Loading...

Saturday, July 23, 2011

以九種心依止根本上師 (Sembilan Macam Batin Terhadap Mulacarya)

┊  ┊  ┊  ┊
┊  ┊  ┊  ★ Homage to Grand Master Lian Sheng
┊  ┊  ☆ 以九種心依止根本上師
┊  ★ Sembilan Macam Batin Terhadap Mulacarya
☆ source : Vajra Master Lian Fu . Dharmatalk 
增明堂 (Cetya Sasana Bodhi , Malang Indonesia)- 2011
Photo : Grand Master & Vajra Master Lianfu

Translated by Lianhua Jun Shi An

第一、孝子心——如子女般孝敬。俗話說“百善孝為先”。​父母恩重如山,子女理當以一切資具供養父母、承事父母。​然而上師恩更勝父母恩!雖然我們的色身來自於父母,但我​們的慧命與成就解脫惟有依靠上師尊!所以密乘弟子當五體​投地恭敬上師,當盡己所能供養上師,孝敬上師。

第二、金剛心——如金剛般不渝。金剛是堅固不變之義,我​們對上師的心應堅固如金剛一般。不管外在環境如何變遷,​自身處於什麼樣的順逆境界,始終堅定對上師的信念。不管​上師採取什麼樣的教導方式,即使最嚴厲的訓斥、打罵,也​絕不改變依止上師的心。如密勒日巴尊者依止瑪爾巴大師一​般,歷經無數考驗,但仍絲毫不退失自己的信念。

第三、大地心——如大地般承受。大地承載著萬物,無數生​靈依此得以生存。不論大地面臨何種對待,淨與不淨的、善​意與惡意的,一一都能安忍承受,絕對承當。同樣,弟子對​上師善巧調伏的各種方便也要完全接受,無違逆心。對上師​交代要辦的事情,不計艱辛,也要勇於荷當。

第四、輪圍山心——如輪圍山般環繞。就像輪圍山以須彌山​為中心環繞四周,弟子也要以上師為中心緊緊圍繞在上師的​壇城周圍,如眾星拱月般共同愛戴上師、護持上師、護持上​師的事業。不論何時何處,弟子心中都能提起上師的正念,​憶念不捨。

第五、下屬心——如下屬般遵從。如同臣民必須絕對遵從君​主的命令,弟子要百分百地遵從上師的指示修行,不夾雜個​人的主觀想法,如實地行持上師提出的要求。如那諾巴尊者​依止帝洛巴大師後,毫無疑義地遵照上師的教誨完成各種大​小的苦行。

第六、僕使心——如僕使般承侍。弟子應把自己視為僕使一​般承侍上師,任勞任怨地為上師服務,為傳承服務。同時在​上師面前應常懷謙卑,不起慢心。有些人覺得,我為上師和​傳承做了多少事,我很有功德,我理應受尊重;或者認為自​己很博學,很有財富,很有地位等等,這些心態都是不該有​的。

第七、病人心——如療病般迫切。如《華嚴經》雲:“善男​子,汝當於己起病人想,法起藥想,於善知識起醫王想,殷​重修持起醫病想”。弟子要把自己看作是久患輪迴重病的人​,受盡了五毒、三苦、八苦的折磨,如今惟有上師大醫王才​能救治,所以要對上師生起迫切依賴的心,懇請上師慈悲施​予甘露妙藥把輪迴的病根徹底斷除。不論上師如何對治自己​的毛病,堅信不疑地依教奉行,時時想著:我是病人,正在​治療,任憑醫生在我身上這裡割一塊,那裡縫一塊,怎樣做​都可以。要建立這樣的信念。

第八、門犬心——如家犬般效忠。家養的狗能為主人看家護​院,忠心耿耿,且不論主人如何打罵也不懷嫌恨或捨棄主人​。弟子對上師的虔誠心也要做到這樣忠心不二,不因上師的​批評責罵而生懊惱,更不能因此捨棄上師。

