Loading...

Wednesday, August 10, 2011

Prabhasara Yoga dalam Mahamudra


Prabhasara Yoga dalam Mahamudra

Oleh Maha Mula Acharya Liansheng
Diterjemahkan oleh Zhiwei Zhu


Aku secara rahasia telah melatih mantra yang disebut 'Dharani Raja Cahaya Besar Tak Terkalahkan Yang Memancarkan Nyala Cahaya Suci ke Seluruh Alam Semesta (普遍光明清淨熾盛無能勝大明王陀羅尼). Kebanyakan orang hanya menyebutnya 'Mahapratisara Dharani'. Mahapratisara adalah nama Sansekerta sang Bodhisatva dan Ia juga dikenal dengan Bodhisatva Maha Pengabul Permohonan 「大隨求菩薩」, yang tinggal di Bagian Teratai Mandala Garbhadhatu.

Mahapratisara Bodhisatva berwarna kuning tua. Ia mempunyai delapan lengan. Lengan kiri-Nya yang paling atas memegang teratai dengan cakra emas menyala diatasnya. Tangan-tangan kiri lain dibawahnya (dari atas ke bawah) memegang Kitab Suci Daun Palem, Panji Dharma, Tali Penjerat. Tangan kanan-Nya yang paling atas memegang Vajra Lima Sula, diikuti dengan tangan lain memegang Trisula, Pedang, dan Kapak Perang.

Bagaimana Ia mendapatkan nama Bodhisatva Maha Pengabul Permohonan? Bodhisatva ini terkenal senang mengabulkan harapan makhluk hidup kalau mereka mengaltarkan pratima-Nya, melafalkan Nama-Nya dan menjapa mantra-Nya. Dengan melatih ini, semua keinginan akan terkabulkan. Nama lain untuk Bodhisatva ini adalah Maha Vidyaraja, yang menjelaskan cahaya besar yang memancar dari tubuh-Nya.

Bodhisatva ini pernah memberitahu-Ku sebuah rahasia bahwa semua cahaya dibedakan oleh berbagai tingkatan. Ini cocok dengan apa yang pernah Aku katakan dulu:

Tathagata Amogasidhi memancarkan cahaya hijau yang indah yang lahir dari kemurnian mutlak, sedangkan cahaya hantu alam asura memancarkan cahaya hijau gelap. Dua alam itu sangat besar perbedaannya.
Tathagata Amitabha memancarkan cahaya merah yang indah yang lahir dari kemurnian mutlak, sedangkan alam preta memancarkan cahaya merah muda. Dua alam itu sangat besar perbedaannya.
Tathagata Ratnasambhava memancarkan cahaya kuning indah yang lahir dari Prajna murni yang luarbiasa, sedangkan hantu-hantu di dunia manusia memancarkan cahaya kuning muda dan kebiruan. Dua alam itu sangat besar perbedaannya.
Tathagata Aksobhya memancarkan cahaya putih indah yang lahir dari Prajna cermin besar, sedangkan hantu-hantu di alam neraka memancarkan cahaya putih yang mirip asap dan berkabut. Dua alam itu sangat besar perbedaannya.

'Bedakan cahaya dengan hatimu. Ketika cahaya ini memancar padamu dan memberikanmu suatu rasa yang sangat nyaman dan enteng, maka ini adalah Cahaya Budha. Namun, ketika cahaya itu kotor dan kacau, membuat rasa tidak nyaman dan mengganggu, maka anda harus tahu cahaya ini datang dari makhluk hantu. Bahkan, Cahaya Budha selalu memancar seperti mustika dengan nyala yang kemilau, Ia juga mempunyai pancaran seperti berlian asli. Cahaya mahluk hantu cenderung lemah, menggoda dan menjerat, seperti berlian palsu. Orang harus memahami cahaya-cahaya ini dengan teliti untuk terhindar dari cahaya salah dan masuk ke dalam alam spiritual yang salah.'

