Loading...

Thursday, August 4, 2011

Memahami Ti-Xiang-Yong Lebih Mendalam (II) (Judul asli: XXX dan Dewa Maha Brahma)

Memahami Ti-Xiang-Yong Lebih Mendalam (II)
(Judul asli: XXX dan Dewa Maha Brahma)

Oleh Maha Mula Acharya Liansheng
Diterjemahkan oleh Zhiwei Zhu


'XXX' adalah namanya, dan 'Guru Agung' adalah salahsatu gelar Budha. Maka, gelar Guru Agung XXX adalah sama dengan Budha XXX.

Ia adalah tokoh yang unik dan bebas dan ia mengajarkan Budha Dharma yang samasekali berbeda dengan Ajaran Budha pada umumnya. Akibatnya, lingkaran agama Budha arus utama telah meluncurkan serangan padanya. Seorang upasaka Budha terkemuka, Chen Hui-chien, telah memasukkan Aku dan XXX dalam disertasi agama Budhanya sebagai tokoh kontroversial nomor satu dan nomor dua. Dalam 'Sebuah Koleksi Ceramah' nya, Guru Dharma Hui Lu juga menargetkan Aku dan XXX untuk dikritik. Ia menjelaskan penolakan pada XXX dengan menjuluki XXX dalam dialek Taiwan sebagai 'Wanita itu XXX'

Heboh tentang apa semua ini? Mengapa seluruh komunitas Budha menjadi begitu gerah dan gelisah karena dia?

Secara singkat, tanpa menceritakan detail kisah hidupnya disini, ia adalah biksuni Budha dari Vietnam yang telah ke India untuk belajar mantra agama Sikh. Setelah pertama mempraktekkan latihan 'mendengar suara dalam' dan 'melihat cahaya dalam', ia mulai mengajarkan 'transmisi pikiran' dan 'Metode Kuan Yin'. 'Metode Kuan Yin' adalah metode pendengaran universal Kuan Yin Bodhisatva yang tertulis dalam bab enam Sutra Surangama.

Dengan memadukan lima kalimat mantra Sikh, transmisi pikiran, dan metode Kuan Yin, XXX mengajarkan orang untuk menyadari suara dan cahaya dalam diri. Sehingga, dalam melatih orang untuk pertama kalinya untuk mengembangkan kesadaran psikik, ia berhasil memikat dan menarik banyak pengikut. Umumnya, kalau ada pemberkatan dari Makhluk Tinggi, orang akan dapat merasakan dan mengalami 'suara dan cahaya dalam diri'. Sekali hal itu terjadi, orang menjadi penasaran dan kerumunan pengikut berbondong-bondong mendatanginya dalam kekuatan penuh. Juga, gelombang baru ceramah XXX telah menarik banyak pengikut kepadanya. Gabungan faktor luar dan dalam ini telah menciptakan pengikut orang Taiwan yang antusias. Dari Taiwan, ia menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Metode Kuan Yin pertama-tama melatih orang untuk mendengarkan suara dalam diri melalui landasan indera pendengaran. Namun, setelah munculnya suara dalam itu, orang harus mengikuti dan menjejaki asal suara kembali di dalam diri, dan akhirnya, memasuki tahap berikutnya dimana bukan hanya suara tetapi juga landasan pendengaran, menjadi hilang. Ketika fenomena dualistik aksi dan non-aksi hilang bersama-sama, dan ketika baik organ indera maupun sensasi organ indera padam, Pencerahan sempurna mewujud dengan sendirinya.

Itu adalah metode dengan tinggal/berada secara halus pada satu alat, yaitu landasan pendengaran, orang itu dapat menjejaki suara untuk menemukan sifat pikiran. Saat semua enam indera (mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran) hilang, Sifat Jatidiri mewujud. Ini disebut Samadhi Cerah dan Sempurna.

Orang jangan berhenti dan tetap pada alam ilusi 'mendengar suara dan melihat cahaya', karena 'fenomena suara dan cahaya' juga dapat menyebabkan orang dengan mudah jatuh ke dalam pengaruh mara. Namun, XXX yang mengklaim mengajarkan orang mencapai 'Pencerahan Instan' telah mengirimkan getaran yang sangat kuat dalam hati banyak orang.

Tokoh demikian tentu telah menarik perhatian dan pengamatan-Ku. Ternyata, ia juga memberikan perhatian yang sama pada-Ku. Ketika orang bertanya pada XXX apakah ia mengenal Aku, ia memberikan jawaban menarik, 'Aku kenal Dia, dan Dia juga kenal aku.'

