Loading...

Tuesday, May 29, 2012

情愛的悲歌 / Lagu Cinta Yang Memilukan

Lagu Cinta Yang Memilukan
情愛的悲歌

Oleh Maha Mula Acharya Lian Sheng
Diterjemahkan oleh Zhiwei Zhu

Dalam 'perjalanan astral' Ku ---
Aku mendengar doa seorang murid wanita muda:
'Om. Guru Liansheng Sidhi Hum. Shizun, Budha Hidup Liansheng Lu Shengyen, saya telah melaksanakan puja homa sebanyak 49 sesi, mohon Kurukulle Bhagavati memberkati wasikarana saya, mohon berdasarkan prasetya mula-Nya, saya berniat menikah dengan teman pria saya.'
Doa murid wanita itu sangat tulus:
'Mohon Shizun! Mohon Kurukulle Bhagavati!'
Puja homa Tantrayana luarbiasa berkuasa, kekuatan Dharmanya sangat besar, jadi dalam 'perjalanan astral' Aku pun mendengar panggilan yang keras dari si murid wanita itu.

Demi murid wanita ini, Aku pergi mengamati teman prianya.
Tanpa disangka-sangka ternyata pria ini juga murid-Ku, jadi ini adalah murid wanita mencintai murid pria, mencintainya setengah mati.
Murid wanita ini sering pergi ke rumah murid pria itu untuk menunggunya pulang kerja, sekedar untuk bertemu, menyapa dan berbicara beberapa patah kata...


Tetapi murid pria ini agak menghindar.
Yang lebih mengejutkan Aku adalah, murid pria ini juga melakukan ritual puja homa, ia melakukan homa 'Raga Vidyaraja', ia juga memohon dengan tulus.
'Om. Guru Liansheng Sidhi Hum. Shizun, Budha Hidup Liansheng Lu Shengyen, saya melakukan ritual homa Raga Vidyaraja 49 sesi, mohon berkati saya untuk menikah dengan teman wanita saya .'
Masalahnya adalah begini:
Murid wanita mencintai murid pria.
Yang dicintai murid pria bukanlah murid wanita itu.
Akan tetapi wanita lain. Kekasihnya bukan dia.

Pada suatu hari ----
Murid pria mengantar pulang teman wanitanya dengan 'Mercedes Benz', mereka berdua sangat mesra, saling berpegangan tangan, ditambah lagi dengan mencium pipi.
Si murid wanita terkejut saat melihat itu, ia memandang dengan bingung!
Ingin menangis tapi tidak ada air mata, diam-diam ia perhatikan murid pria itu, tangannya melingkar di pinggang gadis itu, memasuki rumah dan 'pheng' bunyi pintu ditutup.
Hati murid wanita itu telah terluka, akhirnya ia tidak tahan lagi dan mengalirlah air mata, dengan lugu ia menanti pria itu pulang, akhirnya ia hanya melihat pemandangan seperti itu.
Si murid wanita tidak putus asa, pulang ke rumah ia lakukan lagi ritual homa, memohon lagi, memanggil lagi dengan suara keras:
'Om. Guru Liansheng Sidhi Hum. Shizun, apakah Engkau mendengar?'
'Om. Kurukulle Bhagavati. Saya tidak bisa tidak kawin dengan dia, ia tidak bisa tidak menikahiku. Apakah Engkau mendengar?'
Api homa membakar dengan nyala berkobar-kobar.

Yang tidak dikira orang adalah:
Murid pria Ku ini sangat melekat mencintai teman wanitanya yang sekarang, kepada murid wanita yang melakukan ritual homa itu, sedikitpun tidak tersentuh hatinya.
Dan lagi murid pria ini melakukan ritual sadhana Raga Vidyaraja dengan sangat rajin dan sungguh hati, mantra sudah dijapa dengan lancar di luar kepala, sudah berjuta-juta kali.

Dalam 'perjalanan astral' Ku, Aku dengan Kurukulle Bhagavati dan Raga Vidyaraja membahas perkara besar permohonan wasikarana dari puja homa kedua orang murid ini.