Menurut bimbingan Mahapratisara Bodhisatva, ketika orang masuk ke dalam penyerapan samadhi pada tingkat paling dalam, cahaya akan muncul. Cahaya-cahaya ini adalah hasil perpaduan ganda samadhi dan prajna. Pancaran cahaya prajna akan meningkat lebih terang dan akhirnya cahaya-cahaya itu akan menghapuskan semua avidya. Sekali avidya terhapus, maka hilanglah semua rintangan.

Saat cahaya-cahaya itu menjadi benar-benar jernih dan transparan, dan jika sadhaka dapat mempertahankan kondisi yang stabil, cahaya sadhaka akan melebur dalam Cahaya welas asih para Budha yang melingkupi Dharmakaya Tathagata sepuluh penjuru. Ini sama dengan cahaya dua cermin yang saling memantul. Cahaya dari hati sadhaka berinteraksi dan berinterkoneksi dengan Cahaya para Budha dengan cara yang mesra dan halus yang tidak mungkin mampu dicerap dan difahami oleh orang luar. Kemanunggalan dua wujud cahaya ini sangat murni dan agung, dan ketika orang tinggal dalam kondisi manunggal ini, ini merupakan Yoga Cahaya Murni (T: hod-gsal; 'od gsal; S: prabhasvara).

Aku pernah menulis buku yang menjelaskan Yoga Cahaya Murni ini, yang menjadi Cara Meditasi Bercahaya. Ia menjelaskan poin berikut:
1. Fokuskan roh, dimana orang terserap dalam mata spiritual.
2. Kosongkan pikiran, dimana orang melihat sifat sejati segala hal.
3. Keheningan terus-menerus, dimana cahaya muncul.

Yoga Cahaya Murni terutama berkaitan dengan ajaran 'peleburan'. Dalam pengalaman-Ku, sebagai contoh, Aku dapat melebur dengan cahaya matahari murni ketika matahari bersinar terang, dan melebur dengan cahaya bulan saat malam hari. Aku dapat keluar dan masuk cakra mahkota karena cahaya didalam diri-Ku memantul sesuai dengan niat pikiran dan roh Ku.

Guru-Guru Tibet yang mengajarkan Mahamudra meminta para murid pertama-tama mengenali 'rupa asli cahaya' kemudian belajar 'memperbedakan tahapan dan tingkatan perbedaan antara berbagai jenis cahaya murni', sebelum akhirnya mengenali pencapaian cahaya murni. Bagian pertama itu teoritis. Bagian kedua berkaitan dengan memperbedakan perbedaan antara cahaya-cahaya yang dicapai sadhaka. Bagian ketiga menjelaskan bahwa melalui bhavana, cahaya sadhaka akan mencapai respon dengan Cahaya Budha, sehingga mencapai alam prajna dan Cahaya Murni melalui peleburan dua cahaya.

Sekarang Aku akan mengungkapkan suatu rahasia pada anda:
Darimana cahaya itu datang? Cahaya muncul dari ruang jeda antara akhir suatu pikiran dengan timbulnya pikiran berikutnya. Cahaya dihasilkan dari ruang diantara dua pikiran. Inilah Samadhi Mahamudra, rahasia yang diajarkan Yang Arya Tilopa: 'Jangan memikirkan apapun, jangan mengejar apapun. Ketika anda tidak memikirkan, tidak merenungkan kesadaran awal Alam Semesta atau memikirkan cahaya roh asal, dalam kondisi ini Cahaya Murni akan muncul sendiri. Cahaya ini bukan berasal dari Kesadaran Alam Semesta, juga bukan dari diri sendiri, akan tetapi Cahaya Murni yang memang sudah ada dengan sendirinya. yang muncul seluruhnya diantara ruang antara dua pikiran. Cahaya itu sendiri murni secara spiritual dan hidup!'

