Malapetaka Dalam Kehidupan Manusia (瑤池金母談人生災難)
Nasehat Yaochijinmu Mengenai
Malapetaka Dalam Kehidupan Manusia
Dharmadesana Vajracarya Samantha (Lianhua Lihui) 19 May 2007
Translated by Jun Shi An
Sembah sujud kepada Mahamulacarya, Para Guru Silsilah, Para Buddha Bodhisattva Mandala dan adinata api homa.
Selamat malam Acarya Lianzi(蓮紫上師), para bhiksu, saudara-saudari Sedharma sekalian, Om Mani Padme Hum. (tepuk tangan hadirin).
Pada Upacara Api Homa hari ini, begitu mulai , begitu saya duduk , menjentikkan jari, muncul rasa haru, keharuan ini bukan karena ada masalah, melainka muncul dari dalam batin, bagaimana mengutarakannya ? Hanya dapat dikatakan bahwa ada suatu rasa dimana pikiran dan darah meluap, dalam nati merasa berdebar.
Merasa bagaimana ? Merasa ada orang yang akan meninggal dunia. Begitu perasan macam ini timbul, pasti bakal terjadi. Saya harus memeriksanya, untuk mengetahui siapakah berikutnya ? demikianlah. ( .Catatan : Ternyata ada beberapa umat yang berurutan meninggal dunia)
Saat itu juga saya berpikir, bahwa saat seseorang hidup di dunia ini, tidak memanfaatkan waktu dengan baik untuk melakukan hal-hal yang berguna. Jika tidak memanfaatkan waktu hidup diri sendiri, tidak memanfaatkan dengan baik harta benda , kemampuan dan materi, tidak mengguanakan ini semua dengan baik. Maka kedatangan orang tersebut di dunia ini adalah sias-sia, sungguh patut disayangkan. Tidak peduli dia mempunyai apa, tidak peduli ia ternama, semuanya sia-sia.,
Maka, saat menerima pertanda bahwa ada sebuah kehidupan yang hendak berakhir, saya akan melihat apakah dia mampu menggunakan kesempatan yang masih ada, kehidupannya sejak kecil sampai besar ini, harus saya periksa, siapakah dia ? Jika dia telah mempergunakannya dengan baik, tidak peduli masa hidupnya panjang atau pendek, namun sungguh terasa pantas dijalani.
Bagaikan seseorang yang menggunakan banyak waktu untuk berencana pergi tamasya, telah menguras tenaga dan materi, juga telah menentukan waktu,kemudian saat tiba waktu tamasya ia menjadi seorang wisatawan yang baik, menikmati pemandangan dan lokasi, menikmati tiap sesinya dan komunikasi dengan orang-orang yang ditemui, dengan demikian tidak akan menyia-nyiakan waktu dan tenaga yang telah Anda korbankan, semangat dan materi Anda, waktu Anda, jadilah seorang wisatawan yang merasa puas dengan apa yang ada , pada saatnya tiba, melambaikan tangan meninggalkan tempat wisata tersebut, pulang dengan rasa puas.
Demikianlah barusan bunyi suara hati saya, Yaochijinmu sangat welas asih, Beliau mengetahui apa yang saya rasakan, dengan alamiah terjadilah pembicaraan yang mengembangkan Kebijaksanaan. Demikianlah yang dikatakan oleh Yaochijinmu :
“Manusia hidup memang harus melalui banyak petaka dan banyak kesulitan, barulah bisa merealisasikan Kebuddhaan ; Jika tidak ada petaka dan tidak ada kesulitan, maka tidak akan mungkin mencapai Kebuddhaan.”
Kemudian Jinmu menuturkan ajaran, apa yang Beliau ungkapkan sangatlah mengena, juga sangat jelas. Beliau mengatakan :
“Berkah dan petaka adalah saling bertautan, juga sekaligus saling berlawanan, tiada petaka maka tidak akan ada berkah,jika tidak ada berkah, maka juga tidak aka nada petaka.”