第九、益友心——如益友般坦誠。把上師視為自己最知心、​最值得信賴的朋友,有什麼心裡的想法,要坦率地請教上師​自己的想法是否正確。要相信上師的慈悲與智慧,能解除你​心中的困惑。心裡話不能隨意對其他人講,但應該對最知心​的朋友講。對上師應敞開心扉,把自己的難處、苦處、不解​之處、自己的知見等等都應坦誠地向上師表白。

以上九種心來依止上師,更深層的講,要如珍愛自己的生命​一樣珍惜上師。因為一旦毀了上師戒,就直接毀了自己的慧​命。對學佛人而言,慧命更重於生命。只要你真正明白因果​,這道理是顯而易懂的。密乘所有戒的根本就是上師戒,你​一旦違犯了,即使修法再積極,也徒勞無益。

歷代成就上師都曾做過這樣的開示:對上師應如佛陀一般恭​敬。但很多人對待上師與佛二者的恭敬心是有差別的,總認​為上師與佛之間還有相當的距離。為什麼上師相應法講金剛​持與上師無二無別?因為只有建立對上師如佛一般的堅信,​我們才能對上師所傳的法堅信不疑,也只有這樣,才能啟發​、喚醒自己內在的上師。

我們依賴上師,首先要如兒女依賴父母般難捨難離。小孩子​離開父母,自己就沒有生存的能力,同理,我們離開上師的​攝受引導,怎樣學佛?所以依止上師後,一定要建立這種依​賴心。

其次,要如蠟燭般地燃燒、奉獻。 “我”就像蠟燭,什麼時候蠟燭點完,“我”執沒有了,你​就了悟空性。對上師三寶的無私奉獻,也應該如蠟燭一般的​。

再就是如魚水般的相應。魚在水里很自在、很歡喜,若離開​了水,魚也就活不成,所以魚與水是很相應的。你對上師有​沒有魚水般的相應?但希望你平時能按上面所說的去好好維​護你心目中的上師---三昧耶上師,你也會成就上師的果​位。


☆ ...☆ ...☆ ...☆...☆...☆...☆...☆...☆..​.☆...☆...☆

SEMBILAN SIKAP BATIN TERHADAP GURU MULA

1. Batin penuh bakti
Bakti bagaikan seorang putera dan puteri. Ada pepatah "Diantara ratusan kebajikan, berbakti adalah yang paling awal." Budi jasa ayah dan ibu berat bagaikan gunung, sudah seharusnya putera dan puteri mempersembahkan pemenuhan kebutuhan kepada orangtua dan mentaati orangtua. 
Namun, budi jasa Mulacarya (Guru Akar) melebihi orangtua jasmani, meskipun jasmani kita adalah berasal dari orangtua, namun nyawa Prajna dan pembebasan kita adalah bergantung pada seorang Guru. Oleh karena itulah seorang sadhaka hendaknya menghaturkan namaskara pada Mula Guru dan berbakti kepada Nya. 

2. Vajracitta.
Tak terhancurkan bagai Vajra. Vajra berarti kokoh dan tak berubah, keyakinan kita pada Guru harus kokoh bagai Vajra. Tidak perduli bagaimanapun fenomena luar mencoba menyesatkan, atau diri sendiri sedang menghadapi kondisi yang sengsara, selamanya memiliki keyakinan teguh kepada Mula Guru. Tidak peduli Mulacarya menggunakan cara apapun dalam menyampaikan ajaran, meskipun itu berupa ujian yang paling berat, pukulan , makian, juga tidak akan menggoyahkan keyakinan pada Mulacarya. Bagaikan Arya Milarepa bersarana kepada Mahaguru Marpa, walau mengalami ujian yang tak terhitung banyaknya, namun keyakinannya tidak luntur. 

3. Batin Bagai Bumi
Menerima bagaikan bumi. Bumi yang luas menopang segalanya, makhluk yang tak terhitung banyaknya memperoleh penghidupan dari Nya. Tidak perduli bumi menghadapi perlakukan seperti apapun, baik itu bersih maupun kotor, baik itu niat yang baik maupun niat yang buruk, semua dapat diterima oleh Nya.
Demikian juga berbagai upaya tempaan dari Mulacarya kepada siswa, sebagai siswa juga harus menerima sepenuhnya, tiada batin yang melawan. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh Guru tanpa mengeluh dan sepenuh hati melaksanakannya.