Kami menyelidiki empat hal besar:
1. Sebab akibat karma dari ketiga orang itu.
2. Keputusan yang bagaimana yang bisa dianggap adil dan setara.
3. Apakah dengan kekuatan Dharma tetap dapat meningkatkan keyakinan.
4. Mempertimbangkan apakah bisa ketiga orang itu tidak saling melukai.

Hasil pertemuan itu adalah:

Kurukulle Bhagavati geleng kepala.
Raga Vidyaraja geleng kepala.
Aku geleng kepala.

Rupanya 'cinta' itu melilit abadi tiada henti, tidak ada cara untuk menyelesaikannya, bagi mereka yang sangat menginginkan cinta egoistis, tak pelak lagi akan penuh dengan kegelisahan dan penderitaan, rasa memiliki yang kuat pada orang yang kita kasihi akan selamanya berputar tiada henti, yang sesuai dengan kehendakku saya bahagia, yang tidak sesuai dengan kehendakku saya marah.
Penyelesaiannya adalah 'biarkan terjadi apa adanya'.
Akan tetapi, Aku masih bersimpati dengan murid wanita yang melakukan ritual homa itu, Aku tahu permohonannya sia-sia, walaupun telah melakukan 100 sesi atau lebih banyak lagi, Kurukulle Bhagavati tidak berdaya membantunya, Aku pun tidak berdaya membantunya.
Diam-diam Aku bisikkan ke telinganya:
'Murid-Ku, kamu memohon pada-Ku, Aku mohon pada siapa?'
Ia mendengar suara itu, tetapi tidak melihat diri-Ku, menoleh sebentar ke sekeliling, merasa agak ganjil!
Tetapi, ia masih belum mengerti maksud-Ku.
Aku hanya bisa meninggalkannya dalam 'perjalanan astral' Ku!
Semua cinta di dunia, semuanya timbul dari sebab dan afinitas, ada yang dalam afinitasnya, ada yang dangkal afinitasnya, ada yang berbuah afinitasnya, ada yang tidak berbuah afinitasnya. Walaupun memohon dengan puja homa yang mempunyai adhistana kekuatan Dharma, tetapi 'karma tetap', 'afinitas tetap' tetap sangat sulit untuk diubah.

Aku berkata:
Seandainya kondisi/syaratnya lengkap.
Sebab dan afinitas akan bertemu.
Seandainya kondisinya tidak lengkap.
Memaksakan keinginan tetap tidak berguna. 

Aku samasekali tidak mengatakan, sadhana Tantra tidak berkekuatan Dharma, akan tetapi berkata, kemelekatan pada aku, attanuthiti (pandangan subjektif), sakayadithi (pandangan pada bentuk), hasrat keinginan, segala dharma berkondisi, 'karma tetap' sulit diubah. 
Aku telah berusaha sekuat tenaga, telah memberitahu murid wanita itu. Berharap ia bisa merelakan, barulah benar-benar dapat memutuskan api klesha.
Pada suatu hari, ia melihat pasangannya telah menikah, mempelai wanitanya bukan ia.
Di dunia ini yang paling menakutkan adalah kebencian, kebencian yang timbul dari hatinya tidak hanya pada murid pria itu, ia juga membenci mempelai wanitanya. Bahkan benci pada semua saudara, orangtuanya dan semua orang.
Kebencian bisa mengubah segalanya, pada saat ini akal sehat, moral, kebijaksanaan, ajaran agama, kesabaran semuanya telah hilang, di dalam hati terus menerus dipenuhi oleh rasa dendam dan tidak puas, ia tidak mempunyai lagi rasa bahagia, ketenangan dan sukacita.
Ia tidak mampu menjaga keseimbangan pikiran dan perasaannya ---
Ia membenci Shizun tidak memberi respon.
Ia membenci puja homa.
Ia membenci Kurukulle Bhagavati tidak membantunya.
Rupang Shizun dan semua Budha Bodhisatva di altarnya habis dalam sekali sapu, sampai tungku homapun diberikan pada orang lain, semua alat Dharma dibuangnya, jubah Dharma yang biasa ia pakai dibakarnya, ia benci, benci, benci, kebencian yang takterhingga....
Aku meneteskan air mata pun tiada gunanya, tidak mampu memanggil kembali hatinya.
Ia merobek Sertifikat Sarana nya.
Aku sangat menyesali diri sendiri, karena tidak berdaya menolongnya, Aku bertanggung jawab, Aku menyesal, Aku tidak berdaya, hati-Ku sangat sakit, akan tetapi tidak bisa berbuat apa-apa!
Karena makhluk hidup mempunyai hasrat keinginan, karena memohon terpenuhinya hasrat keinginan maka yang bersarana semakin banyak, sebenarnya setelah memasuki pintu sarana, harus bisa merenungi 'dharma sebab afinitas', hanya melekat pada hasrat keinginan, terkadang sangat mudah untuk kehilangan keyakinan.