XXX telah mengadopsi suatu pandangan baru. Ia menumbuhkan rambutnya kembali dan sekarang mengenakan pakaian dan perhiasan yang modis. Wajahnya yang memakai bedak dan kosmetik dihias dengan telaten serta melukis alis mata dan garis mata dan kadang-kadang beraksen dengan kaca mata hitam dan bunga di rambutnya. Ia dipuji para muridnya sebagai guru yang anggun dan menarik, dengan gaya bangsawan dan dengan wajah welas asih Maha Ibu Pertiwi. Para muridnya mengira ia manifestasi dari Kuan Yin.

Saat Aku melakukan pengamatan dengan mata dewa pada biksuni Budha dari Vietnam ini, Aku dapatkan sang Penolong dibelakang dia adalah Dewa Mahabrahma. Tidak salah lagi Maha Brahma.

Bagaimana bisa Maha Brahmadewa menjadi Dewa yang menarik tali dibalik XXX?

Maha Brahmadewa mempunyai empat macam ciri:
1. Ia suka menetapkan peraturan kesucian dan perintah; sebagai contoh, menetapkan diet vegetarian.
2. Ia suka menggalang orang untuk mencapai Pencerahan Instan.
3. Ia memimpin sejumlah besar pengikut.
4. Ia mengangkat diri sendiri sebagai raja segala raja.

Keempat ciri diatas ditunjukkan secara penuh oleh XXX, jadi siapa lagi Penolongnya kalau bukan Maha Brahmadewa? Tidak hanya itu, berbagai ceramah dan khotbah yang diberikan XXX semuanya dalam 'nada bicara' Maha Brahmadewa dan mencerminkan secara mendasar alam dan tingkatan Maha Brahmadewa!

Sebagai contoh, ia berkata, 'Bagaimana kita tahu kita sungguh telah Cerah? Tidaklah sulit dijawab. Pencerahan itu cahaya, dan orang yang dapat melihat cahaya pada tahap ini karena sifat asli kita adalah cahaya.'
'Ajaran kita sesuai dengan ajaran Kristen dan Islam, karena kita juga mengajarkan orang untuk melakukan kebaikan.' Ini persis 'nada bicara' Maha Brahmadewa, seorang Dewa di Rupadhatu.

Seseorang telah bertanya, 'Kalau berdoa dengan tulus kepada XXX membawa kebebasan, berdoa kepada Jesus Kristus membawa kehidupan kekal, dan berdoa kepada Sakyamuni Budha membawa pembebasan. Adakah perbedaan di antara ketiganya?' Ia menjawab, 'Baik Jesus Kristus maupun Sakyamuni Budha telah meninggal, aku masih disini.' Ini juga yang sering dikatakan oleh Maha Brahmadewa.

Ketika bertanya ada berapa Guru Cerah di dunia ini, ia menjawab, 'Mempunyai seorang Guru Cerah sudah lebih dari cukup bagi setiap orang!' Ini tak diragukan lagi adalah nada bicara Brahmadewa. Contoh demikian sangat umum dan dari sudut pandang logis, itu adalah praktis Maha Brahmadewa sendiri yang berbicara.

Seseorang bertanya pada-Ku, 'Budha Hidup Liansheng, apa pendapat-Mu pada kenyataan bahwa setelah menjadi biksuni dan telah mencukur rambut, XXX kembali membiarkan rambutnya tumbuh panjang dan menghias diri dengan pakaian umum dengan make-up tebal?'

Jawaban-Ku adalah, 'Kembali menumbuhkan rambut dan memakai pakaian umum dengan kosmetik tebal, setelah melakukan ritual upasampada dan mencukur kepala tentu saja mengundang kritik dari agama Budha arus utama. Tetapi, pandangan-Ku tidak sama dengan pandangan orang biasa. Bagi-Ku, apakah seseorang mencukur kepala atau berpakaian dan memakai kosmetik itu hanya masalah rupa saja. Dengan kata lain, orang yang betul-betul tercerahkan hatinya dapat tidak peduli dengan semua penampilan luar, yang memang tidak terlalu penting. Aku tidak akan mengkritik dia dari sudut itu. Kritik-Ku diarahkan ke tingkat pertumbuhan spiritualnya. Segala hal lain tidak penting.'

0 Comment:

Post a Comment