Loading...

Sunday, September 18, 2011

Berapa Banyak Yang Dimakan Dari Hidangan Ini


Berapa Banyak Yang Dimakan Dari Hidangan Ini
Oleh Maha Mula Acharya Liansheng

Diterjemahkan oleh Zhiwei Zhu


Terlebih Aku tuliskan sebuah cerita:

Ada seorang pemabuk yang penuh dengan aroma minuman keras naik angkutan umum, ia kebetulan duduk di samping seorang pastor.
Pastor melihat pemabuk ini, kemejanya sangat kotor, wajahnya terdapat bekas lipstick wanita, ada setengah botol minuman keras di kantongnya, sedang membaca koran lama.
Pemabuk ini bertanya pada pastor:
'Bapa, apa penyebab penyakit radang sendi?'
Pastor menjawab:
'Itu karena setiap hari menyia-nyiakan hidup, bergaul dengan wanita PSK, sering bermabuk-mabukan, kalau tidak bertobat maka akan mengidap penyakit ini.'
'Oh, begitu rupanya!' si pemabuk bergumam sendiri.
Pastor bertanya pada si pemabuk:
'Sudah berapa lama kamu mengidap radang sendi?'
Pemabuk menjawab:
'Bukan saya, bapa, saya membaca di koran Paus mengidap radang sendi.'
Pastor:
'...................'

(Meskipun ini sebuah lelucon, tetapi cukup untuk mengingatkan manusia, jangan hanya melihat penampilan saja, isi lebih penting. Disinilah poin penting dari dialog antara Guru Zen dengan Guru Zen, kata-kata di permukaan sangat sederhana, namun didalam dialog terkandung misteri yang mendalam, para siswa luhur harus dapat menangkap misterinya.'


Guru Zen Huangbo Xiyun pergi ke dapur, bertanya pada biksu 'kepala nasi' (飯頭):
'Anda sedang melakukan apa?'
Kepala nasi berkata:
'Sedang mengambil beras untuk makanan para biksu.'
Huangbo bertanya:
'Satu hidangan butuh berapa banyak beras?'
Kepala nasi menjawab:
'Dua setengah shi (ukuran).'
Huangbo bertanya:
'Terlalu banyak bukan?'
Kepala nasi menjawab:
'Masih mengeluh terlalu sedikit lho!'
Begitu mendengar ini, Huangbo memukul biksu kepala nasi.
Biksu kepala nasi ini, pergi menemui Guru Zen Linji Yixuan membicarakan soal ini.
Linji berkata:
'Saya bantu anda melawan ketidakadilan.'
Pergilah mereka ke Huangbo Xiyun.
Linji berkata:
'Biksu kepala nasi tidak bisa (menjawab), biar saya mewakilinya berbicara.'
Huangbo bertanya:
'Coba anda katakan.'
Linji bertanya:
'Bukankah telah makan terlalu banyak?'
Huangbo menjawab:
'Kelak kemudian hari akan makan lebih banyak lagi.'
Linji berkata:
'Mengapa kemudian hari, makan saja sekarang.' Lalu ia meninju.
Huangbo berkata:
'Pria gila ini datang lagi ke sini membelai harimau (menantang orang berkuasa/ bermain-main dengan bahaya besar).'
Linji minum-minum, lalu keluar.


Aku memberi petunjuk:
Pada saat itu, biksu pemasak nasi di dapur disebut 'kepala nasi', biksu penanam dan pemasak sayur disebut 'kepala sayur'.
Huangbo bertanya pada kepala nasi, bukankah terlalu banyak? Jika biksu kepala nasi adalah seorang berilmu/esoterik/mistik (會家子), tidak perlu ia menjawab, apalagi mengeluh terlalu sedikit.
Seandainya Aku yang menjawab:
'Tidak banyak juga tidak sedikit, sebenarnya tidak ada banyak dan sedikit.'
Sedangkan yang menarik dalam dialog Huangbo dan Linji adalah:
Yang satu mengatakan: 'Kemudian hari.'
Satunya lagi mengatakan: 'Sekarang.'
Seandainya Aku Shengyen Lu hadir pada saat itu, Aku berkata:
Siapa yang memasak nasi? Siapa yang makan nasi? (Sifat Kesunyataan).
Sadhaka Zen, mari kita makan-makan! (Upaya kausalya).

0 Comment:

Post a Comment