“Kelihatanya tidak selaras, namun sesungguhnya saling berhubungan, demikianlah semua hal di dunia ini.”
“Tiada lahir, maka tidak akan ada mati ; Tidak ada mati, maka tidak akan ada lahir.”
“Tiada keberhasilan, maka tidak akan ada kegagalan ; Tiada kegagalan maka tidak ada keberhasilan.”
Seperti saat kita melihat pertandingan bola, tidak pduli Negara yang mana, atau klub dari mana, pertandingan sepak bola semacam itu, semuanya kalah menang silih berganti, tidak bisa menjamin pada pertandingan berikutnya pasti menang, semuanya silih berganti, tidak ada sebuah klub bola yang selamanya menang.
Seperti Klub 49 di San Fransisco ini, dulu saya pernah mendengar bahwa mereka sangat hebat, sering menang, sekarang semua telah tiada. Anak sulung saya sejak kecil selalu berharap kelak bisa bergabung di klub tersebut, akhirnya dia sendiri tidak bergabung, namun akhirnya menjadi asisten pelatih di klub 49, Hanya saja nasibnya kurang baik, saat ia menjadi asisten pelatih, klubnya tidak pernah menang, maka hancurlah mimpi indahnya, sejak saat itu ia sangat kecewa terhadap klub 49, kemudian ia meninggalkannya, demikianlah di dunia ini tidak ada yang selamanya selalu menang.
Seperti saat saya melihat putera bungsu saya, Miaozheng , mengikuti pertandingan bola basket, sungguh tidak mudah mendapat waktu untuk bisa hadir menyaksikannya, akhirnya yang saya lihat adalah sebuah kekalahan, ia merasa sedih, karena dia mengharap bisa tampil dengan baik dihadapan mamanya.
Saat pertandingan, puteri saya, Miaoxing mengatakan : “Mama, japa mantra ! japa mantra !” Melihat klub adiknya kalah, ia terus mengatakan : “Japa mantra. Mama ! adhistana !"”Saya melihatnya dan mengatakan : “Saya tidak boleh melanggar lagi ! Saya tidak boleh melanggar untuk yang kedua kalinya!”
Karena sepuluh tahun yang lalu pernah mengalami suatu kejadian, melihat anak saya mengikuti pertandingan American Footbal, saat itu saya memasuki arena melihat klub yang putih kalah 30 – 40 poin. Saya teringat ia pernah membawa kaos football yang berwarna putih untuk memohon adhistana, maka saya merasa : Bagaimana bisa membiarkan klub putih anak saya kalah ? Sudah susah payah bisa menyaksikan sekali ini.
Maka saat itu diam-diam saya melafalkan mantra , visualisasi, mengharap supaya posisi itu bisa berubah.
Akhirnya dalam setengah jam, klub yang putih mendadak berkobar semangatnya, tiap anggotanya menjadi bagaikan seekor singa, tiap bolanya masuk, akhirnya mereka bisa membalikkan keadaan. Dalam waktu 20 menit saya menghela nafas lega, merasa akhirnya bisa tenang, tiba-tiba Saudara Sedharma Zhou datang dan mengatakan : “Kau duduk di tempat yang salah ! Mereka adalah klub merah, kau duduk di sisi yang salah!”
Saat itu saya melihat, ternyata putera sulung saya sedang berada di seberang melambaikan tangan kepada saya dan dia mengenakan kaus berwarna merah !
Lantas, siapakah yang mengenakan kaus putih bernomor 75 yang barusan saya doakan terus menerus ? ?
Skor nya , klub merah yang awalnya menang 40 an poin, menjadi kalah 66 poin ! Saya langsung bertukar tribun, duduk menuju tribun pendukung klub merah. Saat itu saya terus melafal dan melafal . . . sudah tidak ada gunanya lagi, sudah tidak ada waktu !
