┊ ┊ ┊ ★ Homage to Grand Master Lian Sheng
┊ ┊ ☆ 精進修持歷22載 時輪金剛終相應
┊ ★ 22th Tekun Bersadhana Akhirnya Beryukta dgn Kalacakra
☆ Translated by Lianhua Jun Shi An
source : http://www.wtbn.org/696/p696-0
精進修持歷22載 時輪金剛終相應
──訪宜蘭「禪光堂」游金禪助教
文/本報記者 曉曉
在佛教界,真佛宗是一個「敬師、重法、實修」的新興宗派,它的修
2008年5月24日,聖尊蓮生活佛在西雅圖週六同修後的開示提
台灣宜蘭「禪光堂」的游金禪助教,修持真佛密法凡二十二年,他的
《自幼鼻病纏身 依附宗教求治》
今年四十五歲的金禪助教是宜蘭縣人,出身貧窮的農家,國中起罹患
金禪助教自幼即對人生產生一連串的問號,七、八歲時看見往生的祖
那是當兵期間的某一天放假日,游助教逛書攤時買到了盧勝彥著的「
《時時刻刻持咒 燒護摩千餘壇》
「打從一皈依,就開始修法。」金禪助教的精進果真不同凡響,「那
持咒,是金禪助教最拿手的了。自轉修真佛密法後,他即捨棄已持誦
對游助教而言,持咒是一生一世的事,走到哪裡,唸到哪裡,往往一
想來也是佛菩薩的巧安排,讓金禪助教的工作環境一直都很安逸,所
而自師佛傳下護摩大法以來,金禪助教即日日到佛堂修火供作廣大供
誠如金禪助教所言:「我大部分時間就是在修行,生命、時間、金錢
《家人配合護持 母親往生殊勝》
如果說,金禪助教是一位專業的閉關修行人,那麼如此的勇猛精進似
(未完待續)
♡.............♡............♡..
INTRO :
"Saat itu masih muda dan baru saja terjun ke masyarakat, hanya ingin mengejar harta, jadi selain menekuni Sadhana Guruyoga, juga menambahkan dengan Sadhana Jambhala Kuning, namun karena karmawarana, maka sama sekali tidak pernah memperoleh kontak batin."
"Bahkan mertua saya yang seumur-umur melarang saya untuk bersarana di Zhenfozong, pada saat akhir hidupnya mengatakan kepada saya : "Anda harus ingat jika saya telah meninggal dunia, kelak saat Anda berjumpa dengan Buddha Hidup Liansheng, harus membantu saya menyampaikan rasa terima kasih saya !"
***
22 Tahun Tekun Bersadhana
Akhirnya Beryukta Dengan Kalacakravajra (時輪金剛-shilun jingang)
Wawancara dengan Pandita Lokapalasraya You Jinchan (游金禪助教)
Dari Cetya Chan-guang di Yilan Taiwan (宜蘭禪光堂)
oleh : 曉曉 - xiaoxiao
Dalam dunia Buddhisme, Zhen fozong merupakan sebuah sekte yang mengutamakan "Menghormati Guru, Menitikberatkan Dharma, Tekun Bersadhana." penekunannya ada silsilah, ada tahapan dan ada tata caranya. Namun diantara 5,000,000 siswa sarana di seluruh dunia, yang dapat melaksanakan sesuai dengan instruksi dan mencapai kemajuan, yang setiap langkahnya membawa kemajuan, yang terus maju walaupun menghadapi berbagai rintangan, apalagi yang mampu memperoleh realisasi, dikhawatirkan dari 10 atau 100 ribu hanya ada satu saja. Semua sisanya jika bukan karena disibukkan oleh urusan pekerjaan, keturunan dan lain sebagainya, berarti karena afinitas dengan Buddha kurang mendalam, namun sebagian besar prosentasenya adalah karena karakternya yang malas.
Pada 24 Mei 2008, saat puja bakti akhir pekan di Vihara Vajragarbha Seattle, Mahaguru Buddha Hidup Liansheng, dalam Dharmadesananya mengatakan :
"......Yang mencapai yukta dalam Sadhana Kalacakravajra, Hevajra (Xi-jingang) dan berbagai Sadhana Vajra lainnya, akan mampu mencapai Kebuddhaan dalam kehidupan saat ini juga. Saya pernah mengatakan, Pandita Dharmadhuta Liangyong dari Brazil (梁勇講師 - liangyong jiangshi) (ket : Saat ini beliau adalah Acarya Lian He) ,dia sudah beryukta dengan Kalacakravajra ; Dan lagi saudara Sedharma Jinchan dari Cetya Changuang di Yilan, dia juga beryukta dengan Kalacakravajra."