4. Cakravalacitta.
Mengitari bagaikan cakravala. Bagaikan cakravala yang mengitari Gunung Sumeru sebagai pusatnya, seorang siswa juga harus menjadikan Mulacarya sebagai pusatnya, mengitari mandala Mulacarya, bagaikan semua bintang di angkasa yang nampak mengitari rembulan, demikianlah para siswa hendaknya mengasihi Mulacarya, mendukung Mulacarya dan mendukung aktivitas Mulacarya. 
Tidak peduli di saat apapun atau di mana pun, dalam batin siswa harus ada pikiran benar yaitu ingat akan Mulacarya, senantiasa mengingat tak mencampakkannya. 

5. Batin Bagaikan Bawahan.
Taat bagaikan seorang abdi. Bagaikan rakyat yang mentaati pimpinan, dalam bhavana sadhaka harus 100% taat pada instruksi Mulacarya, tidak mencampur aduknya dengan pandangan pribadi yang masih keruh, dengan sungguh hati menjalankan apa yang dikehendaki oleh Mulacarya. 
Bagaikan Arya Naropa yang bersarana kepada Mahaguru Tilopa, tanpa keraguan sedikitpun Beliau mentaati instruksi Mulacarya mensukseskan laku berat baik itu yang besar maupun kecil. 

6. Batin Bagaikan Seorang Pelayan.
Menjalankan titah bagai seorang pelayan. Siswa harus menjalankan perintah Mulacarya , tanpa mengeluh dan tanpa merasa berduka melayani Mulacarya, melayani silsilah. Demikian pula di hadapan Mulacarya harus bersikap rendah hati, tidak membangkitkan sedikitpun kecongkakan. 
Ada sebagian orang yang merasa dia telah menjalankan sedikit atau banyak hal demi silsilah, merasa sangat berjasa, sehingga merasa dia harus dihormati ; Atau merasa diri sendiri sangat berpendidikan , sangat kaya, sangat berkedudukan dan lain sebagainya, sikap sikap seperti ini tidak boleh dibangkitkan dihadapan Mulacarya. 

7. Batin Orang Sakit.
Gawat bagaikan orang sakit parah.
Dalam Avatamsaka-sutra, "Wahai putra yang berbudi, hendaknya Anda sekalian membangkitkan batin bagai orang sakit, membangkitkan pemikiran bahwa Dharma adalah obat, bahwa Mulacarya adalah Raja Penyembuh,, demikianlah melakukan bhavana tekun bagaikan sedang menyembuhkan penyakit."
Siswa harus menyadari bahwa dirinya adalah seorang yang menderita parahnya penyakit tumimbal lahir sejak masa yang sangat lama, terus menerus didera penderitaan lima racun batin, tiga penderitaan dan delapan penderitaan, saat ini hanya Mulacarya atau Maharaja Penyembuh yang mampu mengatasinya.
Sehingga terhadap Mulacarya harus membangkitkan batin berlindung sepenuhnya. Memohon Mulacarya menganugerahkan amrta belas kasih untuk menghancurkan penyakit tumimbal lahir. 
Tidak peduli bagaimanapun cara Mulacarya menyembuhkan penyakit Anda, siswa harus menjalankannya dengan teguh tanpa keraguan, setiap saat berpikir bahwa :
"Saya adalah orang sakit yang sedang menjalani penyembuhan, tidak peduli sang tabib mau mengiris bagian tubuhku yang ini atau yang lainnya, bagaimanapun boleh." 

8. Batin Bagai Anjing Penjaga 
Setia bagaikan anjing penjaga. Anjing di rumah dapay menjaga pekarangan demi majikan, sangat loyal, tidak peduli bagaimanapun tuannya memukul dan memakinya, ia tidak akan membalas dendam maupun mencampakkan tuannya.
Demikianlah kesetiaan siswa kepada Mulaguru tidak mendua, bukannya malahan timbul kerisauan karena di kritik atau bahkan dimaki Mulacarya, dan terlebih tidak karena hal ini mencampakkan Mulacarya. 