Sebuah syair:
Cahaya murni dan sempurna yang memancar sudah ada sendiri di alam.
Antara dua pikiran Ajaran Sejati ditemukan.
Dengan pewarisan dari Vajra Guru,
Sadhaka melebur dengan Cahaya paling Agung

Dalam Samadhi Mahamudra, sadhaka yang mencapai Yoga Cahaya Murni seperti Vajra Guru Bermahkota Merah Suci, Shengyen Lu, Yang Arya Liansheng, akan tahu bahwa Guru dapat menembus semua alam ilusi dan bentuk ilusi dalam satu kedipan mata. Cahaya Budha asli telah terwujud dari Pencerahan-Ku. Cahaya ilusi tidak lagi dapat menipu dan menjerat-Ku. Yang telah Cerah telah lama mencapai sukacita kebebasan, yang merupakan kebahagiaan sejati.

Orang Cerah dengan demikian dianugerahi dengan Cahaya Murni; setiap tindakan-Nya adalah ungkapan dari hati tulus yang tidak menyisakan tempat untuk keragu-raguan. Ia melihat semua jalan tanpa hambatan dan jelas. Aku tahu bahwa setiap orang yang mencapai tingkat spiritual ini telah mencapai alam tertinggi Samadhi Mahamudra, yang merupakan bhumi keBudhaan. Tubuh, ucapan dan pikiran seseorang dimurnikan, dan semua sidhi yang timbul dari buah keBudhaan mewujud dalam bentuk murni. Pencapaian itu sungguh luarbiasa.

Secara prinsip, apakah seseorang itu aktif atau diam, akan tidak ada rintangan. Orang itu bebas hidup di tengah keramaian atau penyepian sampai mencapai Nirvana. Setiap tindak tanduk dan perbuatan Orang Cerah adalah paling mulia, dan Ia dianugerahi berkah dan pahala terbesar di langit dan di bumi. Inilah pencapaian taktertandingi yang diperoleh dari Cahaya Murni Mahamudra.

Pada alam Pencerahan, masih ada kebenaran paling unik yang akan Aku ungkapkan disini: Alam Kedemikianan tidak dapat dialami melalui perenungan atau pengamatan. Ia tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Karena timbul dan tenggelamnya pikiran tidak ada, tiada kata-kata yang tersedia yang dapat memberikan penjelasan lengkap tentang Kedemikianan. Kebenaran dan kejahatan juga tidak ada. Menganggap sesuatu sebagai 'benar' hanya produk dari timbul dan tenggelamnya pikiran. Ia tidak dapat ditempatkan pada alam Kedemikianan. Alam Kedemikianan ini transendental. Ia diluar penjelasan dan tiada makhluk fana duniawi dapat memahaminya.

Hanya setelah Aku mencapai kesuksesan melatih Yoga Cahaya Murni barulah Aku dapat menghargai apa yang dikatakan Miralepa. Guru Miralepa pernah memberitahu-Ku bahwa sadhaka Vajrayana yang mencapai Pencerahan Dalam dengan samadhi dan yang upayanya dipusatkan pada bhavana diri, akan dianggap sebagai orang yang telah mencapai Budha Dharma dan mencapai Pencerahan.

Barangsiapa yang latihannya tidak diarahkan ke dalam untuk mencapai samadhi, dan mencari pembuktian luar, dianggap sebagai melatih bentuk sesat dari samadhi.

Maka, Aku tahu kebenaran berikut:
'Jalan Sejati' mencari pencerahan dengan mengarahkan ke dalam diri.
'Jalan Sesat' mencari pencerahan di dunia luar diri.

Banyak Guru Dharma, biksu dan biksuni suka menuduh agama lain sebagai sesat. Namun, perbedaan antara 'Jalan Sejati' dengan 'Jalan Sesat' tidak ditentukan oleh ajaran agama, tetapi dengan pemisahan 'perhatian ke dalam diri' dan 'perhatian ke luar diri'. Inilah penemuan-Ku setelah mencapai Pencerahan, ia sesungguhnya merupakan penemuan yang paling kuat meyakinkan.

0 Comment:

Post a Comment