kalah baru berpikir untuk bertobat, yang setelah mati pun masih meneruskan kebiasaan berjudinya. Mereka sungguh memalukan dan tak tertolong lagi. Akan tetapi, Saya teringat akan ucapan putrinya, "Selagi masih hidup, ayah adalah seorang yang jujur dan patuh pada hukum." Kalimat tersebut membuat Saya tidak tega.
Saya berkata, "Saya akan menemanimu ke Kuil Setan Judi."
"Untuk apa?" Xia Jing ragu-ragu.
"Saya akan membantumu menang."

Di Kuil Setan Judi, saya menggunakan 2 jenis ilmu.
Ilmu pertama adalah ilmu menyembunyikan wujud. Tangan kiri saya membentuk mudra tinju. Ibu jari menekan ujung jari telunjuk sehingga berbentuk lingkaran. Ketiga jari lainnya tetap dikepalkan rapat-rapat. Ada lubang di telapak tangan. Letakkan tangan di depan dada. Visualisasikan diri sendiri masuk ke dalam lubang di telapak tangan. Kemudian, gunakan tangan kanan dengan telapak lurus, membuat gerakan berputar ke kanan mengelus mudra tangan kiri. Lalu, tutup lubang di mudra tangan kiri. Bayangkan mudra ini adalah Marici Bodhisattva. Bayangkan diri sendiri menyembunyikan wujud di dalam hati Marici Bodhisattva. Baca mantra Marici Bodhisattva. Maka, segala hantu dan Dewa tidak lagi bisa melihat Saya.

Lalu, saya menggunakan ilmu kedua yaitu “Hu Biji Dadu Penurut" Saya membaca mantra biji dadu mendengar perintah, "Jie Di Mi Di. Mi Jie La Di" sebanyak 7 kali.
Saya berjalan di belakang Xia Jing.
Xia Jing mengeluarkan 200 yuan untuk berjudi.
Bandar judi menolak, "Tidak bisa, 200 yuan terlalu sedikit."
Xia Jing memohon, "Sekali saja. "
"Baiklah." Bandar memasukkan biji dadu ke dalam kotak.
Setelah digoyang-goyang, diletakkan lagi.
Saya memberitahu Xia Jing, "Pilih angka 3." Xia Jing menuruti Saya.
Setelah penutup dibuka, ternyata memang tiga titik.
Bandar kalah. Xia Jing bermodal 400 yuan sekarang. Saya menyuruhnya memasang angka 6. Begitu penutup dibuka, ternyata memang '6'. Bandar jadi penasaran. Permainan berlangsung terus. Biji dadu menuruti apa kata Saya. Bila Saya katakan berapa titik, maka itulah yang keluar.
Xia Jing menang berjuta-juta.
Wajah bandar sudah seperti tanah, "Kurang ajar, ada setan!"
Dalam hati saya berpikir, "Kalianlah setannya. Lucu sekali!"
Bandar menukar biji dadu dan kotak. Hati nya penasaran.
Menurut cara bandar menggoyang kotak, seharusnya muncul 1 titik. Tetapi, bisa berubah menjadi 5 titik. Digoyang supaya muncul 4 titik, jadinya 1 titik. Bandar penasaran tapi tak habis pikir.
Hasil yang dimenangkan Xia Jing selain melunasi semua hutangnya, juga membuat Kuil Setan Judi bangkrut total. Semua harta Kuil Setan Judi menjadi miliknya. Semua karyawan menjadi anak buahnya. Semua setan judi yang ikut berjudi melawannya kalah habis-habisan. Xia Jing menjadi kava raya, berteriak kegirangan.

Saya mulai mengajari Xia Jing berlatih Tantrayana.

Tahap awal: tahap pembersihan, berlindung dan membangkitkan Bodhicitta, membersihkan karma buruk diri sendiri, mendapatkan dukungan Dharmapala Pelindung, menumpuk pahala sehingga cepat memperoleh adisthana (pemberkatan) Vajra Master.