9. Batin Terhadap Sahabat Karib.
Jujur bagaikan sahabat karib yang baik. Memandang Mulacarya sebagai orang yang paling memahami batin diri ini, sahabat yang paling pantas dijadikan tempat berlindung dan dipercaya. Ada pemikiran apapun harus jujur memohon bimbingan Mulacarya apakah pemikiran diri sendiri tepat atau tidak. 
Harus yakin pada maitrikaruna dan Prajna dari Mulacarya, yang paling mampu menyingkirkan kebimbangan hati.
Isi hati tidak dapat dibicarakan sekehendak kepada orang lain, namun harus diungkapkan pada sahabat karib. Demikianlah terhadap Mulacarya harus membuka hati, semua kesukaran batin, penderitaan, ketidak pahaman, pandangan pribadi dan lain sebagainya diutarakan dengan jujur pada Mulacarya. 

Dengan sembilan macam batin diatas berlindung kepada Mulacarya, lebih mendalam lagi adalah harus menghargai Mulacarya bagaikan menghargai nyawa sendiri. 
Karena begitu merusak sila terhadap Mulacarya, berarti telah langsung merusak nyawa Prajna diri sendiri. Sedangkan bagi seorang siswa Buddha, nyawa Prajna adalah lebih penting daripada nyawa sendiri. 
Asalkan Anda sungguh memahami hukum sebab akibat, maka hal ini akan bisa Anda pahami.

Akar dari semua sila Tantrayana adalah sila terhadap Mulacarya, begitu Anda melanggarnya, tidak peduli Anda bersadhana mati-matian, juga tidak akan bermanfaat bagi Pencapaian Tertinggi. (Karena para Buddha bersarana pada Mula Guru)

Para Guru leluhur pernah Berdharmadesana :
"Hendaknya menghormati Mulacarya bagaikan terhadap Buddha."

Namun banyak orang yang membedakan penghormatannya kepada Mulacarya dan kepada Buddha, mengira bahwa antara Mulacarya dan Buddha masih ada jarak.

Kenapa dalam prinsip Guruyoga dikatakan bahwa Mulacarya tiada beda dengan Vajradhara ? Karena hanya dengan mendirikan keyakinan kokoh bahwa Mulacarya adalah Buddha, barulah kita bisa sepenuh keyakinan kokoh menjalankan segala ajaran dan instruksi Mulacarya, hanya dengan demikianlah baru bisa membangkitkan Mulacarya dalam batin sendiri. 

Sikap batin kita dalam berlindung pada Mulacarya harus bagaikan putera dan puteri yang tergantung pada orangtuanya, sangat sukar untuk berpisah. Jika seorang anak balita terpisah dari orangtua atau (orang yang merawat) ia tidak akan memiliki kemampuan bertahan hidup, demikian juga bila kita meninggalkan instruksi Mulacarya, bagaimana bisa menekuni Buddha Dharma dengan sempurna ? Maka setelah bersarana pada Mulacarya , hendaknya mempunyai sikap batin yang demikian.

Selain itu juga bagai lilin yang berkorban, terbakar meleleh. "Ego" adalah lilin, pada saat lilin habis terbakar, maka tiada lagi kemelekatan ego, maka Anda akan memahami Kesunyataan. Pengorbanan tanpa ego terhadap Mulacarya Triratna juga harus bagaikan lilin. 

Berikutnya adalah bagaikan yukta antara ikan dan air, ikan akan sangat leluasa di dalam air, sangat bersuka cita, namun jika meninggalkan air, hiduppun tak bisa, maka ikan dan air sangat beryukta. Adakah Anda beryukta dengan Mulacarya bagaikan ikan dengan air ? Semoga Anda setiap saat mempraktekkan sikap batin diatas, terhadap Mulacarya kita, yaitu Mulacarya Samaya, dengan demikian Anda juga akan mampu merealisasikan pencapaian Mulacarya.

0 Comment:

Post a Comment