┊ ┊ ┊ ┊
┊ ┊ ┊ ★ Homage to Grand Master Lian Sheng
┊ ┊ ☆ 以九種心依止根本上師
┊ ★ Sembilan Macam Batin Terhadap Mulacarya
☆ source : Vajra Master Lian Fu . Dharmatalk
增明堂 (Cetya Sasana Bodhi , Malang Indonesia)- 2011
Photo : Grand Master & Vajra Master Lianfu
Translated by Lianhua Jun Shi An
第一、孝子心——如子女般孝敬。俗話說“百善孝為先”。
第二、金剛心——如金剛般不渝。金剛是堅固不變之義,我
第三、大地心——如大地般承受。大地承載著萬物,無數生
第四、輪圍山心——如輪圍山般環繞。就像輪圍山以須彌山
第五、下屬心——如下屬般遵從。如同臣民必須絕對遵從君
第六、僕使心——如僕使般承侍。弟子應把自己視為僕使一
第七、病人心——如療病般迫切。如《華嚴經》雲:“善男
第八、門犬心——如家犬般效忠。家養的狗能為主人看家護
第九、益友心——如益友般坦誠。把上師視為自己最知心、
以上九種心來依止上師,更深層的講,要如珍愛自己的生命
歷代成就上師都曾做過這樣的開示:對上師應如佛陀一般恭
我們依賴上師,首先要如兒女依賴父母般難捨難離。小孩子
其次,要如蠟燭般地燃燒、奉獻。 “我”就像蠟燭,什麼時候蠟燭點完,“我”執沒有了,你
再就是如魚水般的相應。魚在水里很自在、很歡喜,若離開
☆ ...☆ ...☆ ...☆...☆...☆...☆...☆...☆..
SEMBILAN SIKAP BATIN TERHADAP GURU MULA
1. Batin penuh bakti
Bakti bagaikan seorang putera dan puteri. Ada pepatah "Diantara ratusan kebajikan, berbakti adalah yang paling awal." Budi jasa ayah dan ibu berat bagaikan gunung, sudah seharusnya putera dan puteri mempersembahkan pemenuhan kebutuhan kepada orangtua dan mentaati orangtua.
Namun, budi jasa Mulacarya (Guru Akar) melebihi orangtua jasmani, meskipun jasmani kita adalah berasal dari orangtua, namun nyawa Prajna dan pembebasan kita adalah bergantung pada seorang Guru. Oleh karena itulah seorang sadhaka hendaknya menghaturkan namaskara pada Mula Guru dan berbakti kepada Nya.
2. Vajracitta.
Tak terhancurkan bagai Vajra. Vajra berarti kokoh dan tak berubah, keyakinan kita pada Guru harus kokoh bagai Vajra. Tidak perduli bagaimanapun fenomena luar mencoba menyesatkan, atau diri sendiri sedang menghadapi kondisi yang sengsara, selamanya memiliki keyakinan teguh kepada Mula Guru. Tidak peduli Mulacarya menggunakan cara apapun dalam menyampaikan ajaran, meskipun itu berupa ujian yang paling berat, pukulan , makian, juga tidak akan menggoyahkan keyakinan pada Mulacarya. Bagaikan Arya Milarepa bersarana kepada Mahaguru Marpa, walau mengalami ujian yang tak terhitung banyaknya, namun keyakinannya tidak luntur.
3. Batin Bagai Bumi
Menerima bagaikan bumi. Bumi yang luas menopang segalanya, makhluk yang tak terhitung banyaknya memperoleh penghidupan dari Nya. Tidak perduli bumi menghadapi perlakukan seperti apapun, baik itu bersih maupun kotor, baik itu niat yang baik maupun niat yang buruk, semua dapat diterima oleh Nya.
Demikian juga berbagai upaya tempaan dari Mulacarya kepada siswa, sebagai siswa juga harus menerima sepenuhnya, tiada batin yang melawan. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh Guru tanpa mengeluh dan sepenuh hati melaksanakannya.