Tahap inti: menggunakan api kundalini membakar pikiran keserakahan, menggunakan ilmu tubuh ilusi melenyapkan segala khayal dan kerisauan batin, menggunakan ilmu mengamati mimpi untuk membersihkan pandangan, menggunakan Ilmu Cahaya Suci untuk mencapai Tanah Suci yang bersih dan terang.

Tahap akhir: membangkitkan maha prasetya dan melimpahkan jasa.

Mengingat Xia Jing bertubuh roh, asalkan memiliki keyakinan yang kuat, maka akan mendapatkan rahasia keberhasilan roh.
Inilah: Jati Diri pada dasarnya tidak terlahir, Budhata sejati tidak asli dan juga tidak palsu, segalanya. bagaikan bayangan bulan di dalam air, kokoh seperti demikian, maka dapat berlatih yang sejati.

Tak Saya sangka, ternyata motivasi Xia Jing terfokus pada "ilmu biji dadu penurut". Saya bersusah-payah mengajarinya meditasi dengan penuh konsentrasi. Namun, hatinya menerawang, tidak bisa kokoh.
Xia Jing berkata, "Saya tidak mau pergi ke negri Buddha yang bersih. "
"Apa?" Saya terpaku.
"Saya ingin berlatih Tantrayana."
"Oh ... " Saya merasa lega.
"Saya hanya ingin berlatih ilmu biji dadu penurut."
"Eh ... " Saya tersentak. Inilah yang disebut sulitnya menolong para insan. Bukan hanya manusia yang bisa serakah, roh hantu pun bisa. Bedanya hanyalah hantu tidak lagi dibelenggu oleh tubuh fisik. Tetapi, mereka tetap memlhkl karma masa'iampau, tetap melekat.
"Benar-benar sifat berjudi sulit diubah," saya menghela napas.
Xia Jing berlutut di hadapan Saya dan berkata, “Disaat saya berjudi, hati dan konsentrasi saya terfokuskan. Apapun tldak lagl penting. Saat menang, senangnya tak bisa saya uraikan dengan kata kata. Mohon mengajarkan saya ilmu biji dadu penurut."
"Kau tidak cocok berlatih ilmu itu," kata saya. "Siapa yang cocok?"
"Saya."
"Mengapa?"
"Sebab Saya bisa mengendalikan diri. Saya tidak sembarang menggunakan ilmu itu. Saya hanya menggunakannya untuk tujuan menyelamatkan umat seperti dalam kasusmu."
"Kau menolak mengajari saya ilmu itu?" '
"Ya."
"Kalau kau tidak mau mengajari saya ilmu itu, saya akan pergi."
"Pergi kemana?" "Kuil Shi Gong."

Sungguh memusingkan berurusan dengan setan judi: Itulah alam neraka yang sempit dan picik. Niat judi yang menjeratnya ternyata lebih besar dari niat untuk transmigrasi ke surga, membuat saya sedikit tidak mengerti.
Sesungguhnya, Kuil Setan Judi bukan hanya ada di alam neraka. Bukankah KASINO di dunia manusia pun merupakan KuiI Setan Judi?

Putri Xia Jing datang lagi mencari saya, "Apakah ayah sudah berhasil diselamatkan?"
"Belum." "Mengapa?" "Tidak bisa."
"Jadi ayah masih berada di Kuil Setan Judi?"
"Sifat berjudi nya sangat kuat. Saya tidak sanggup mengatasinya."
Xia Hui berkata terus-terang, "Ayah sudah menganggap berjudi seperti nyawanya sendiri. Saat menjelang ajal, ayah bahkan berpesan agar barang-barang judinya dimasukkan ke dalam peti mati nya sampai penuh."