Saya melihat putera saya menoleh, pertama kalinya menghadap ke tribun penonton dan beranjali untuk memohon pada saya : “Ma, please . . .” kemudian dia berlutut, “Ma , please . . .” , ia mengaggap saya seperti dewa.
Saat itu saya juga beranjali, “Please, . . .” Menghadap kea rah langit. (hadirin tertawa).
Kemudian Dewata memberitahu saya : “Bukankah pernah memberitahu Anda ? jangan memohon untuk memuaskan keinginan pribadi !” Lihatlah, saya telah diberi sanksi demikian, sejak saat itu saya tidak pernah lagi melihat pertandingannya.
Maka, saat Miaoxing memohon saya untuk mengadhistana klub basket Miaozheng, saya mengatakan : “Jika dia harus menang, maka ia akan menang, let it be,alamiah saja!”
Akhirnya menyaksikan sampai akhir, mereka kalah, Miaozheng merasa sangat sedih, ia mengatakan sorry kepada saya, saya menjawabnya : “Apa yang harus di maafkan ? menang-kalah adalah demikian adanya, semua alamiah saja.”
Selain teman sekelas Miaozheng, masih ada lagi siswa Purple Lotus School yang menjadi grup pemandu sorak, mereka berteriak sampai suaranya habis, semua kembali dengan kecewa.
Tapi, siapa tahu ? Ternyata dalam hasil akhir semua seri pertandingan, mereka menjadi juaranya ! Ah . . . untung saya tidak mendengarkan kata-kata Miaoxing , tidak terpengaruh olehnya, jika memang harus menang, maka mereka akan menang. Andaikata saat itu saya berbuat egois, maka justru akan celaka, sebab tidak disangka-sangka ternyata akhirnya mereka menjadi pemenang!
Jadi, tidak ada kalah, maka tidak ada menang ; Tidak ada menang amka tidak akan ada kalah ; Demikianlah kehidupan manusia saling bertentangan, menurut Anda apakah itu sesuatu yang bertentangan ? Apakah menang adalah menang ? kalah adalah kalah ? menang adalah kalah, kalah adalah menang,demikianlah dalam perkataan Yaochijinmu, tidak ada yang absolut.
Beliau mengatakan : “Kejadian dalam kehidupan manusia itu saling bertentangan. Segala sesuatu ada prosesnya, makna dan jalurnya , jika semua serba tidak berubah, maka tidak akan – ada rasa suka – marah – sedih – dan gembira, tidak akan-ada kelahiran dan kematian yang memisahkan dan tidak akan –ada proses pembentukan, berkembang, rusak dan lebur.”
“Segala sesuatu terus berubah, tidak ada yang tidak berubah.”
“Asalkan ada kehidupan, maka ada perubahan, sedangkan perubahan merupakan ketidak kekalan.”
Kemudian Beliau bertanya :
“Apakah kau mempunyai nyawa?”
Saya menjawab : “ada.”
“Demikianlah, harus menghadapi kematian, perubahan, ketidak kekalan, jadi apa yang musti di sedihkan ?”
Beliau mengatakan :
“Jika daun yang lama tidak gugur, maka tidak akan tumbuh daun yang baru, ini merupakan proses, suatu kebenaran yang tak berubah.”
Jika daun yang lama tidak gugur, maka daun yang baru tidak akan tumbuh, renungkanlah segala di alam ini, demikianlah kehidupan itu. Apa yang dimaksud Beliau sebagai kebenaran yang tak berubah ? Kebenaran yang tak berubah adalah perubahan ! Kita mengira bahwa tidak berubah adalah tidak berubah, ini merupakan suatu kesalahan, yang tidak berubah adalah perubahan-perubahan dan perubahan ! Segalanya akan berubah ! Jika tidak berubah itu barulah aneh !