Pandita Lokapalasraya You Jinchan dari Cetya Chan-guang di Yilan, telah menekuni sadhana Tantra Zhenfo selama 22 tahun, ketekunan dan kedisiplinannya sungguh membuat segan yang mengetahui. Atau mungkin setelah membaca laporan wawancara ini Anda akan mempunyai pendapat yang sama : "Dia memang sudah seharusnya memperoleh yukta."
《Mencari Penyembuhan Bagi Sinusitis Diderita Sejak Kecil》
Pandita Lokapalasraya (ket : selanjutnya saya tulis zhujiao untuk mempersingkat) Jinchan yang tahun ini berusia 45 tahun adalah penduduk Yilan, lahir dari keluarga petani yang miskin, saat SMP dia mulai mengidap sinusitis akut, sampai mengalami kemunduran dalam daya ingat, sehingga mudah lupa, karena saat SMA tidak bisa lulus diterima masuk ke sekolah yang diharapkan, maka dia memutuskan untuk masuk ke Sekolah Bisnis, Police College,kemudian memperoleh sebuah pekerjaan tetap.
Jinchan zhujiao sejak kecil sudah timbul banyak pertanyaan terhadap kehidupan manusia, saat menginjak usia 7-8 tahun menyaksikan jenasah neneknya di dalam peti mati, selain merasa takut, juga menimbulkan kesan khusus terhadap kematian. Kemudian menghadapi berbagai hal yang tidak sesuai harapan dalam hidup, ditambah belenggu penyakit, sehingga membuatnya haus akan tumpuan bagi jiwa, jadi saat menjalani wajib militer,dia berdevosi kepada Bodhisattva Avalokitesvara (Guan-shi-yin pusa) dan melafalkan Mahakaruna-dharani (Da-bei-zhou). Karena ketulusannya, ia sering memperoleh kontak suara mantra tanpa henti, dan sampai akhirnya membuat berkahnya mencukupi, berjodoh dengan Guru Yang Tercerahkan di masa ini, yaitu Buddha Hidup Liansheng.
Saat itu pada satu hari libur di masa wajib militer, di sebuah kios buku, You jinchan zhujiao membeli buku Pembangkitan Roh karya Master Shengyan-Lu, sepulangnya ia melakukan sesuai dengan yang tertulis di buku, akhirnya dalam waktu 50 menit telah berhasil membangkitkan roh, dia merasa sangat tertarik, juga mengetahui bahwa semua yang dituliskan oleh penulis adalah sejati, karena saat itu dia sudah pernah membaca Vajracchedika Sutra dan Hrdya sutra serta beberapa teks mengenai dasar Buddhisme, dan buku Mahaguru Lu tidak terpisah dari pemikiran dua sutra agung tersebut, sangat sesuai dengan kebenaran, sehingga pada Maret 1986, dia memutuskan untuk bersarana di Zhen fozong.
《Setiap Saat Menjapa Mantra , Telah Menekuni Lebih Dari 1000x Homa 》
Sejak bersarana, ia mulai bersadhana. Ketekunan Jinchan zhujiao sungguh luar biasa, "Saat itu masih muda dan baru saja terjun ke masyarakat, hanya ingin mengejar harta, jadi selain menekuni Sadhana Guruyoga, juga menambahkan dengan Sadhana Jambhala Kuning, namun karena karmawarana, maka sama sekali tidak pernah memperoleh kontak batin."
Penjapaan mantra merupakan keahlian Jinchan zhujiao. Sejak dia menekuni sadhana Tantra Zhenfo, dia telah melepaskan Mahakaruna dharani yang telah dia kuasai, ia memutuskan untuk menekuni Mantra Hati Guru sebagai yang utama, pada awalnya ia menjapa mantra panjang, kemudian menjapa mantra pendek, menjapanya sejak pagi sampai malam, semakin tekun. Ada satu waktu dia menjadi tukang parkir, meskipun setiap hari sibuk berlarian kesana kemari untuk melayani pelanggan, namun senantiasa mengingat Mahaguru ada di atas kepala, sama sekali tidak pernah lenyap.
Menurut Jinchan zhujiao, menjapa mantra merupakan hal yang dilaksanakan seumur hidup, kemanapun melangkah selalu menjapa, satu sesi penjapaan saja bisa memakan waktu berjam jam, namun yang terutama adalah selalu mengendalikan pikiran setiap saat, mengutamakan pengendalian hati. Oleh karena itu dia tidak menyarankan penggunaan alat penghitung mantra, karena menurutnya itu menyebabkan pecahnya konsentrasi, justru tidak sekuat japamala dalam membantu konsentrasi. Sampai saat ini Jinchan zhujiao telah melafalkan tak terhitung banyaknya berbagai macam mantra, masing-masing paling tidak dia japakan sebanyak 300 ribu , 600 ribu atau bahkan 1 juta kali, apalagi Mantra Hati Guru, dia telah melafal dengan sangat tekun selama 3 tahun.