Ganti Pekerjaan Membuat Penyakit Kulit Sembuh


Oleh Maha Mula Acharya Liansheng
Diterjemahkan oleh Zhiwei Zhu


Saat dalam penyepian di Danau Daun, Aku menyadari tiga transformasi dalam Budha Vajrayana:

Pertama, transformasi energi karma atau Chi karma menjadi Chi asal (fitrah).
Kedua, transformasi Chi menjadi Cahaya, menjadi Cahaya Suci (prabhasara).
Ketiga, transformasi Prabhasara menjadi Sunyata.

Dalam Sunyata (kekosongan), tiada pengambilan tiada pengabaian, tiada bentuk tiada kekosongan, (不取不捨,不著相,不著空) inilah samadhi. Budha Vajrayana adalah bhavana dari tiga transformasi ini.

Aku punya seorang murid yang mengganti pekerjaannya karena kurangnya kesempatan kerja. Ia menjadi operator kolam pemancingan komersial. Ia membeli sejumlah besar kolam dan memelihara udang untuk dipancing pelanggannya. Setelah pelanggan berhasil memancing udang itu, udang dimasak dan dimakan di tempat. Bisnisnya berkembang pesat, ia bahkan menggaji banyak gadis cantik untuk menghibur pelanggannya.

Ia juga mengundang seorang pakar hongshui untuk mensurvei hongshui bisnisnya dan menyembah Dewa Bumi dengan meletakkan sebuah patung Dewa Bumi di tempat itu. Sebagai tambahan, karena ia murid-Ku, ia juga meletakkan sebuah patung Padmakumara di belakang Dewa Bumi.

Meskipun bisnis berkembang, masalahnya adalah sejak ia mulai menjalankan bisnis udang yang sedang booming itu, kulitnya tumbuh bisul. Bisul itu tumbuh di jari tangan, jari kaki, perut, punggung dan leher. Tidak ada pakar kulit yang ia temui dapat meresepkan obat yang manjur.

Pada tahap paling parah penyakit ini, bahkan alis matanya gatal. Kutil tumbuh di telapak kakinya, dan ia merasa sangat kesakitan sampai menangis.

Ia sembahyang kepada Dewa Bumi dan Padmakumara dengan hio. Ia menjapa Mantra Dewa Bumi, 'Namo sammanto, moo toh nam, om, doo loo doo loo dei wei, soha.' (Namo Samanta Budhanam Om Duru Duru Devi Svaha).
Ia menjapa, 'Om Guru Liansheng Sidhi Hum.'

Aku memasuki mimpinya dan memberitahunya, 'Anda harus mengganti pekerjaanmu. Memancing udang adalah membunuh makhluk hidup. Sebagai seorang sadhaka, anda tidak boleh melakukan itu. Mempekerjakan gadis cantik yang memakai gaun pendek adalah berdagang seks; seorang sadhaka tidak boleh melakukan bisnis itu. Sebaiknya anda ubah pekerjaan anda! Lebih baik bekerja di usaha yang patut (halal). Jika anda ubah pekerjaan anda, borok yang menutupi tubuhmu akan hilang dengan sendirinya.'
'Jadi aku harus memulai bisnis pachinko?' (Pachinko adalah mesin judi.)
'Itu judi, bukan usaha yang patut.'
'Lalu, aku akan membuka restoran makanan vegetarian sehat.'
'Bagus!' kata-Ku.

Murid itu berhasil dibujuk lewat mimpi, dan karena cukup yakin, ia mengganti pekerjaan secepatnya dan sepenuh hati menjapa Sutra Raja Agung Avalokitesvara. Sejak saat itu, kulitnya sembuh pelan-pelan. Akhirnya, kulitnya sembuh total, dan usaha restoran berjalan bagus juga.

Aku masuk dalam mimpinya sebagai respon spiritual karena ia menjapa Mantra Hati Padmakumara.