Coba saudara sekalian renungkan:

Segala benda tidak bisa dibawa pergi,
Hanya karma yang menyertai diri,
Nafsu tidak penuh ditimbun,
Belajar Budha menjadi belajar mara.

Setelah memasuki pintu sarana, maka harus segera mengembangkan Bodhicitta, ke atas mencapai ke-Budha-an, ke bawah menyeberangkan makhluk hidup, adalah 'tiada hati' yang menginginkan apapun. Juga adalah 'Kekosongan Tiga Roda' (catatan penerjemah: Kekosongan Tiga Roda (三輪體空) adalah kekosongan baik pendana, yang menerima dana maupun benda yang didanakan), jangan melekat. Hanya pengembangan Bodhicitta yang seperti itu yang tidak akan melukai diri sendiri dan orang lain, belajar Budha Dharma dan bhavana yang sesungguhnya adalah tiada masalah, tiada hati, tiada kemelekatan dan halangan (罣礙), tiada kegelisahan, tiada kekawatiran, tiada kecemasan.

Kita belajar Dharma Tantra dan melakukan puja homa, cukup dengan segenap kekuatan melaksanakannya memohon daya adhistana para Yidam, Budha Bodhisatva.
Pada saat yang sama, kita harus memahami, bentuk luar dari dunia manusia, kesuksesan kegagalan kejayaan dan kemunduran sebenarnya hanya fenomena sementara saja, yang disebut 'terbentuk, menetap, melapuk, kosong', 'lahir, tumbuh, berubah, hilang', 'anitya', 'anatta', 'dukkha', 'sunyata', semuanya disebabkan oleh sebab dan afinitas. (Cinta adalah karena sebab dan afinitas)

Belajar Budha Dharma adalah:
Demi kebajikan.
Demi Kesucian.
Demi meraih Cahaya.
Demi bebas dari reinkarnasi.

Belajar Budha Dharma dan bhavana adalah demi kebijaksanaan 'kebebasan' dan kebijaksanaan 'Bodhi', adalah untuk kepenuhan Dharmasukha, puas dengan yang ada baru akan selalu bahagia, akan membuat tubuh menjadi sehat, hati dan pikiran merasa nyaman, dunia terlihat segalanya indah, tiada satu hal yang tidak disyukuri, Dharmasukha seorang sadhaka harus disebarkan ke mana-mana laksana wangi dupa untuk menyentuh hati para makhluk berperasaan. 

Kehidupan manusia yang berharga harus mengikis keserakahan, kebencian dan kebodohan, ini baru pandangan hidup manusia yang benar. Irihati dan kebencian itu tidak benar, kita yang belajar Budha Dharma, harus memahami bahwa Ajaran Budha dibangun diatas pandangan benar yang punya sebab dan punya akibat, yang pertama menerima luka akibat kebencian adalah masih diri sendiri juga.

Wahai para murid yang telah bersarana! Disini Aku ingin memberitahukan dengan sejelas-jelasnya pada kalian semua, mengertikah kalian akan hati Shizun? Bersarana harus bersatu hati dengan Shizun. Mengertikah kalian akan ikrar Shizun? Bersarana harus berjalan sesuai dengan ikrar. Mengertikah kalian ajaran 'Dharma Tantra Satya Budha' dari Shizun? Bersarana harus memahami ajaran, jangan diombang-ambingkan oleh 'cinta' diri sendiri.

Aku berharap para sadhaka yang melatih puja homa, menampilkan 'puja sepenuh hati', 'berdana sepenuh hati', 'menjapa mantra sepenuh hati', 'berlindung sepenuh hati'. Bukan memohon, memohon, memohon.....Memohon bagaimana bisa puas?

0 Comment:

Post a Comment