Loading...

Monday, March 2, 2009

API HOMA 4


Intisari dan Kunci Pelaksanaan Homa

* Bertepuk tangan dan menjentikkan jari----- pada awal sadhana, maksud bertepuk tangan dan menjentikkan jari adalah membangunkan dan mengundang para Buddha, Bodhisattva dan dewa, agar mereka mengetahui Tantrika akan melaksanakan homa. Pada akhir sadhana, maksud bertepuk tangan dan menjentikkan jari adalah membubarkan dan mengantarkan para dewa kembali ke kediaman mereka.

* Intisari dan kunci sima-bandhana-----cara melakukan sima-bandhana (pembatasan lokasi) ada beberapa macam. Pada umumnya, dalam pelaksanaan homa, sima-bandhana dilakukan dengan tongkat Wajra. Dengan tongkat Wajra mengetuk bagian tengah, timur, selatan, barat, dan utara, kelima penjuru dari meja homa masing-masing sebanyak tujuh kali. Harus mendengarkan suara ini, bayangkan setiap suara ini melesat jauh. Sejauh mana suara ini melesat, sejauh itulah batasnya (sima-bandhana). Dengan mengetuk kelima penjuru berarti telah memberikan perbatasan di sekeliling mandala.

* Intisari dan kunci pengundangan-----mengundang harus dengan hati yang setulus-tulusnya, dengan nada yang terlembut dan termedu. Waktu mengundang secara umum, tangan beranjali. Pada saat mengundang secara satu-persatu, harus membentuk mudra dan menjapa mantra masing-masing, membayangkan wujud-Nya hadir di depan Mandala. Mengundang dengan jasmani-ucapan-pikiran yang manunggal, ini penting sekali.

* Makna menjapa Mantra Sataksara-------pada awal homa, menjapa Mantra Sataksara dimaksudkan untuk memohon bantuan dan lindungan dari Wajrasattwa, dengan demikian homa yang dilakukan barulah berhasil-guna. Pada akhir homa, menjapa Mantra Sataksara bertujuan untuk menambal hekhilafan yang terjadi dalam tatacara.

* Intisari dan kunci memutar japamala-----memohon Bodhisattva memancarkan cahaya suci memberkati japamala dan kedua tangan, serta sekujur tubuh Tantrika sehingga semuanya disucikan. Dengan demikian Tantrika boleh memegang bahan persembahan untuk dibakar dalam homa. Waktu memutar japamala (cuan-cu-ming) bayangkan Mula Acarya memancarkan cahaya menyinari japamala dan kedua tangan serta sekujur tubuh Tantrika dari angakasa raya.

* Pemberkatan dengan Wajra dan Wajraghanta-----memperagakan Wajra dan Wajraghanta, melindungi, melakukan sima-bandhana, menolak bala (Santika), menambah kesejahteraan ( Paustika), merukunkan (Wasikarana), menaklukan (Abhicaruka); ini adalah memberkati semua bahan persembahan, menyucikan semuannya. Bayangkan Wajraghanta menyinari semua bahan persembahan, menyucikan semuanya.

* Intisari dan kuci penyalaan api dan pembakaran bahan persembahan-------sebelum penyalaan api, letakkan dulu dupa pemancing api di dalam tungku, kemudian tambahkan sedikit minyak goreng (minyak nabati).

Setelah penyalaan api, sebelum kayu homa pertama dimasukkan ke tungku, sentuhkan dulu kayu homa ini pada japamala yang menggelantung di tubuh Tantrika. Karena japamala telah melewati proses pemutaran japamala, alias sudah disucikan sehingga ini jga berarti kayu homa sudah diberkati, semuanya sudah suci.

Sebelum dimasukkan ke dalam tungku, kedua ujung kayu homa harus dicelupkan ke dalam madu. Ini berarti semua "kepahitan" diubah menjadi manis, semua derita dilenyapkan, semua bencana dihilangkan, dari ujung sampai pangkal diubah menjadi manis.

Waktu membakar homa, api homa harus menggelora, tidak boleh padam. Bahan persembahan yang dapat memadamkan api (misalnya susu dan arak), tidak boleh dituang ke dalam tungku. Bila api tidak menggelora, harus segera menambahkan sedikit minyak goreng.

Intisari dan kunci visualisasi pembakaran homa---------setiap bahan persembahan yang akan dimasukkan ke tungku harus divisualisasikan berbah menjadi banyak sekali, memenuhi seluruh jagat. Setiap bahan persembahan memiliki makna tersendiri. Ambil bunga, dupa, pelita, teh dan buah seperti contoh :

Persembahan bunga, dengan pikiran terpusat bayangkan sekuntum bunga berubah menjadi sebidang bunga, kemudian seluruh angkasa raya dipenuhi degan bunga, membuat ucapan dan tindakan Tantrika, lahir dan batin, anggun dan agung bagai bunga, elok cemerlang.

Persembahan dupa, sebatang dupa berubah menjadi hutan dupa, lalu seluruh jagat dipenuhi dupa, semuanya dipersembahkan kepada Buddha, membuat semua yang telah tercium wangi dupa ini menghormati dan membantu Tantrika.