Ramalan Besar 大預言


Ramalan Besar
大預言

Oleh Maha Mula Acharya Liansheng
Diterjemahkan oleh Zhiwei Zhu


Saat Aku tinggal di Taiwan tahun 2011, ada seorang Guru Wang meramalkan, pada pukul 10 tanggal 11 bulan 5 tahun 2011 akan terjadi gempa bumi besar 14 skala Richter.
...
Pulau Taiwan akan patah menjadi dua pulau.
Ada tsunami yang sangat besar.
Akan merenggut jutaan jiwa.
Ramalan Guru Wang ini membuat kegemparan besar, pemberitaan media bersaing melaporkan. Guru Wang tidak main-main, ia membangun banyak sekali kontainer di Puli, menimbun bahan makanan cukup untuk satu tahun.
Ramalan Guru Wang, konon didasarkan pada kesimpulan yang ditarik dari 'Jalan Garis Emas' (金線之路) dari Pat-kwa I-Ching.
Gempa bumi besar 14 skala Richter.
Tsunami besar.
Taiwan pecah menjadi dua pulau, memakan korban jutaan orang.
Ini termasuk ramalan besar.
Demi hal ini Aku memohon petunjuk 'Maha Resi Bunda Emas'
Aku bertanya: 'Ramalan kiamat 511 (tanggal 11 bulan 5), apakah benar itu?'
Bunda Emas menjawab: 'Tidak ada masalah demikian.' (Tenanglah)
Aku bertanya: 'Gempa bumi skala 14, mungkinkah itu?'
Bunda Emas menjawab: 'Ada Anda di Taiwan, mana mungkin terjadi.'
Aku bertanya: 'Punyakah Aku kekuatan yang demikian hebat, mampu meredam bencana?'
Bunda Emas menjawab: 'Anda adalah Budha.'


Dengan dingin Aku memikirkan tentang 'Ramalan Besar'. Sebenarnya dulu ada satu 'Organisasi Piring Terbang' punya 'Chen Hengming', juga menubuatkan 'kiamat', Tuhan akan mengutus 'piring terbang' datang menjemput mereka.
Pada akhirnya, tidak ada apa-apa.
Hari ini ada ramalan kiamat tgl. 11 bulan 5 tahun 2011, juga akan berakhir tidak ada apa-apa.
Aku ada satu desahan napas: 'Manusia takut akan hari kiamat, tetapi, tidak mau melatih diri, dapat dikatakan sebagai tragedi besar!'
Aku bertanya: 'Dapatkah Aku membuat ramalan besar?'
Bunda Emas menjawab: 'Anda mampu. Tidak ada yang tidak diketahui oleh Mahaguru Lu, kekuatan supernatural dan Dharmabala tiada terhingga, setiap kata selalu tepat adanya.'
Aku bertanya: 'Meramalkan apa?'
Bunda Emas menjawab: 'Gempa besar, banjir besar, kebakaran hutan besar, angin topan besar, semua ini belum bisa dikatakan besar.'
Aku bertanya: 'Apa yang baru termasuk ramalan besar?'
Bunda Emas menjawab: 'Matahari meledak secara alamiah, bumi membeku, ini baru ramalan besar. Sembilan planet keluar dari orbitnya, planet saling menabrak, ini baru ramalan besar. Hilangnya gravitasi bumi, semua makhluk hidup tertelan oleh angkasa, ini baru ramalan besar. Bumi pecah menjadi beberapa keping, umat manusia dan makhluk hidup semuanya musnah, ini baru ramalan besar...'
Aku bertanya: 'Apa ada ramalan yang lebih besar lagi?'
Bunda Emas menjawab: 'Dunia manusia pada dasarnya memang tidak ada, ini ramalan yang paling besar.'
Aku berkata: 'Ini tidak mungkin, jelas-jelas ada dunia manusia!'
Bunda Emas menjawab: 'Laksana mimpi sekilas, laksana embun dan kilat, tiada aku, tiada manusia, tiada makhluk hidup, tiada umur, apa namanya ini?'
Aku berkata: 'Ini baru ramalan besar!' (Sifat asli dharma fenomena)