4. Cakravalacitta.
Mengitari bagaikan cakravala. Bagaikan cakravala yang mengitari Gunung Sumeru sebagai pusatnya, seorang siswa juga harus menjadikan Mulacarya sebagai pusatnya, mengitari mandala Mulacarya, bagaikan semua bintang di angkasa yang nampak mengitari rembulan, demikianlah para siswa hendaknya mengasihi Mulacarya, mendukung Mulacarya dan mendukung aktivitas Mulacarya.
Tidak peduli di saat apapun atau di mana pun, dalam batin siswa harus ada pikiran benar yaitu ingat akan Mulacarya, senantiasa mengingat tak mencampakkannya.
5. Batin Bagaikan Bawahan.
Taat bagaikan seorang abdi. Bagaikan rakyat yang mentaati pimpinan, dalam bhavana sadhaka harus 100% taat pada instruksi Mulacarya, tidak mencampur aduknya dengan pandangan pribadi yang masih keruh, dengan sungguh hati menjalankan apa yang dikehendaki oleh Mulacarya.
Bagaikan Arya Naropa yang bersarana kepada Mahaguru Tilopa, tanpa keraguan sedikitpun Beliau mentaati instruksi Mulacarya mensukseskan laku berat baik itu yang besar maupun kecil.
6. Batin Bagaikan Seorang Pelayan.
Menjalankan titah bagai seorang pelayan. Siswa harus menjalankan perintah Mulacarya , tanpa mengeluh dan tanpa merasa berduka melayani Mulacarya, melayani silsilah. Demikian pula di hadapan Mulacarya harus bersikap rendah hati, tidak membangkitkan sedikitpun kecongkakan.
Ada sebagian orang yang merasa dia telah menjalankan sedikit atau banyak hal demi silsilah, merasa sangat berjasa, sehingga merasa dia harus dihormati ; Atau merasa diri sendiri sangat berpendidikan , sangat kaya, sangat berkedudukan dan lain sebagainya, sikap sikap seperti ini tidak boleh dibangkitkan dihadapan Mulacarya.
7. Batin Orang Sakit.
Gawat bagaikan orang sakit parah.
Dalam Avatamsaka-sutra, "Wahai putra yang berbudi, hendaknya Anda sekalian membangkitkan batin bagai orang sakit, membangkitkan pemikiran bahwa Dharma adalah obat, bahwa Mulacarya adalah Raja Penyembuh,, demikianlah melakukan bhavana tekun bagaikan sedang menyembuhkan penyakit."
Siswa harus menyadari bahwa dirinya adalah seorang yang menderita parahnya penyakit tumimbal lahir sejak masa yang sangat lama, terus menerus didera penderitaan lima racun batin, tiga penderitaan dan delapan penderitaan, saat ini hanya Mulacarya atau Maharaja Penyembuh yang mampu mengatasinya.
Sehingga terhadap Mulacarya harus membangkitkan batin berlindung sepenuhnya. Memohon Mulacarya menganugerahkan amrta belas kasih untuk menghancurkan penyakit tumimbal lahir.
Tidak peduli bagaimanapun cara Mulacarya menyembuhkan penyakit Anda, siswa harus menjalankannya dengan teguh tanpa keraguan, setiap saat berpikir bahwa :
"Saya adalah orang sakit yang sedang menjalani penyembuhan, tidak peduli sang tabib mau mengiris bagian tubuhku yang ini atau yang lainnya, bagaimanapun boleh."
8. Batin Bagai Anjing Penjaga
Setia bagaikan anjing penjaga. Anjing di rumah dapay menjaga pekarangan demi majikan, sangat loyal, tidak peduli bagaimanapun tuannya memukul dan memakinya, ia tidak akan membalas dendam maupun mencampakkan tuannya.
Demikianlah kesetiaan siswa kepada Mulaguru tidak mendua, bukannya malahan timbul kerisauan karena di kritik atau bahkan dimaki Mulacarya, dan terlebih tidak karena hal ini mencampakkan Mulacarya.