Buddha Bodhisattva telah mengaturnya, sehingga kondisi perkerjaan Jinchan zhujiao senantiasa stabil, sehingga pada saat di kantor, begitu ada waktu luang jika bukan sedang menjapa mantra, maka dia akan mempergunakannya untuk membaca buku Mahaguru. “Kecepatan membaca saya sangat lambat, pasti tidak akan melihatnya hanya sambil lalu saja. Artikel yang berunsur cerita asalkan sudah pernah membacanya ini sudah cukup, untuk yang menyangkut Zen harus dibaca dengan seksama, jika menyangkut sadhana bahkan tiap tahapannya harus dibaca sampai mengerti baru bisa melanjutkan. Jadi meskipun waktu sangat terbatas, dan walaupun kebanyakan buku Mahaguru hanya pernah membacanya sekali, karena membacanya dengan seksama, maka saya mengambil buku yang manapun akan mampu mengingat isinya apa saja."
Kemudian sejak Mahaguru mengajarkan Maha-sadhana api homa, setiap hari Jinchan zhujiao datang ke Cetya untuk melakukan pujana agung, selama ini telah mencapai lebih dari 1400 kali. Dia masih ingat kondisi yukta pertama kali dengan api homa, sebelumnya ada banyak fenomena manggala yang muncul, seperti misalnya bermimpi api suci membakar tubuh dan lain sebagainya ; sedangkan pada hari saat beryukta, dia sedang tidur di apartemen, tiba-tiba atap diatas ranjang sirna, semua berganti dengan pemandangan angkasa penuh bertaburan bintang, tak lama kemudian, semua bintang tersebut berjatuhan ke dalam kamar. Oleh karena telah berhasil melakukan sadhana sampai timbul cahaya terang, sejak saat itu dia sering dalam tidur merasakan angkasa terang benderang, harus keluar dari rumah baru bisa mengetahui bahwa saat itu sedang malam hari.
Seperti yang dituturkan oleh Jinchan zhujia :
"Sebagian besar waktu saya gunakan untuk bersadhana, hidup, waktu, uang, pikiran , semua dipersembahkan pada Zhen fozong."
Selain menjapa mantra, membaca dan menekuni api homa, setiap hari dia juga tekun menjalankan sadhana gabungan Guruyoga dengan yidamyoga kemudian memasuki samadhi mendalam, inilah tugas pembinaan diri yang harus ia laksanakan setiap hari.
《Sekeluarga Mendukung, Ibu Terlahir Di Sukhavatiloka》
Jika Jinchan zhujiao adalah seorang sadhaka yang menekuni penyepian, maka ketekunannya itu masih bisa dimaklumi . Namun beliau adalah seorang upasaka, selain harus ke kantor, masih ada istri dan anak yang harus dijaga, namun bagaimana caranya sehingga beliau bisa menyeimbangkan antara bersadhana dengan kehidupan rumah tangga ?
"Keluarga saya yang menyesuaikan diri dengan saya, bukan saya yang menyesuaikan, saya menjalani kehidupan bersadhana, mereka semua tidak merintangi , bahkan saya juga menekankan supaya mereka juga tekun bersadhana, misalnya kedua anak saya yang masih kecil yang duduk dibangku sekolah, semua tekun menjapa mantra hati Guru dan Manjusri Bodhisattva"
zhujiao juga mengatakan : "Bahkan mertua saya yang seumur-umur melarang saya untuk bersarana di Zhenfozong, pada saat akhir hidupnya mengatakan kepada saya : "Anda harus ingat jika saya meninggal dunia, kelak saat Anda berjumpa dengan Buddha Hidup Liansheng, harus membantu saya menyampaikan rasa terima kasih saya !"
Ternyata, saat penyakit mertuanya semakin parah, jinchan zhujiao membantunya melakukan api homa, bahkan pernah memperoleh adhistana pertolongan dari Mahaguru dan Dharmapala, akhirnya setelah mertuanya meninggal dan dikremasi menghasilkan beberapa sarira !
Sehingga akhirnya mereka sekeluarga sejak awal telah menjadi keluarga Satyabuddha . Saat ayahnya ada waktu luang, ia pasti datang ke cetya untuk melakukan pemeriksaan, bahkan ibu mertuanya telah menjadi seorang pendukung Dharma yang agung, setiap hari beliau datang ke cetya untuk menyapu dan merapikan, juga sangat tekun bersadhana.
(To Be Continued)
0 Comment:
Post a Comment