Sebenarnya yang menjadi titik tolak bahwa kita tidaklah harus sama dalam memahami sesuatu, atas sebuah kata, kalimat, alinea, halaman bahkan satu buku yang dibaca bersama, adalah dengan memahami bahwa setiap kita memiliki sudut pandang yang pasti berbeda.
Kalau kita mempertanyakan suatu hal yang sangat ringan saja kepada beberapa orang, pasti jawabannya bisa berbeda-beda, misalnya pertanyaan :
“Mengapa Abah Ompong menyebrang jalan?” (maaf Mbah)
Orang awam menjawab: “Supaya sampai ke ujung jalan.”
Orang lain: “Karena Abah ingin pergi ke tempat yang belum pernah ia datangi.”
FBI: “Beri saya lima menit dengan Abah Ompong, saya akan tahu kenapa.”
Plato: “Untuk mencari kebaikan yang lebih baik.”
Aristoteles: “Karena merupakan sifat alami dari Abah.”
Isaac Newton : “Semua orang di bumi ini menyeberang jalan secara tegak lurus dalam garis lurus yang tidak terbatas dalam kecepatan yang seragam, terkecuali jika Abah berhenti karena ada reaksi yang tidak seimbang dari arah berlawanan.”
Einstein : “Apakah Abah menyeberang jalan atau jalan yang bergerak di bawah Abah, itu semua relatif pada sudut
pandang kita sendiri.”
pandang kita sendiri.”
Darwin : “Abah telah melalui periode waktu yang luar biasa, dan melalui seleksi alam dengan cara tertentu dan alami tereliminasi dengan menyeberang jalan.”
Martin Luther King, Jr. : “Saya memimpikan suatu dunia yang membebaskan semua orang menyeberang jalan tanpa mempertanyakan kenapa.”
Machiavelli : “Poin pentingnya adalah Abah menyeberang jalan! Siapa yang peduli kenapa! Akhir dari penyeberangan akan menentukan motivasi Abah.”
Freud : “Fakta bahwa kalian semua begitu peduli pada alasan Abah, menunjukkan ketidaknyamanan seksual kalian yang tersembunyi.”
George W Bush : “Kami tidak peduli kenapa Abah menyeberang! Kami cuma ingin tau apakah Abah ada di pihak kami atau tidak, apa dia bersama kami atau melawan kami.. Tidak ada pihak tengah di sini!”
Barrack Obama: “Yes he can!
Nelson Mandela : “Jangan pernah lagi Abah ditanyai kenapa menyeberang jalan! Dia adalah panutan yang akan saya bela sampai mati!”
Gus Dur : “Ya biarin aja Abah mau nyebrang kek, mo bengong kek.. gitu aja kok repot.”
Habibie : “Abah menyeberang dikarenakan ada daya tarik gravitasi, dimana terjadi percepatan yang mengakibatkan Abah mengikuti rotasi dan berpindah ke seberang jalan.”
Mega Wati : “Abah pasti wong cilik. Dia jalan kaki toh?”
Harmoko : “Berdasarkan petunjuk bapak presiden.”
LB Moerdani : “Kita harus mencari tahu apakah memang benar ada kolerasi antara Abah dan jalan. Selidiki! Apakah ada unsur subversif?”
Miyabi : “Ooohh… Aahhh… Mmmhhh… Ohh yeeahh…”
Mbah Surip : “Daripada nyebrang mendingan tak gendong toh.”
Darwis Triadi : “Karena di seberang jalan, angle dan lightingnya lebih bagus.”
Julia Perez : “Memangnya kenapa kalo Abah menyeberang jalan? Karena istrinya ada disana ! Daripada sendirian di seberang sini, yaaaaaaaaahhh dia kesanalahh.. . Cape khan ‘tulis tangan’ terus?”
Roy Suryo : “Kalo dilihat dari metadatanya, itu Abah asli” (sambil ngupil).
Programmer: “Jika Abah dapat menyeberang jalan, maka diperlukan adanya interface untuk Abah yaitu nyeberangable, orang lain yang ingin atau bisa menyeberang diharuskan untuk mengimplementasikan interface nyebrangable, jadi di sini sudah jelas terlihat bahwa antara Abah dengan jalan sudah loosely coupled.”
Flasher : “Karena pada keyframe tersebut terdapat actionscript yang bertuliskan perintah “GoTo And Run…”
Mugabe : “Setelah sekian lama jalan dikuasai petani kulit putih, Abah sebagai orang miskin yang tertindas telah menanti terlalu lama agar jalan itu diberikan kepadanya dan sekarang Abah menyeberanginya dengan dorongan para veteran perang. Kami bertekad mengambil alih jalan tersebut dan memberikannya pada Abah, sehingga dia bisa menyeberanginya tanpa ketakutan yang diberikan oleh pemerintahan Inggris yang berjanji akan mereformasi jalan itu. Kami tidak akan berhenti sampai Abah yang tidak punya jalan, dapat memiliki jalan untuk diseberangi dan punya kemerdekaan untuk menyeberanginya!”
Nah, dari ilustrasi sederhana saja berbagai ragam pendapat tidak ada yang persis sama. Jadi apalagi membahas topik-topik tulisan yang bobotnya cukup menguras otak dan jari tangan (ngetik). Jadi bukan berarti karena kita menuliskan opini kita, orang yang membaca akan memahaminya. (Erri Subakti)
Salam perbedaan untuk harmony.
0 Comment:
Post a Comment