Loading...

Saturday, April 28, 2012

Asal-Usul Si Gaek Penyendiri


Dari buku ke-151 “Obrolan Ringan Seorang Penyendiri”
Oleh Grand Master Sheng-Yen Lu, penerjemah: Mei Linda dan Xu Jian Hua
Seminggu sekali, saya pergi ke pasar di kota berbelanja sayur-mayur, orang-orang di pasar sedikit demi sedikit mulai penasaran akan kemunculan saya sebagai seorang yang asing.
Ada yang bertanya pada saya: “Kamu datang dari mana? Kamu berprofesi sebagai apa?”
Saya tidak pernah menjawab saya berasal dari mana, juga ketika orang-orang menanyakan saya berprofesi sebagai apa, saya selalu menjawab: “Saya sudah pensiun!”
Ada seorang penjual sayur berkata: “Saya lihat, kamu sering pakai topi, berpakaian seperti seorang pengurus di perusahaan besar, apakah kamu seorang pengurus di perusahaan besar?”
Ada seorang berkata: “Perawakanmu, seperti seorang tenaga kerja dari luar negri, kamu pastilah seorang buruh perbaikan jalan.”
Juga ada seorang penjual buah berkata: “Kemungkinan kamu adalah seorang juru masak di dapur, apakah kamu seorang koki?”
Mendengarnya, saya hanya bisa tertawa bego, asal-usul saya, dari mana, merupakan sebuah pertanyaan yang membingungkan. Mereka selamanya tidak akan mengetahui apa pekerjaan saya.
Hanya pemilik kedai kopi yang pernah saya sembuhkan penyakit matanya, dia mengatakan bahwa saya adalah “dukun”.
Pada suatu hari, pemilik kedai kopi mengejar saya: “Pak tua! Bolehkah membantu saya sekali lagi? Hanya kali ini saja, tidak akan memberitahu orang lain!”
“Siapa?”
“Ibu mertua saya!”
“Dia kenapa?” Tanya saya.
“Pencernaannya bermasalah, sudah beberapa tahun, badannya kurus lemah, lambung usus tidak pernah seharipun sehat, setelah makan langsung diare. Saya memberitahunya, anda telah menyembuhkan penyakit mata saya, beliau mengharapkan anda juga dapat menyembuhkan penyakit pencernaan menahunnya.”
Setelah berpikir sejenak, saya berkata: “Baiklah!”
Ibu mertua tersebut merupakan seorang ibu tua, saya menyuruhnya berdiri dengan kuda-kuda yang mantap, untuk mencegah beliau terbang keluar ketika sebelah telapak tangan saya memukulnya!
Saya menyuruhnya berdiri memunggungi saya.
Saya memohon agar Adinata saya memberkati lambung ususnya, telapak tangan kanan saya secara otomatis memukul punggungnya, terdengar suara “Phong, Phong.”
Saya melihat telapak tangan saya bersinar, mengeluarkan energi!
Saya melihat sinar di tubuh ibu tua, energi telah berpindah ke lambung ususnya.
Bersuara “Hum!”, cahaya agung terpancar.
Sejak hari saya memukul punggung ibu tua, keanehan terjadi, ibu tua sudah tidak diare lagi saat masuk kamar mandi.
Sejak saat itu sudah menjadi normal, selamanya lambung usus normal kembali, membuat pemilik kedai kopi dan ibu mertuanya sangat kaget dan keheranan.
Si pemilik kedai kopi dan ibu mertuanya, melihat saya selalu memanggil: “Pak dukun!”
Saya memberitahu mereka berdua: “Saya bukan dukun.”
“Saya harus memanggil anda dengan apa?”
Saya berkata: “Kalian berdua memanggil saya ‘Master’ saja! Tetapi, jangan beritahukan pada orang lain ya! Saya di sini sedang bertapa, tidak ingin terlalu dihebohkan!”
Tentu saja saya tahu, sepasang telapak tangan saya dapat terus membantu orang, karena sepasang telapak tangan saya bisa bercahaya, sama halnya juga dapat menyeberangkan insan seluas cakrawala di kolong langit, dapat memerahkan sebidang langit ini. Namun, jika dipikirkan lagi, lebih baik melewati masa tua dengan tenang! Buat apa mati karena kecapekan!

0 Comment:

Post a Comment