Loading...

Saturday, July 30, 2011

Memunguti Tahi dan Kencing

Memunguti Tahi dan Kencing
 
Oleh Maha Mula Acharya Liansheng
Diterjemahkan oleh Zhiwei Zhu


Saat ibu masih hidup dulu, ia sering berkata pada kami:
'Kalian itu saya besarkan dengan 'memunguti tahi dan kencing.' (dengan susah payah).
Ia berkata lagi: 'Pada saat tangan menggendong anak, saat itu barulah memahami perasaan orangtua.' (Artinya adalah, pada waktu kita mempunyai anak, baru memahami beratnya beban menjadi orangtua.)
Aku pada saat itu tidak merasakan apa-apa setelah mendengar kata-kata itu. Masa-masa pertumbuhan saat itu, didalam hati-Ku bahkan berpikir: 'Ibu pemarah.'
Aku biang kerok kenakalan.

Belakangan, setelah Aku menikah dengan Acharya Lianxiang, lahirlah Fo Qing dan Fo Qi.
Karena pekerjaan geodesi di luar yang bersifat jangka panjang, saat mempunyai anak seluruhnya diurus Acharya Lianxiang, pada saat itu kesibukan pekerjaan geodesi di luar, ditambah dengan konsultasi hongshui dan spiritual, urusan keluarga seluruhnya ditanggung oleh Acharya Lianxiang.
Foqing sangat manja pada Acharya Lianxiang. (sampai mandipun harus duduk didalam bak mandi)
Lambung dan usus Foqi selalu kurang baik.
Acharya Lianxiang mengasuh satu yang besar satu yang kecil, telah mengunjungi semua dokter anak di kota, akhirnya, setelah dibawah pengawasan DR. Zhou Yi Shou, barulah sembuh penyakit alergi usus dan lambung Fo Qi.
Fo Qi hampir meninggal, ia diselamatkan oleh Dr. Hu dengan obat penguat jantung.
Acharya Lianxiang 'memunguti tahi dan kencing' Fo Qing dan Fo Qi, perasaan-Ku biasa-biasa saja karena karena Aku berada di luar.
Aku hanya tahu, sejak ada Fo Qing dan Fo Qi Acharya Lianxiang dengan cepat menjadi kurus.
Dan telah menua hampir sepuluh tahun.
Kesusahan itu dapat dibayangkan.

Dan lagi:
Aku melihat sepasang orangtua muda, bepergian beberapa hari, menitipkan bayinya yang baru berumur satu setengah tahun pada neneknya.
Nenek ini benar-benar 'memunguti tahi dan kencing'.
Setiap satu jam harus mengganti popok, dalam sehari bayi harus buang air besar tiga sampai empat kali, dengan buang air kecil yang banyak sekali.
Baru saja buang air kecil, sebentar kemudian buang air kecil lagi.
Baru saja buang air besar, sebentar kemudian buang air besar lagi.
Susah payah mencuci, susah payah mengganti popok, harus mencuci pantat bayi pula.
Harus menyuapi makan, minum susu, buah, air.
Bayi harus banyak makan, kalau tidak mau makan harus dibujuk.
Masih harus menemani bayi bermain.
Sebentar menangis, sebentar tertawa, sebentar ngomong sendiri.'
Air kencing di karpet, karpet harus dibersihkan.
Kotoran di karpet, harus diambil, dibersihkan; selalu memperhatikan warna kotoran, kering atau basah, encer, berair. (menyesuaikan makanan).
Nenek ini karena tua tidurnya tidak nyenyak, masih harus menjaga bayi pula, bayi di waktu malam akan mencari orangtuanya, menangis malam, merasa asing ditinggal....
Segala cara bujukan telah dicoba, bayi masih tidak mau tidur, sampai jam lima dini hari baru tidur.
Namun neneknya tidak tidur semalaman, jam lima harus bangun untuk bekerja.
Beginilah terjadi selama beberapa hari, hari-hari 'memunguti tahi dan kencing', menunggu si ibu muda pulang baru selesai semuanya.
Beberapa hari kemudian, banyak kehilangan berat badan dan hampir tumbang.

Apa yang Aku tulis adalah apa yang Aku lihat, saat itu baru terkejut Aku, ternyata beginilah cara bayi bertumbuh menjadi dewasa.
Yang mudah pengasuhannya masih tidak apa-apa, ada yang sulit diasuh, benar-benar membuat orangtua menderita, terutama ibu; Aku baru sadar alangkah besarnya 'kasih ibu', sungguh luarbiasa agungnya.
Ibuku membesarkan enam orang anak.
Acharya Lianxiang membesarkan dua orang anak.
Mereka sungguh luhur, dan semua ibu di dunia ini sungguh luhur, 'memunguti tahi dan kencing' sungguh tidak mudah.
Tidak heran Budha mengkhotbahkan: 'Sutra Besarnya Budi Orangtua Yang Sulit Dibalas'!

0 Comment:

Post a Comment