Persembahan pelita, sebuah pelita berubah menjadi lautan cahaya, seluruh angkasa raya dipenuhi dengan cahaya yang terang benderang, membuata semua usaha dan latihan Tantrika dijauhkan dari kegelapanm semuanya terang benderang penuh berkah.

Persembahan the, daun the melambangkan makanan/minuman dan rasa Dharma. Bayangkan sejumput daun teh berubah menjadi memenuhi seluruh penjuru jagat, lalu dipersembahkan kepada para mahluk suci, membuat Tantrika dianugerahi dengan makanan dan minuman yang melimpah ruah, puas dan bahagia dalam rasa Dharma.

Persembahan buah, satu buah dibayangkan berubah menjadi memenuhi angkasa raya, semuanya dipersembahkan kepada para mahluk suci, membuat semua permohonan Tantrika berbuah, penuh dengan pahala.

Dalam proses pembakaran api homa, harus mengulangi sampai tiga kali pengundangan Mula Acarya, guru-guru dalam silsilah, Adhinatha homa, delapan Yidam utama serta para Dharmapala dan mahluk suci. Menyebut nama mereka, menjapa mantra mereka, membentuk mudra mereka, membayangkan mereka datang menerima persembahan. Kemudian Tantrika terus menerus berdoa dan memohon dengan tulus.

Harus berulang-ulang membayangkan Mula-Acarya dan Adhinatha saat menerima persembahan menyinari diri sendiri (misalnya dalam Santika adalah sinar putih, Paustika sinar kuning, Wasikarana sinar merah, Abhicaruka sinar hitam menyinari pihak lawan.) Diri sendiri bersama Adhinatha bersatu-padu dalam api, memasuki keadaan manunggalnya Tantrika, Adhinatha dan api.

Intisari dan kunci terpenting dari homa------pikiran sangat terpusat. Batin dan jasmani dari Tantrika, serta Adhinatha dan api, ketiganya bersatu-padu.

Hal-Hal yang Wajib Diperhatikan

* Abhiseka homa-----siswa Satyabuddha yang belum memperoleh abhiseka yang dilakukan sendiri oleh Mula Acarya Lien Sheng tidak diperbolehkan melaksanakan homa. (Abhiseka jarak jauh tidak dapat diterapkan dalam sadhana ini.)

* Membuat karma hitam atau kejahatan--------dilarang menggunakan persembahan api homa untuk melakukan kejahatan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.

* Tindakan penyerangan----dilarang memanfaatkan persembahan api homa untuk membantu tindakan penyerangan apapun.

* Abhicuraka (penaklukan)------melakukan homa Abhicaruka harus ditimbang masak-masak, harus direnungkan dulu apakah tujuannya benar-benar untuk melindungi sadharma, (bukan untuk membalas dendam pribadi), titik tolaknya adalah pertolongan yang benar-benar penuh kasih sayang dan niat baik, hanya ini yang diperbolehkan. Setelah itu juga wajib melakukan homa Santika untuk pihak lawan.

* Syarat agar terjadi kontak (yoga) dalam homa:

1. Harus mahir dalam tatacaranya, serius dan tahu tatakrama.

2. Berdoa harus dengan hati yang tulus, penuh keyakinan.

3. Tantrika selalu dilindungi oleh delapan jenis naga.

4. Tantrika memiliki daya konsentrasi yang kuat.

5. Tantrika telah mengembangkan mahabodhicitta.

6. Sempurna dalam memenuhi berbagai syarat homa.

7. Peserta penuh dengan keyakinan.

* Penanganan sisa abu homa:

Homa Santika-----abu dituang ke dalam air yang mengalir jauh; juga dapat mengambil sedikit untuk diberikan kepada orang sakit (diminum).

Homa Pautika------ditanam dalam tanah/sawah. Pedagang dapat mengambil sedikit untuk ditaburkan di toko.

Homa Wasikarana-------abu diletakkan di tanah yang tinggi, atau mengambil sedikit untuk dibawa serta setiap saat.

Homa Abhicuraka-------paling baik ditanam di jalan raya, agar diinjak-injak banyak orang.

* Semua homa yang dilakukan untuk membantu orang lain, harus melakukan substitusi (penukaran). Oleh kerena itu Tantrika sendiri harus memiliki kekuatan latihan dan kebajikan yang berlimpah, dan pihak lawan juga harus mengembangkan bodhicitta, ber buat bajik, giat berlatih melakukan nian-fo menjapa mantra; Tantrika juga harus terus menerus berlatih, dengan demikian baru dapat membantu orang lain.

* Umumnya siswa Satyabuddha harus melakukan homa untuk diri sendiri sebanyak 200 kali. Para Acarya Satyabuddha harus melaksanakan homa untuk diri sendiri sebanyak 400 kali.

* Semoga setiap siswa Satyabuddha menerima sendiri abhiseka homa, setiap orang memperaktekkan homa.


0 Comment:

Post a Comment