Coba Anda lihat, sejak kecil sampai dewasa, siapakah yang tidak berubah ? Amatilah siswa sekolahan kita, ini yang paling mudah merasakan ketidak kekalan, sedikit saja dalam sekejap tidak kelihatan, mereka telah berubah. Pada saat awal masuk masih kecil, dalam sekejap langsung menjadi besar, semakin tinggi, semakin matang, demikianlah kehidupan manusia selalu mengalami perubahan, siapakah yang tidak berubah ? Yang kecil menjadi dewasa, yang dewasa menjadi tua. Yang kecil terus tumbuh, inilah kebenaran yang tak berubah, kebenaran yang tidak berubah adalah perubahan.
Yaochijinmu memberitahu kita , apa yang musti di ratapi ? Apa yang pantas membuat kita tidak rela ? tiap saat daun di pohon-pohon sedang berguguran, apakah Anda juga akan meratapinya ? karena Anda tahu bahwa itu adalah hukum alam, sehingga Anda tidak akan meratapi gugurnya dedaunan.
Beliau mengatakan : “Hargailah setiap saatnya ! Kehidupan manusia timbul tenggelam terus maju, tidak ada roda tumimbal lahir yang berputar kembali.”
“Hidup adalah sekuntum bunga yang mekar sesaat, tidak mungkin selamanya segar dan cantik.”
Beliau mengharapkan supaya kita dapat menghargai berkah dan jodoh yang ada, semuanya hendaknya menghargai segala sesuatu hal atau orang yang ada untuk kita sekarang ini, kita semua saling menghargai jodoh yang ada.”
“Hidup adalah sekuntum bunga yang mekar sesaat.” Biksu Lianjiu (蓮久法師) yang mengatur bunga , umat yang membeli bunga dan semua saudara Sedharma yang mempersembahkan bunga akan lebih bisa memahami hal ini, tidak peduli bagaimana indahnya bunga, dirangkai dengan indah, beberapa saat kemudian akan menjadi kering dan layu, warna dan rupanya berubah.
Saya rasa kalimat nasehat dari Nya ini bisa dijadikan sebuah lagu , Beliau mengatakan :
“Segala sesuatu akan berubah, Anda berubah, saya berubah, kita semua berubah, kehidupan manusia adalah sebuah panggung sandiwara yang terus berubah.”
“Saat Anda naik pentas Andalah pemeran utamanya, saat saya naik pentas sayalah pemeran utamanya, saat dia tampil maka dialah pemeran utamanya.”
“Apapun yang dilahirkan, sedang memerankan tema kehidupan, tampil di dalamnya sampai pertunjukan usai, bukankah demikian kehidupan manusia ?”
“Yang menyukainya, silahkan tampil lagi, terus mementaskan, sampai usainya beberapa episode.”
“Ingin memahami kehidupan manusia ? inilah kehidupan itu!”
“Bukankah ini menarik, tidak berdaya lagi, akhir dari kehidupan adalah kematian.”
“Pada saat akhir pertunjukan, berdiri di atas panggung berpamitan dengan membungkuk memberikan hormat.”
Kemudian, kalimat berikut ini sungguh patut direnungkan :
“Pada saat akhir pertunjukan masih bisa berdiri di atas panggung untuk menyampaikan terima kasih, itulah kehidupan manusia.”
Beliau juga mengatakan :
“Pergilah, pergilah berdiri di atas panggung, bil adayanhg harus diperankan, maka pernakanlah, berterima kasihlah saat pertunjukan usai, membungkuk sekali, terima kasih dan sampai jumpa!”
Para actor yang ikut bermain dalam pentas semuanya memiliki kesempatan untuk tampil. Maka dengan seuat tenaga tampilkan tokoh yang Anda perankan, meskipun Anda bukan tokoh utamanya, Anda juga hrus menyesuaikan dengan alurnya, posisi Anda, raut wajah Anda, gerakan Anda, semua harus diselaraskan.”
Maka Beliau mengatakan, ada yang bisa dimainkan, maka mainkanlah, saat Anda telah berdiri di pentas, semua harus ditampilkan dengan baik. Jangan sampai lupa diri.”.