9. Batin Terhadap Sahabat Karib.
Jujur bagaikan sahabat karib yang baik. Memandang Mulacarya sebagai orang yang paling memahami batin diri ini, sahabat yang paling pantas dijadikan tempat berlindung dan dipercaya. Ada pemikiran apapun harus jujur memohon bimbingan Mulacarya apakah pemikiran diri sendiri tepat atau tidak.
Harus yakin pada maitrikaruna dan Prajna dari Mulacarya, yang paling mampu menyingkirkan kebimbangan hati.
Isi hati tidak dapat dibicarakan sekehendak kepada orang lain, namun harus diungkapkan pada sahabat karib. Demikianlah terhadap Mulacarya harus membuka hati, semua kesukaran batin, penderitaan, ketidak pahaman, pandangan pribadi dan lain sebagainya diutarakan dengan jujur pada Mulacarya.
Dengan sembilan macam batin diatas berlindung kepada Mulacarya, lebih mendalam lagi adalah harus menghargai Mulacarya bagaikan menghargai nyawa sendiri.
Karena begitu merusak sila terhadap Mulacarya, berarti telah langsung merusak nyawa Prajna diri sendiri. Sedangkan bagi seorang siswa Buddha, nyawa Prajna adalah lebih penting daripada nyawa sendiri.
Asalkan Anda sungguh memahami hukum sebab akibat, maka hal ini akan bisa Anda pahami.
Akar dari semua sila Tantrayana adalah sila terhadap Mulacarya, begitu Anda melanggarnya, tidak peduli Anda bersadhana mati-matian, juga tidak akan bermanfaat bagi Pencapaian Tertinggi. (Karena para Buddha bersarana pada Mula Guru)
Para Guru leluhur pernah Berdharmadesana :
"Hendaknya menghormati Mulacarya bagaikan terhadap Buddha."
Namun banyak orang yang membedakan penghormatannya kepada Mulacarya dan kepada Buddha, mengira bahwa antara Mulacarya dan Buddha masih ada jarak.
Kenapa dalam prinsip Guruyoga dikatakan bahwa Mulacarya tiada beda dengan Vajradhara ? Karena hanya dengan mendirikan keyakinan kokoh bahwa Mulacarya adalah Buddha, barulah kita bisa sepenuh keyakinan kokoh menjalankan segala ajaran dan instruksi Mulacarya, hanya dengan demikianlah baru bisa membangkitkan Mulacarya dalam batin sendiri.
Sikap batin kita dalam berlindung pada Mulacarya harus bagaikan putera dan puteri yang tergantung pada orangtuanya, sangat sukar untuk berpisah. Jika seorang anak balita terpisah dari orangtua atau (orang yang merawat) ia tidak akan memiliki kemampuan bertahan hidup, demikian juga bila kita meninggalkan instruksi Mulacarya, bagaimana bisa menekuni Buddha Dharma dengan sempurna ? Maka setelah bersarana pada Mulacarya , hendaknya mempunyai sikap batin yang demikian.
Selain itu juga bagai lilin yang berkorban, terbakar meleleh. "Ego" adalah lilin, pada saat lilin habis terbakar, maka tiada lagi kemelekatan ego, maka Anda akan memahami Kesunyataan. Pengorbanan tanpa ego terhadap Mulacarya Triratna juga harus bagaikan lilin.
Berikutnya adalah bagaikan yukta antara ikan dan air, ikan akan sangat leluasa di dalam air, sangat bersuka cita, namun jika meninggalkan air, hiduppun tak bisa, maka ikan dan air sangat beryukta. Adakah Anda beryukta dengan Mulacarya bagaikan ikan dengan air ? Semoga Anda setiap saat mempraktekkan sikap batin diatas, terhadap Mulacarya kita, yaitu Mulacarya Samaya, dengan demikian Anda juga akan mampu merealisasikan pencapaian Mulacarya.
0 Comment:
Post a Comment