Oleh Maha Mula Acharya Liansheng
Diterjemahkan oleh Zhiwei Zhu
Pertama-tama, Aku tuliskan lima macam mata:
1. Mata daging - suatu bagian dari tubuh fisik.
2. Mata Dewa - bagian dari para Dewa di alam Rupadhatu yang mampu melihat jauh maupun dekat, dalam maupun luar, siang maupun malam.
3. Mata Prajna - suatu alat para Arhat dan Pratyeka Budha yang mampu melihat Kesunyataan dan Kekosongan Sejati.
4. Mata Dharma - suatu alat para Bodhisatva yang mampu melihat segala jenis Dharma Upaya Kausalya untuk menolong makhluk hidup.
5. Mata Budha - milik para Budha yang mampu melihat Pengetahuan Sempurna atas semua hal dalam semua aspek dan hubungan dengan masa lalu, masa kini dan masa depan, juga termasuk empat macam mata yang disebutkan diatas.
Diantara lima macam mata, mengapa Aku memilih 'Mata Dewa' untuk dibahas? Selama perjumpaan-Ku dengan dunia spiritual pada umur 25 tahun, Bunda Emas Kolam Kumala membantu-Ku membuka 'Mata Dewa' Ku. Pada malam itu, dengan alat baru 'Mata Dewa', Aku dapat melihat banyak alam Sorga dalam penjelajahan spiritual. Kemudian, Aku temukan ada dua cara agar orang dapat memperoleh suatu kemampuan 'Mata Dewa' (seperti yang dibahas dalam Mahaprajna-paramithasastra oleh Nagarjuna):
1. Buah karma yang telah matang yang ditabur dalam kehidupan lampau.
2. Hasil pelatihan spiritual dalam hidup sekarang.
Dalam kasus-Ku, memperoleh 'Mata Dewa' pertama-tama adalah hasil dari buah karma dari kehidupan lampau dan bukan dari usaha bhavana dalam hidup sekarang. Kemudian, setelah sukses dalam latihan yoga 'Cahaya Suci' (Prabhasvara) dan bersama-sama dengan Mata Dewa, Aku dapat mengubah 'Mata Dewa' untuk dapat melihat/memahami pengetahuan alam semesta secara menyeluruh. Pandangan Dewata-Ku dapat melihat apasaja dengan jelas dan tak dapat rusak dan tiada taranya.
Tentu saja, banyak Guru Dharma ragu-ragu dengan klaim-Ku mempunyai 'Mata Dewa'. Faktanya, tidak hanya orang diluar aliran kita, beberapa murid Satya Budha pun mempunyai keraguan tersebut. Keragu-raguan mereka dapat difahami.
Sebagai contoh, sebagian orang bingung mengapa ada keberagaman, percampuran yang baik dan yang buruk, diantara para murid Madzhab Satya Budha. Tidakkah Mahaguru Lu membuat evaluasi terlebih dahulu sebelum menerima seseorang menjadi murid? Diantara para Acharya Madzhab Satya Budha, ada yang menyimpan niat jahat, jadi mengapa Mahaguru memberi mereka Abhiseka Acharya? Jika Mahaguru Lu mempunyai Mata Dewa, tidakkah Ia telah tahu terlebih dahulu seseorang menyimpan niat jahat pada-Nya? Di antara kelompok Acharya Madzhab Satya Budha, ada yang telah hilang niatnya untuk meraih Pencerahan dan ada yang telah membentuk kelompok mereka sendiri. Tidakkah Mahaguru telah meramalkan ini jika Ia mempunyai Mata Dewa?
Ini pertanyaan yang benar, jawaban-Ku adalah sebagai berikut:
Aku telah bersumpah bahwa Aku tidak akan mengabaikan satu makhluk hidup pun. Maka dari itu, bahkan para pembunuh, pemerkosa, perampok, pencuri, pelacur, penipu, gelandangan, pemabok boleh datang menjadi murid-Ku.
Di antara para Acharya Satya Budha, benar bahwa ada yang menyimpan niat jahat. Aku betul-betul sadar akan hal itu, namun Aku berkata pada diri-Ku sendiri bahwa seorang Acharya dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk menyelamatkan dirinya. Pada waktu Abhiseka, Aku tekankan pada mereka, 'Hari ini, setelah menerima Abhiseka Acharya, jika anda tidak mencapai keBudhaan dalam hidup kali ini, anda akan jatuh ke dalam Neraka Vajra. Masihkah anda mau menjadi Acharya?'
'Ya,' ia menjawab dengan tegas walaupun dengan rasa enggan. Karena mereka mau mencoba, dengan digerakkan oleh rasa maitri karuna Aku memberi mereka kesempatan!
Orang mencoba menjebak-Ku, jadi mengapa Aku tidak mencegah hal ini terjadi? Terus terang, Aku sadar betul situasi itu dan telah mengambil tindakan pencegahan untuk meminimalisir kerusakan yang terjadi. Dalam setiap usahanya, pihak lain berhenti tanpa dapat melaksanakan rencananya sepenuhnya. (Alasan karma juga terlibat dalam kejadian ini, dan Aku sadar akan hal ini sebelumnya.)
Di antara kelompok Acharya kita, ada yang telah meninggalkan Jalan, dan ada yang telah mendirikan kelompok sendiri. Tidakkah Aku tahu hal ini akan terjadi sebelumnya? Tentu saja, Aku tahu hal ini. Tetapi, itu adalah afinitas karma! Afinitas karma ada dalam berbagai tingkat: ada yang dalam, ada yang dangkal, ada yang panjang, ada yang pendek, ada yang berawal dengan baik dan berakhir dengan buruk, ada yang berawal dengan buruk dan berakhir dengan baik. Begitulah keadaan terjadi.
Aku adalah orang yang menganut 'biarkan sesuatu hal terjadi secara alamiah.' Aku hanya ingin mengajarkan 'Dharma Tantra Satya Budha' dengan sepenuh hati sebaik yang Aku bisa. Jadi, jika kelompok Acharya dan murid berhenti dalam bhavananya atau mendirikan kelompok mereka sendiri, begitulah keadaan afinitas karma kita harus terjadi.
Ada yang bertanya pada-Ku, 'Mengapa Anda mau menerima mereka awalnya jika Anda tahu akan jadi begini?'
Aku menjawab, 'Hati maitri karuna Ku tiada batasnya. Akan datang harinya ketika mereka sadar dan kembali bersarana dalam Satya Budha lagi!'
'Ada yang telah bersarana, keluar, kembali lagi, kemudian keluar lagi. Apa yang akan Anda lakukan untuk orang seperti ini?'
'Aku akan menunggu mereka,' jawab-Ku.
'Bagaimana jika mereka tidak kembali?'
'Aku akan menunggu sampai kehidupan yang akan datang.'
'Bagaimana jika mereka tidak kembali dalam kehidupan yang akan datang?'
'Aku akan menunggu mereka beratus-juta kehidupan yang akan datang!' kata-Ku.
Dengan pandangan Dewata-Ku, Aku tahu keadaan pikiran para murid-Ku dan afinitas antara mereka dengan Aku, apa yang dapat Aku katakan pada mereka? Aku memilih membiarkan keadaan terjadi apa adanya; Aku tidak suka memaksakan apapun. Aku hanya mencoba sebaik yang Aku bisa untuk menyebarluaskan Budha Dharma. Meskipun Aku memiliki semua tingkat kesadaran, dan setiap hal secara tersirat dapat difahami, Aku hanya bisa mencoba merespon dengan senyuman pada kejadian-kejadian ini.
0 Comment:
Post a Comment