Ini patut untuk direnungkan, berapa orang yang pada saat akhir hidupnya dapat pergi dengan rasa puas ? dapat berterima kasih atas segala tempaan dalam hidup ini, berterima kasih atas kesempatan berperan yang telah diberikan kepada Anda, berterima kasih pada sutradara dan para penonton yang telah menikmati pertunjukan kita. Kebanyakan orang pada saat akhir hidupnya, tidak mampu untuk merelakan, semua merasa kecewa dan tidak puas, tidak mungkin berterima kasih pada orang-orang dan tidak mungkin pergi dengan rasa puas dan terima kasih.”
Nasehat Yaochijinmu mengenai kehidupan, semua serba alamiah, Beliau merasa tidak ada apa-apa, sebab kehidupan adalah suatu proses, sebuah jalur, merupakan roda samsara yang tidak akan berbalik kembali, terus maju, tidak akan membuat Anda menunggu, langsung dilanjutkan, maka ada sebuah pepatah “Ombak sungai Yangtze yang dibelakang mendorong yang di depan, ombak yang di depan sirna diatas hamparan pasir di tepian.” Demikianlah hidup, generasi demi generasi, terus saling menyambung, tidak peduli betapa pintarnya Anda saat ini, tidak peduli betapa rupawannya Anda, tidak peduli betapa tampannya Anda, begitu waktunya tiba, akan sama seperti ombak, akan di dorong ke arah depan, tidak berdaya, sirna diatas pasir di tepian, menjadi buih-buih dan tiada, kemudian datanglah ombak yang dibelakangnya, yang dibelakang melanjutkan apa yang dialami oleh yang di depan, demikian banyaknya kehidupan, semuanya dengan alamiah akan berpamitan.
Banyak orang yang memandang hidup dan mati sebagai sesuatu yang sangat menakutkan, semua karena ketidak tahuan, begitu mendengar ada yang meninggal dunia langsung merasa takut, merasa sangat tak terduga dan terus bertanya : “Kenapa ? kenapa ?”
Yaochijinmu mengatakan bahwa ini sangat alamiah, tiba waktunya, maka siang hari akan terang ; Saat malam tiba haripun gelap, maka harus menyalakan lampu, jika tidak maka tidak akan bisa melihat, ini semua sangat alamiah ! Setiap hari Anda menjalani kehidupan, tidakkah Anda menyadari bahwa ini semua sangat alamiah ? keberhasilan-kegagalan, menang – kalah, semua sangat alamiah ! Hidup-mati juga alamiah ! muda – menua juga sangat alamiah ! Semua adalah hal yang sanagt alamiah.
Hari ini Beliau telah memberikan kita sebuah nasehat yang sangat mudah dipahami mengenai kehidupan manusia, kelahiran dan kematian. Jika Anda memandang kematian sebagai hal yang tidak dapat dimengerti, maka Anda akan merasa sangat sedih, Anda akan diliputi ketidak tahuan dan kegelapan batin, akan bersedih demi hal-hal semacam itu,maka masalah tersebut akan terus menghantui, kehidupan Anda menjadi terpuruk.
Saat Anda mempunyai kesempatan untuk memainkan sebuah peran, maka perankanlah dengan sebaik-baiknya. Sekarang kita semua berdiri diatas panggung alam manusia ini, maka marilah kita mainkan peran kita dengan sebaik-baiknya. Supaya para penonton yang menyaksikan ini memberikan tepuk tangan yang meriah kepada kita semua. Inilah yang ingin disampaikan oleh Yaochijinmu kepada kita, dan kita bersama untuk menghayatinya.
Semoga Anda semua sejahtera dan paripurna.
Om Mani Padme Hum
(tepuk tangan hadirin)
Posted in: Buddhism,Kasogatan,Tantra,Zen,Zhenfo Zong
0 Comment:
Post a Comment